Kamis, 17 Maret 2011

PENDIDIKAN DASAR



Logo Jakarta Barat


















SD Sukarela

SD Sukarela adalah sekolahku yang pertama. Ketika itu di sekitar tempatku tinggal di Kampung Gusti belum ada sekolah, sehingga ketika aku sudah memasuki usia sekolah, bapak dan para tetangga secara sukarena bergotongroyong membangun sebuah sekolah dasar dua atau tiga lokal. Bangunan sederhana yang kemudian diberi nama SD Sukarela terletak di belakang makam Pangeran Wijaya Kusuma, Jakarta Barat. berlokasi dekat lapangan badminton tempat bapak biasa bermain bulu tangkis dan tempatku dan teman-teman bermain di waktu hujan turun deras. Gurunya adalah menantu pak jurukunci yang merupakan teman bermain bulutangkis bapak, aku adalah muridnya yang pertama.

Saat mulai bersekolah aku harus diantar yu Wagiyah dan yu Samiyah yang merupakan kemenakan bapak yang ikut bapak ke Jakarta saat bapak kembali dari desa. Yu Wag dan yu Sam tidak bersekolah di SD Sukarela karena mereka sudah kelas IV, sedangkan di SD Sukarela kelas baru dimulai dari Kelas I. mereka berdua bersekolah di SD Jembatan Genit, Kedawung, sebuah sekolah di sebrang sungai Angke , dengan bangunan tua dan halaman luas ditumbuhi pohon-pohon cemara.

Murid-murid di SD Sukarela beragam bahkan banyak di antaranya adalah anak-anak Tionghoa. Ini adalah pelajaran pertamaku bergaul dengan orang dari pelbagai suku dan ras yang berbeda. Kami berteman dan hidup rukun. Teman akrabku seorang Tionghoa bernama Wi Wi Lai. Di luar sekolah akupun bersahabat dengan seorang Tionghoa anak pengusaha yang rumahnya dikelilingi tembok tinggi, aku lupa namanya. Belakangan kuketahui dia bersekolah di SD Bunda Hati Kudus, sekolah Katolik yang terletak di daerah Grogol.

Pada waktu itu, jika mbah Putri datang ke Jakarta, maka kami berempat : aku, mbah putri, yu Wag dan yu Sam berkeliling kota Jakarta hingga ke Monumen Nasional (Monas). Kendaraan yang kami gunakan adalah becak, dan pengemudi becaknya adalah bang Entong, laki-laki perkasa dengan tubuh kekar yang sudah menjadi langganan keluarga kami jika bepergian. Pakaian bang Entong sangat khas : celana pendek, t-shirt, topi pandan, sepatu sport dan handuk yang selalu melingkar di leher.

Becak adalah kendaraan khas Jakarta ketika itu. Dengan becak kami bisa berkeliling hingga lapangan Monas, jalan Thamrin dan lapangan Banteng. Belum ada daerah bebas becak seperti sekarang. Jadi jika kami mudik lebaran, kami akan pergi ke Solo dengan berkereta api dari stasiun kereta api Gambir, maka kami berbecak ke stasiun tersebut.

SD Negri Tulakan II

Aku masih ingat bahwa ketika kelas II SD aku pernah diajak ibu pulang ke rumah mbah putri dan aku bersekolah di SD Tulakan II. Meski tidak lama bersekolah di sana, aku merasa seperti dikenalkan dengan budaya Jawa yang merupakan budaya orang tuaku. Di sekolah itu kami diajar berbahasa Jawa, membuat pekerjaan tangan dari bahan-bahan limbah yang ada seperti sabut dan batok kelapa. Sabut kelapa dianyam menjadi tambang dan batoknya dibuat sendok sayur. Kami menulis di atas sabak, semacam papan tulis kecil dari batu dan jika selesai belajar dapat dihapus untuk digunakan kembali. Menulisnya tidak menggunakan pensil atau pulpen tetapi dengan menggunakan alat tulis seperti krayon yang terbuat dari semacam bebatuan lunak. Teman akrabku adalah kakak sepupuku sendiri : mas Di dan seorang lagi adalah anak pak Bayan Mul

Nama guru sekolah bu Meri, yang ketat menjaga disiplin di dalam kelas. Jika kami nakal maka jeweran dan cubitan akan kami terima atau sebuah pukulan dari tongkat bamboo yang biasa digunakan sebagai alat mengajar. Sebelum masuk kelas biasanya kami berbaris dan satur persatu murid harus menjawab sebuah pertanyaan sebelum diizinkan masuk.

Di SD Tulakan II kami sering pergi ke sungai kecil di samping sekolah untuk mengangkut batu-batu yang digunakan untuk membuat perigi. Perigi adalah semacam penahan tanah yang disusun dari bebatuan tanpa menggunakan perekat. Di sekolah ini pula aku mengetahui sebuah permainan yang berunsur magis. Dalam permainan ini aku atau temanku berbaring di meja belajar, kemudian empat anak akan mengangkat kami dengan masing-masing hanya menggunakan dua jari kanan dan dua jari kiri sambil menyebut nama-nama Khulafaur Rasyidin : Abubakar, Umar, Usman, Ali berulang-ulang. Ajaib, tubuh yang terbaring itu dapat terangkat…

SD Negri Jelambar II Pagi

Karena kurangnya ruang kelas dan guru, maka ketika naik ke kelas IV aku dipindahkan ke SD Jelambar II Pagi. Tempatnya agak jauh dari rumah dan setiap hari aku berjalan kami pulang pergi ke sekolah bersama-sama teman-teman melewati pemakaman umum Muslim dan Cina.

Di SD yang baru ini aku mulai menikmati sekolah, dan di kelas aku mulai menunjukkan kecerdasan. Di setiap menerima rapor dapat dipastikan aku dipanggil ke depan kelas dan diumumkan sebagai juara kelas entah juara kesatu atau kedua. Sainganku di kelas adalah Rusnaim, seorang anak cerdas anak pengusaha teraso yang berasal dari Surabaya. Teraso adalah produk kriya yang terbuat dari mozaik pecahan-pecahan marmer yang digosok hingga halus dan mengkilap, biasanya dibuat menjadi ubin, toilet maupun batu nisan. Rusnaim adalah teman baikku yang sering mengajakku bermain ke rumahnya dan sesekali mengajak bertanding sepakbola di lapangan dekat pemakaman. Dia dengan teman-temannya melawan kelompokku. Lapangan tempat bermain bola itu digenangi air hingga selutut kami jika hujan turun. Daerah kami memang selalu banjir jika musim penghujan datang, sama dengan wilayah lain di Jakarta pada umumnya. Jika banjir datang kami bermain perahu dari batang pisang yang disusun menjadi rakit. Dengan cara demikian kami selalu memiliki cara untuk bersenang-senang dalam segala situasi.

Kawanku yang lain adalah Titin, anak seorang tentara yang tinggal di asrama dekat sekolah. Ia gadis yang cantik dan terus terang aku menyukainya. Ia bertubuh langsing dan jangkung sehingga seolah gadis dewasa. Suatu saat ia minta kuantar ke terminal bus Grogol kemudian ke Lapangan Banteng. Dari sana dia menaiki bus ke Subang, katanya hendak ke rumah neneknya. Untuk membeli tiket dia terlebih dulu menjual giwang di toko emas. Esok harinya sekolah menjadi gempar karena kedua orangtua Titin yang seorang perwira itu mencari ke sekolah dan akupun diinterogasi oleh Kepala Sekolah. Kebetulan kedua orangtuanya kukenal baik karena aku pernah diajak keluarga mereka berkeliling Jakarta dengan mobil sedan mereka.

Ada lagi seorang temanku yang masih kuingat hingga sekarang, namanya Mirza. Dia anak orang kaya yang tinggal di jalan Dr Muwardi, Grogol. Ketika itu aku sudah tinggal di Tomang, sehingga kalau berangkat ke sekolah biasanya aku singgah ke rumahnya terlebih dulu baru kemudian menggunakan becak ke sekolah. Jika tidak bersamanya aku biasa menggunakan bus ke sekolah. Bus ketika itu berbentuk seperti roti tawar bermerk Robur. Tidak lama kemudian datang bus-bus baru dari Amerika Serikat yang memiliki hidung mancung bermerk Dodge seiring berkembangnya PPD (Perusahaan Pengangkutan Djakarta). Bus-bus AS itu bergambar tangan sedang berjabatan sebagai lambang persahabatan Indonesia-AS. Rezim Orde Baru memang bertumpu pada bantuan luar negeri terutama AS. Pertemanan Indonesia dengan Uni Sovyet mendingin berganti dengan persahabatan dengan AS.

Guru-guru di sekolahku yang baru masih kukenang hingga sekarang. Namanya pak Samhudi dan Suminto. Pak Samhudi selalu berpakaian rapi setelah putih dan berkopiah. Aku dengan dengannya dan pernah main ke rumahnya. Aku terkejut rumahnya sangat sederhana, terbuat dari bamboo dan berlantai tanah, lebih buruk dari rumahku. Meskipun begitu dia selalu berdedikasi dalam mengajar, jika ada murid yang tidak hadir beberapa hari dia akan mendatangi rumahnya dan biasanya aku ikut mengantar. Pak Suminto adalah guru yang tegas dan berwibawa. Di balik wajahnya yang keras, ia menyayangi murid-muridnya. Ketika dalam ujian sekolah aku memperoleh nilai lima untuk mata pelajaran berhitung, dia mengajakku ke rayon ujian dengan bersepeda dan meminta agar aku diuji ulang meski tidak berhasil.

SMP Negri LIV Filial

Setelah setahun tidak bersekolah akhirnya pada tahun 1974 aku bersekolah di SMP Negri LIV (baca : lima puluh empat) Filial. Diberi nama filial karena sekolah ini menginduk ke SMP Negri LIV. Waktu belajarnyanya dilaksanakan petang hari, karena pada pagi hari sekolah digunakan untuk SD. Letak sekolahku yang baru ini ada dalam lingkungan tempat kerja bapak di belakang rumah-rumah besar para pejabat pimpinan Barisan Pemadam Kebakaran DKI. Pada waktu pimpinan tertinggi di BPK adalah seorang Kolonel dari KKO AL (Korps Komando Operasi Angkatan Laut) sejalan dengan kebijakan dari gubernur Ali Sadikin untuk mendisiplinkan BPK agar menjadi korps yang tangguh, lagipula umum terjadi ketika itu instansi-instansi sipil dipimpin oleh ABRI (TNI dan Polri), meskipun yang dominan adalah Angkatan Darat.

Murid-murid di sekolahku kebanyak adalah anak para anggota korps BPK, ada pula anak-anak tentara dari kesatuan Tajimalela yang tidak jauh dari sekolah, selebihnya berasal dari lingkungan asrama. Di kelasku ada ada Tukijan yang jika menyanyi seperti Dedi Damhudi, penyanyi Gubahanku. Bila tidak ada guru, teman-teman mendaulatnya untuk bernyanyi di depan kelas. Tukijan dengan lemah gemulai akan maju dan bernyanyi dan teman-teman akan terpesona lalu bertepuk tangan untuknya. Sementara Sudarsono adalah murid yang cerdas, dia menjadi teman dekatku, sehingga aku sering bermain ke rumahnya bahkan pernah menginap di sana. Selebihnya adalah anak-anak nakal yang senang membuat huru hara di kelas. Aku termasuk di dalamnya. Beberapa kali aku dipanggil ke kantor kepala sekolah dan dinasihati oleh kepala sekolah, ibu Paribanoe namanya, sampai aku menangis karena terharu mendengar nasihatnya. Kepala TU juga pernah memberi nasihat padaku yang membuat aku malu karena ternyata dia adalah mantan guru bapakku di KPAA. KPA dan KPAA diselenggarakan di sekolah yang sama dengan sekolahku, hanya diselenggarakan pada malam hari. Dia berkata bahwa bapak adalah orang yang berbudi baik. Aku benar-benar tak berkutik kalau sudah dibandingkan dengan bapak. Harus kuakui bapak memang orang yang berbudi, berperangai halus, lembut tutur katanya. Teman-teman sekolahku memanggil bapak dengan sebutan paklik.

Guru-guru di sekolahku sangat bagus dalam mengajar. Hampir semua mata pelajaran yang mereka ajarkan aku suka. Ilmu ukur dan aljabar pun aku suka. Pak Tobing sangat piawai dalam mengajar aljabar. Sementara Mrs Dien adalah guru bahasa Inggris yang baik. Dia guru favorit kami, cantik dan cerdas, sehingga ketika dia dipindahkan murid-murid bersedih. Dia adalah seorang muslimat aktivis Muhammadiyah yang kemudia hari menjadi anggota DPRD dari Partai Persatuan Pembangunan. Guru sejarahku bernama ibu Asna, yang konsisten berbusana nasional ketika mengajar, berkain batik, berkebaya dan berkerudung. Darinya masih ada pelajaran mengenai sejarah dunia yang kukenang hingga sekarang yaitu mengenai budaya dari sungai Gangga yang telah maju sejak dulu sebagaimana ditemukan di Mohenjodaro dan Harafa.

Di sekolah aku termasuk murid yang pandai, seringkali menjadi juara satu atau dua dan mendapat hadiah alat tulis seperti buku dan pulpen. Sudarsono adalah kompetitorku. Dia memang anak yang pandai, sehingga selepas lulus SMA 7 dia mendapat beasiswa kuliah dalam bidang geologi di AS. Dalam mengarang dalam bahasa Indonesia aku punya prestasi sehingga pernah diberi hadiah tekstil untuk bahan kemeja. Akupun diikutkan dalam lomba berenang meskipun tak sempat jadi juara.

Entah mengapa begitu naik kelas II aku memutuskan ingin pindah bersekolah ke Jawa Timur. Salah satu pertimbanganku yangkuingat adalah bahwa lingkungan sekolahku sudah tidak kondusif untuk belajar, karena banyak sekali anak-anak yang putus sekolah di tengah jalan karena pergaulan yang tidak baik. Andri, seorang gadis Indo yang cantik bahkan membawa minuman beralkohol dan meminumya bersama teman-teman di sekolah . alasan lainnya adalah karena kehidupan ekonomi bapak yang tidak bagus sementara kehidupan di Jakarta saat itu sudah mulai berkembang ke arah kehidupan modern yang materialistis, sementara aku tidak dapat mengikutinya. Bapak menambah penghasilan dengan menjadi pemborong proyek perumahan , membuat furniture dan akhirnya keluar dari pekerjaannya. Belakangan bapak asyik menjadi makelar tanah bersama teman-temannya, namun sejauh yang kutahu belum pernah memperoleh “bonanza” dari jual beli tanah yang marak di Jakarta Selatan ketika itu.

Peristiwa Malari (Malapetaka Limabelas Januari 1974)

Peristiwa yang tidak dapat kulupakan saat aku bersekolah di SMP Negri LIV Filial adalah terjadinya protes besar-besaran mahasiswa Jakarta yang dimotori mahasiswa UI terhadap kebijakan pembangunan Orde Baru yang berujung pada huru hara di seluruh Jakarta pada tanggal 15 Januari 1974. Huru hara meletus saat PM Jepang Kakuei Tanaka berkunjung ke Indonesia setelah melawat dari Thailand. Di Thailand pun terjadi kerusuhan yang sama. Demonstrasi besar-besaran di Jakarta dimotori oleh Hariman Siregar, mahasiswa UI. Para demonstran berkeliling Jakarta merusak symbol-simbol kemajuan ekonomi yang kebanyakan adalah berwujud perusahaan dan produk-produk asing terutama dari Jepang. Mobil dan motor baru dikeluarkan dan dibakar bersama showroomnya. Toko-toko dirusak. Di jalan-jalan bergelimpangan bangkai mobil dan motor bekas bakaran. Akupun bersama anak-anak sekolah lain ikut-ikutan berparade di jalan-jalan mendukung kakak-kakak mahasiswa yang marah dan melempari serta merusak apa saja yang berbau Jepang. Inilah pengalaman politik praktisku yang pertama. Setelah itu Pangkopkamtib menetapkan jam malam selama seminggu. Kampus dan sekolah diliburkan.

Beberapa waktu kemudian berita-berita di surat kabar seperti Merdeka berisi berita tentang pengadilan bagi mahasiswa demonstran seperti Hariman Siregar dan Theo Sambuaga. Hariman dipenjara dan istrinya mengalami depresi hingga harus dirawat di RSJ. Theo kemudian menjadi aktivis Golkar dan menjadi anggota DPR beberapa periode sebelum menjadi Komisaris Utama sebuah bank nasional. Hariman membuka klinik Baruna atas bantuan Fanie Habibi dan membuat pusat dokumentasi/informasi yang kemudian terbakar.

SMP Kusuma Bangsa

SMP Kusuma Bangsa adalah sekolah swasta yang didirikan untuk memenuhi kebutuhan para buruh perkebunan karet di Tretes, Ngawi. Letaknya di kecamata Sine tapi lebih alamat pos nya adalah Tretes, Walikukun, karena surat-surat dibawa oleh kereta api dan diturunkan di stasiun kereta api Walikukun. Sekolah ini terletak di tengah-tengah perkebunan yang asri bersama perumahan karyawan dan pabrik pengolahan karet.

Aku masuk di kelas III dan selama setahun aku harus berjalan pergi pulang menembus kebun karet yang luas dari rumah mbah putri untuk bersekolah bersama teman sekelasku paklik Sunarto. Beberapa temanku menggunakan sepeda sebagai sarana transportasi demikian juga para guru. Tapi kebanyakan guru tinggal di perumahan perkebunan bersama karyawan perkebunan. Karyawan perkebunan ada yang tinggal di perkebunan dengan memperoleh gaji tetap, dan ada pula yang menjadi buruh harian yang diberi upah seminggu sekali.

Tempat yang baru ini mendekatkanku pada alam dan lingkungan perdesaan dengan penduduknya yang kebanyakan. Aku banyak bergaul dengan masyarakat pedesaan, ikut dalam sambatan ketika mendirikan rumah dan menghadiri acara selamatan bila ada yang meninggal dunia. Sambatan berasal dari kata sambat yang artinya mengeluh atau minta tolong. Dalam sambatan seseorang meminta tolong pada para tetangga untuk mendirikan bangunan rumah atau mengolah sawah. Tetangga yang datang membantu tidak diberi upah melainkan hanya sekedar makan siang. Pada saat demikian aku ikut membantu mengangkat genteng atau kayu dan sekaligus bersosialisasi dengan masyarakat. Sedangkan bagi yang meninggal ada upacara tahlilan untuk menghibur keluarga yang baru ditinggal oleh sanak keluarga mereka. Akupun sering menghadiri acara lek-lekan (dari kata melek: membuka mata) untuk menemani seorang suami yang baru memperoleh anak. Lek-lekan berlangsung sampai sebulan. Biasanya diisi dengan main kartu , adakalanya menggunakan taruhan. Dari sebagian taruhan diberikan pada empunya rumah.

Aku punya kawan sekolah nakal yang sering mengajakku menonton tayuban (tari pergaulan) untuk melihat teledek (penari perempuan) dan kadangkala bekenalan dengan mereka. Pernah suatu saat aku diberi minuman keras dan keesokan hari aku berkunang-kunang saat upacara bendera di sekolah. Adapula temanku yang sering mengajakku menonton permainan dadu. Kakaknya adalah mantan narapidana yang sekarang menjadi seorang bandar dadu. Permainan dadu selalu ada di setiap keramaian di desa entah saat pergelaran wayang kulit, tayuban atau dangdutan. Polisi kadangkala melakukan razia, tapi boleh dikatakan hal itu jarang terjadi. Akupun bersahabat dengan kakak temanku yang di masa Gestok tahun 1965 menjadi algojo. Tugasnya ada membantu tentara membunuhi orang yang dianggap PKI.

Keinginanku untuk meninggalkan pergaulan yang negative di Jakarta ternyata harus menghadapi kenyataan bahwa pergaulan buruk ada dimana-mana, di kota besar seperti Jakarta atau di desa yang jauh dari keramaian kota. Dalam kegamangan seperti itu aku jadi bersahabat dengan alam. Aku sering menyendiri di bebatuan besar yang ada di sungai, di sumber (mata air) yang ada di tengah persawahan atau mendaki gunung yang ada di desaku. Akupun sesekali ikut mencangkul di sawah atau kebuh mbah putri. Sesekali aku berkorespondensi dengan teman-temanku di kota, terutama dengan Sudarsono.

Dengan kondisi seperti itu masih dapat menyelesaikan sekolahku hingga lulus SMP pada tahun 1975. Sayangnya aku kemudian tidak menyukai pelajaran aljabar karena guru aljabar di sekolahku yang baru tidak sebagus guruku di Jakarta.

1 komentar:

  1. KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل

    KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل


    KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل

    BalasHapus