Selasa, 03 Mei 2011

Seminar Pekerjaan Sosial Internasional













SEKITAR tahun 1987, Ibu Ummu Salamah Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Pasundan (Unpas) menugaskanku dan adik kelasku Abu Hurairah untuk mengikuti seminar dan kongres Asia and Pacific Social Work Education di Jakarta. Kamipun berangkat ke sana berempat : Ibu Ummu, pak Fahrurozi, Abu dan aku, dengan Surat Perintah Jalan dari Pembantu Dekan Bidang Akademik , pak Soleh Suryadi. Dengan SPJ itu aku dan abu diberi biaya perjalanan sekitar Rp 75.000,00.

The Asian and Pacific Association for Social Work Education(APASWE), is a non-profit and non-sectarian organization for schools of social work in the Asia-Pacific region. With a membership exceeding 200 (mostly drawn from educational institutions), APASWE promotes academic and professional standards of social work education and facilitates inter-school cooperation and collaboration in the region.


Seminar diadakan di Hotel Kemang Jakarta, diikuti lembaga kesejateraan sosial, perguruan tinggi maupun perorangan dari negara-negara Asia Pasifik seperti Jepang, AS, Australia, Hongkong, Singapura, Malaysia, Thailand, Selandia Baru, Filipina, Fiji bahkan India dan negara-negara teluk. Itu adalah pengalamanku mengikuti seminar internasional yang pertama. Kongres dibuka oleh Menteri Sosial, Sudarsono dengan keynote speaker ketua dari Emil Salim, Alamsyar Ratu Perwiranegara dan beberapa pejabat lainnya. Siti Hardianti Rukmana ketika itu bertindak sebagai tuan rumah dalam acara welcoming dan farewell party karena posisinya sebagai ketua umum Pekerja Sosial Seluruh Indonesia.




Emil Salim





Dr Emil Salim, is a graduate in engineering and economics. Received Ph D degree from University of California, Berkley. After became Minister of State for Administrative Reform in 1971 at the age of 41, Dr Emil Salim served four terms in ministerial positions in Indonesia for 22 years, including the first minister of the Environment. Dr Emil Salim from early on addressed the environmental problems in the developing nations region in Asia, and as the chairman of the ASEAN Environment Ministerial Congress set the target, the scope, the programme and the action plan for the ASEAN nations to cooperate in the environment area. He also contributed in establishing the concept of sustainable development and furthering global environmental policies through various United Nations’ committees. He currently serves as President’s Council of Advisors, Indonesia.



Beberapa hal yang dibahas pada kongres dan seminar Apaswe adalah mengenai teori-teori dan praktik pekerjaan sosial serta kebijakan pemerintah berkaitan masalah-masalah kesejahteraan sosial di samping memformulasikan peran perguruan tinggi menghadapi kecenderungan global masalah-masalah kesejahteraan sosial. Para peserta kongres juga diberi kesempatan untuk mengikuti kegiatan kelompok dalam bentuk field trip ke obyek-obyek pelayanan sosial di sekitar Jakarta. Aku ikut field trip ke Yayasan Sayap Ibu yang menyantuni anak-anak yang kurang beruntung karena tidak memperoleh perawatan orangtuanya disebabkan karena kemiskinan atau masalah-masalah lainnya. Adapula acara promosi pariwisata kota Jakarta dalam bentuk sightseeing ke obyek-obyek wisata seperti Taman Impian Jakarta dan Monumen Nasional yang mendekatkanku pada seorang pekerja sosial dari Sidney, Australia yang nama bernama belakang Jones. Seorang professor dari Universitas Nagoya, Mitsuko Kojima nampaknya terkesan dengan kemampuanku menenangkan seorang anak penyandang cerebral palsy (radang otak) ketika melakukan field trip ke Yayasan Sayap Ibu. Kedua orang itu kemudian menjadi teman berkorenspondensi untuk beberapa lama.



Pantai Ancol












Panitia memberi kesempatan pula untuk para mahasiswa jurusan kesejahteraan sosial dari pelbagai perguruaan tinggi Indonesia melakukan “kongres” . hasil dari kongres itu adalah rekomendari agar kami membuat sebuah organisasi tingkat nasional . Beberapa waktu kemudian kami membentuk organisasi mahasiswa bernama Ikatan Mahasiswa Profesi Pekerjaan Sosial Indonesia (IMPPSI) di Bandung, dengan Ketua Umum Syafri dari STKS, Sekretaris Jendralnya adalah Marike dari Universitas Padjadjaran dan aku sebagai Ketua I Bidang Organisasi. Aku sempat mengikuti pertemuan tingkat nasional di Yogyakarta sebelum lulus kuliah. Selanjutnya Abu Hurairah dan teman-temannya yang melanjutkan organisasi tersebut.

Professor Mitsuko Kojima, memberi kesempatan padaku untuk mengikuti pendidikan pascasarjana di Jepang. Karena itu setiap bulan dia mengirimiku yen untuk biaya kursus bahasa Jepang. Dia menyiapkan cottage di rumahnya untuk tempat tinggalku kelak. Selain itu dia pun berbaik hati mengenalkanku dengan seorang mahasiswa pascarjana yang akan membantuk di sana. Aku sempat mengikuti kursus di Pusat Kebudayaan Jepang di jalan Purnawarman untuk sekitar setahun lamanya. Pusat Kebudayaan Jepang tersebut kini telah rata dengan tanah dan di atasnya dijadikan pusat penjualan alat-alat elektronik seperti computer, mobile phone dan peralatan audiovisual. Aku sempat menyiapkan paspor untuk berangkat ke Jepang, tapi kemudian keberangkatanku itu batal karena profesor pension dini karena kematian ibunya. Bahasa Jepang yang kupelajari pun pelan-pelan menghilang dari ingatan kecuali ucapan “arigato gozaimasu” yang artinya terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar