Sabtu, 07 Januari 2012

Bangkok (Krung Thep Maha Nakhon)






Sky Train kota Bangkok









Pada libur sekolah Juni-Juli 2004 Ketut Sustiawan (yang kini menjadi anggota DPR RI) mengajak kami : Ikhwan Fauzi, Sahal Tastari, Iswara, Dadang Eka, aku dan kawan-kawan lainnya untuk berlibur ke luar negri dengan syarat harus membawa keluarga. Dia berjanji mencarikan biaya untuk kami, tapi untuk keluarga harus “bayar masing-masing”. Setelah membahas pelbagai kemungkinan tujuan, kami akhirnya menyepakati untuk pergi ke Thailand dan Singapura. Ketut, Dadang, Sahal membawa semua keluarganya. Iswara mengajak istrinya, Ikhwan membawa kedua anak perempuannya dan aku mengajak istri dan anak bungsuku yang masih bersekolah di SD.

Dari bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng kami terbang ke Thailand tengah malam dan pagi hari mendarat di bandara Don Muang, Bangkok. Waktu subuh di Bangkok hari sudah nampak terang, kami menyempatkan diri shalat di sebuah masjid di lingkungan sebuah sekolah di luar bandara sambil mencari tempat sarapan pagi di dekat nya. Perhatianku langsung tertuju pada jalan raya yang menyediakan jalur khusus buat para penyandang cacat ditandai dengan gambar kursi roda. Thailand memang sudah selangkah lebih maju dalam bidang kesejahteraan sosial di tingkat ASEAN bahkan mungkin juga di Asia.

Seingatku saat itu kami langsung mengadakan tur di pelbagai obyek wisata di kota Bangkok (Krung Thep Maha Nakhon) . Tujuan pertama adalah ke istana kerajaan yang cukup luas dan megah. Bangunan-bangunan istana seperti menggabungkan gaya Eropa dan Thailand. Bangunan Thailand ditandai dengan warna merah dan kuning emas serta bentuk atap rumah runcing mengingatkanku pada atap rumah di Minangkabau. Wisatawan yang datang ke istana sangat ramai, terutama wisatawan manca. Obyek foto yang menarik adalah bangunan kuil yang ada di istana.

Setelah mengelilingi istana kami menyebrangi sunga Chao Praya menuju ke sebuah Wat Arun, kuil umat Budha yang megah di sebrang sungai. Bangunan kuil bertingkat-tingkat dengan didominasi warna putih dengan ukiran warna-warni, puncaknya seperti kubah masjid yang runcing.




Wat Arun di tepian Chao Praya





Senyampang di Bangkok, kamipun melayari sunga Chao Praya yang membelah kota Bangkok. Dengan menggunakan perahu bermotor kami melayari kota dan menyaksikan kehidupan di tepian sungai yang semarak. Rumah-rumah panggung dari orang-orang Melayu muslim masih dipelihara dan dipertahankan untuk kepentingan sejarah dan pariwisata. Di belakangnya gedung-gedung jangkung bertebaran menunjukkan modernisasi yang sedang berlangsung. Arus sungai deras dan dapat dikatakan bebas dari sampah sehingga menyenangkan dipandang mata. Kami memberi makan ikan-ikan dengan roti yang kami beli dari para pedagang yang menjajakan dagangannya di perahu.

Menjelang sore kami pergi ke Siam Paragon pusat keramaian Bangkok yaitu sebuah pusat belanja terbesar di Asia yang menjual pernak-pernik khas Thailand. Kesempatan itu kugunakan untuk mengajak anakku mencoba moda transportasi monorail (sky train) yang menghubungkan beberapa titik tujuan di sekitar kota Bangkok. Malam itu kami menginap di Bangkok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar