Kamis, 20 September 2012

Emirates


Dubai 


Suatu saat Sely Andriana Gantina menelponku. Inti dari pembicaraan di telpon adalah mengenai keputusan rapat di Komisi B siang itu yang memutuskan agar aku dan MQ Iswara berangkat ke Dubai. Tentu saja aku terkejut dan setengah tidak percaya karena tidak pernah terbayangkan aku akan ke sana. Sampat saat itu perjalananku yang terjauh ke Timur Tengah adalah ke Saudi Arabia, itupun dalam rangka menjalankan ibadah haji.  Ada apa dengan Dubai ? Ternyata  Pemerintah provinsi Jawa Barat dalam hal ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan akan mengikutsertakan beberapa pengusaha furnitur dari Ciayumajakuning (Cirebon Indramayu Majalengka dan Kuningan) dalam Index  2006, suatu pameran perdagangan internasional di Dubai.  Dalam rangka itulah aku ke sana.

Tanggal 3 November 2006 kami berangkat dari Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional Daerah) Jawa Barat di JalanDago menuju bandara internasional Soekarno Hatta dengan menggunakan bis carteran.  Dalam rombongan ada Agustiar (Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan ) dengan beberapa pejabat di bawahnya,  Kohar seorang Kepala Biro di Gedung Sate, Gatot Tjahjono perwakilan dari Kadin (Kamar Dagang dan Industri) Jawa Barat dan beberapa pengusaha rotan serta furnitur yang hampir semuanya baru kukenal saat itu. Hanya satu yang sudah kukenal agak lama yaitu  Sobur Koswara (aku biasa memanggilnya Kang Sobur), dia memiliki satu dua pabrik, showroom dan gudang furnitur rotan di Cirebon. Setahuku dia itu juga seorang PNS di Dinas Perindustrian Cirebon.  Produk furnitur rotannya diekspor ke Eropa, AS dan Jepang. Disainnya sangat bagus dan kontemporer, sayang produk-produk itu tidak bisa dijumpai di pasar lokal. 

Menjelang malam kami tiba di bandara.  Karena pesawat Emirates yang akan membawa kami ke Dubai baru akan berangkat menjelang tengah malam maka kami semua menunggu di lounge sambil minum secangkir kopi atau teh dan menikmati kudapan.  Pada saat itulah aku bercakap-cakap dengan para pelaku usaha furnitur, melihat brosur produk dan profil perusahaan mereka. Sungguh produk mereka yang mereka hasilkan sangat bagus. Bahan bakunya tidak terbatas pada rotan, karena ada yang terbuat dari kayu dan serat eceng gondok.  Sangat masuk akal kalau Dinas mengajak mereka berpameran di Dubai yang memang menjadi pintu gerbang perdaganan ke kawasan Timur Tengah, Eropa dan Afrika.

Setelah satu atau dua jam menunggu di lounge, ada kabar kalau Dany Setiawan (Gubernur Jawa Barat) ada di ruang VIP,  maka aku dan Iswara pun menyambanginya. Ternyata di sana sudah ada Ruslan (Ketua DPRD Jawa Barat) dan Dedi Supardi (Bupati Cirebon).  Maka ramailah suasana di ruang VIP di lounge itu, apalagi sudah menjadi kebiasaan di masyarakat Jawa Barat untuk bersendagurau (hereuy) di antara pembicaraan serius.  Rasanya baru sekali ini aku mengikuti suatu perjalanan bersama orang nomor satu di Jawa Barat.  Nampaknya perjalanan keDubai ini akan menarik.

Menjelang tengah malam kami menju ruang tunggu bandara. Berjalan dari lounge ke ruang tunggu kami melewati beberapa gerai duty free shop yang menjual barang-barang berkualitas dan berselera.  Nyaman sekali berjalan-jalan di koridor bandara saat suasana mulai sepi. Lampu-lampu yang sangat terang menegaskan kemegahan interior bandara.  Bagaimanapun aku tergoda untuk melihat-lihat produk batik di salah satu gerai. Tiba-tiba saja terasa olehku betapa bagus batik-batik itu di sana. 
Kamipun harus melewati pemeriksaan petugas imigrasi yang memeriksa paspor dan kemudian memberi cap exit permit pada salah satu lembarannya.  Di samping itu kamipun harus melalu metal detector. Masih belum cukup, petugas bandara juga memeriksa  pakaian kami. Lolos dari itu semua baru kami bisa masuk ruang tunggu.  Kegiatan selanjutnya adalah boarding dengan terlebih dulu menyerahkan boarding pass pada petugas maskapai penerbangan.  Maka kamipun memasuki pesawat berbadan lebar setelah melalui garbarata.  Sekitar setengah jam kami menunggu di dalam pesawat sebelum kru pesawat mengatakan bahwa pesawat akan lepas landas. Pramugari memeriksa sabuk pengaman kami kemudian  mengajari cara menggunakan peralatan jika terjadi situasi darurat. Pilot menyapa melalui pengeras suara dan tidak lama kemudian pesawat bergerak meninggalkan apron menuju taxi way untuk kemudian take off (lepas landas).  Menuju Dubai...

Begitu lepas landas berjalan dengan mulus, kesibukan di pesawat mulai. Pramugari dan pramugara cantik ganteng berwajah Arab-Eropa mulai mendatangi penumpang dan menawarkan makan malam.  Akupun menikmati dan mensyukuri  makan malam yang lezat itu. Tidak lama kemudian akupun tertidur. Demikian juga para penumpang yang lain.  Aku tidak ingat apakah pesawat yang kami tumpangi transit di suatu tempat tertentu sebelum melanjutkan perjalanan ke Dubai.