Kamis, 02 Mei 2013

Menyaksikan Mummi Firaun di Museum Nasional Mesir



Beberapa Tempat  Menarik Di  Kairo

The Egyptian Museum, Cairo


Sebagai Negara dengan kebudayaan tertua di dunia Mesir memiliki banyak peninggalan sejarah dan obyek pariwisata. Di samping piramida, sungai Nil, pasar El Khalili, dan Masjid  Al Azhar masih ada beberapa tempat menarik lainnya yang bisa dikunjungi di Mesir. Berikut ini adalah beberapa tempat di seputar Kairo:

1.      Museum Nasional Mesir (The Egyptian Museum)  

Museum ini merupakan tempat dari warisan kebudayaan dan sejarah Mesir yang panjang.  Terletak di pusat kota, museum nasional dikunjungi wisatawan dari pelbagai penjuru dunia terutama dari Negara Eropa. Koleksinya sangat lengkap mencapai 120.000 item benda bersejarah dan penataannya baik seperti di pertokoan.  Boleh dikatakan museum nasional merupakan harta karun Mesir yang sesungguhnya karena menyimpan benda-benda bersejarah sejak ribuan tahun sebelum Masehi. didirikan tahun 1835 museum ini sempat berpindah-pindah hingga akhirnya tahun 1902 berpindah ke tempat yang sekarang yaitu di Tahrir Square . Untuk memasuki museum ini pengunjung dipungut biaya LE 50 (50 pon Mesir). sayangnya pada Revolusi Mesir 2011 museum sempat mengalami kerusakan, dua mummi dirusak demikian juga beberapa artefak.

Ada dua lantai utama di Museum  yaitu  lantai dasar dan lantai satu. Di lantai dasar terdapat koleksi papyrus dan koin di zaman kuno. Papyrus dalam bentuk fragmen kecil karena usianya yang melebihi dua ribu tahun. Sedangkan koin terbuat dari pelbagai metal yang berbeda yakni emas, perak dan perunggu dari Mesir, Yunani, Romawi dan Islam. Terdapat pula artefak dari New Kingdom, pada periode 1550-1069 SM termasuk patung, meja dan sarcophagus (peti mati). Ada pula item dari kuburan Firaun Thutmosis III, Thutmosis IV, Amenophis II, Hatshepsut dan banyak artefak dari Lembah Raja- Raja.

2. Museum Mummi 

Bagian paling berharga dan presitisius di museum nasional Mesir  ini adalah museum yang menyimpan mumi raja-raja Mesir.  Museum ini dijaga ketat oleh aparat keamanan yang bersenjata lengkap. Pengamanannya pun berlapis=lapis, salah satunya melalui metal detector. Tiket masuknya pun lumayan mahal yaitu LE 100 (100 pon Mesir).

Museum mummi  (Royal Mummy Room) yang memajang 11  mummi kerajaan pada masa Pharaoh (Firaun). Para sejarawan kesulitan menentukan masa kekuasaan para Firaun tersebut.  Tapi mereka memperkirakan Sneferu berkuasa sekitar tahun 2620 SM   dan Akhenaten berkuasa tahun  1350 SM. Mummi Firaun yang berkuasa pada zaman Nabi Musa AS juga dipajang di sana. Mummi Firaun itulah obyek paling menarik bagiku. Tidak pernah terbayangkan Mummi Firaun ada di depan mataku. Penguasa yang ingin dipertuhan ini terbujur kaku dalam bentuk mummi yang berwarna kehitaman. Dalam Al Quran diceritakan Nabi Musa AS atas pertolongan Allah membelah laut Merah dengan tongkatnya sehingga bisa menyebrang bersama ummatnya. Firaun dan para pengikutnya mengejar melalui jalan itu, tapi laut Merah menutup dan binasalah mereka . namun Allah SWT menghendaki agar jasad Firaun diselamatkan agar manusia dapat melihatnya sebagai tanda kekuasaanNya. Jasad itu terbujur kaku di depanku dalam bentuk mummi.


3.  Benteng Salahuddin Al Ayubi (The Saladin Citadel)

terletak bukit di bukit dekat pusat kota Kairo. Benteng ini memiliki  udara yang segar dengan pemandangan yang indah ke kota Kairo. Kini benteng Saladin menjadi tempat cagar budaya dengan masjid dan museum. Untuk memasuki benteng ini pengunjung dipungut biaya LE 40 (40 pon Mesir).

Benteng dibangun oleh pemimpin dinasti Ayubi, Salahuddin, antara tahun 1176-1183 untuk berlindung dari kaum Salib. Beberapa tahun setelah mengalahkan Khalifah Fatimiyah, Salahuddin membangun tembok besar yang meliputi Kairo dan Fustat, dengan maksud agar tentaranya dapat mempertahankan dua kota tersebut sekaligus, dan menurutnya adalah baik untuk mengelilinginya dengan tembok dari satu tepian ke tepian sungai Nil lainnya.  

Benteng terdapat di pusat tembok dank arena dibangun di bukit maka akan sulit untuk diserang. Di benteng itulah pemerintahan Mesir sampai abad ke-19. Untuk memasok air ke benteng, Salahuddin membuat sumur sedalam 85 meter yang dinamakan sumur Yusup yang dikenal sebagai sumur spiral karena menggunakan 300 lingkaran menuju sumur. Air dari sumur dinaikkan ke permukaan dan kemudian ke benteng dengan menggunakan serangkaian jembatan air (aqueduct). Sumur itu kemudian ditambah dengan kincir air dari Sungai Nil di masa Nasir Muhammad dari dinasti Mamluk.     

Nasir juga membangun kembali masjid dan kemudian diberi nama masjid Nasir di tahun 1318. Masjid ini seperti replica masjid Biru (Blue Mosque) di Istambul Turki. Masjid ini memiliki tata akustik yang bagus sehingga tidak diperlukan adanya pengeras suara. Suara imam masjid dan khatib dapat terdengar jelas oleh para jamaan yang melaksanakan shalat berjamaah di dalamnya.     

Aku sempat berpose dengan menggunakan busana perang Salahuddin berupa jubah berwarna merah dengan topi dan penutup dada dari besi, lengkap dengan perisai dan pedang.


4.       Museum Papirus

KATA papyrus melalui bahasa Latin berasal dari bahasa Yunani papuros. Dalam bahasa Arab disebut Bardy atau Warak. Tanaman papyrus berada di delta sungai Nil. Papyrus sangat penting di masa Mesir Kuno. Saat teknologi pengolahan papyrus ditemukan maka Mesir memonopoli papyrus dan bahkan mengekspornya ke Negara lain.

Tanaman papyrus berada di delta sungai Nil. Tingginya bisa mencapai 4-5 meter dan dipanen pada bulan Oktober-Desember setelah terjatuh kerena banjir. Orang Mesir Kuno membuat papyrus menjadi kertas sejak 3000 SM. Tidak Cuma dibuat kertas, papyrus juga menjadi komponen pembuatan perahu, tambang dan keranjang. Akarnya bisa  untuk bahan bakar, batangnya yang kering bisa dibuat tikar, peti, meja dan sandal. Mengapa papyrus dibuat menjadi kertas karena ringan, kuat dan tipis, tahan lama dan mudah dibawa.

Teknik modern produksi papyrus di Mesir saat ini dikembangkan tahun 1962 oleh Dr Hassan Rajab, seorang insinyur Mesir yang lama terpesona oleh teknis misterius Mesir Kuno. Dalam rangka menemukan kembali pembuatan kertas papyrus di Mesir, dia membawa pohon papyrus dari Sudan dan Ethiopia dan membuat perkebunan papyrus terbesar di dunia di Pulau Yakub di Giza yang sekarang dikenal sebagai Desa Firaun.

Dr Hassan Rajab kemudian membuka Institut Papyrus di tahun 1968 dalam upaya membangun kembali teknik kuno dan menunjukkan pada public. Kini museum itu adalah suatu toko yang diakui pemerintah dalam membuat dan menjual papyrus yang asli dalam bentuk pelbagai souvenir dan pakaian Firaun-an. Institut Papyrus Hassan Ragab yang  juga dikenal sebagai Museum Papyrus berada di sisi barat sungai Nil, satu kilometer dari pusat kota Kairo. Museum memiliki koleksi reproduksi papyrus dan lukisan terkenal dari Mesir kuno.  Selama tahun 1970-80an tempat ini menjadi destinasi wisata ketiga terpenting di Mesir setelah Piramid dan Museum Mesir.  

5.      Toko Wewangian

Salah satu tempat yang bisa dikunjungi di Kairo adalah toko parfum.  Ada banyak toko parfum di sana yang bisa kita kunjungi. Saya mengunjungi salah satu di antaranya. Toko yang kukunjungi menyediaakan minyak esensial dan minyak untuk  aromatherapy.   Aromatherapy baik untuk penyembuhan spiritual dan membuat orang memperoleh energy atau relaks.

Manajer toko menjelaskan bahwa Ada tiga kelompok wewangian yang berbeda. Yang pertama adalah Sari Bunga (flower essences) yang hanya berasal dari satu macam bunga. Kelompok kedua adalah campuran (essence blends) yang bisa terdiri dari lima sampai tujuhpuluh bunga, kelompok ini menjadi dasar dari pelbagai parfum yang terkenal.  Dan yang terakhir adalah kelompok ketiga adalah rempah-rempah (spices) yang berasal dari pepohonan  yang dibawa oleh binatang. 

Perusahaan memiliki lahan di Faiyoum (90 km dari Kairo) dan memanen bunga dua kali dalam setahun. (di Indonesia kita bisa panen bunga setiap hari). Kemudian sarinya diambil dengan mesin  kayu yang digerakkan tangan. Sari (essence) dimasukkan ke dalam kendi yang terbuat dari batu pualam, tidak menggunakan plastic karena zat kimianya  bisa bercampur dengan essence. Sari bunga kemudian disimpan di tempat gelap supaya lebih menyatu. 60% diekspor ke Perancis. Di sana perusahaan mencampurnya dengan tambahan kimia dengan merek dan kemasan yang menarik dan dengan harga yang menarik pula tentunya.

Toko parfum juga menjual botol-botol yang fancy  terbuat dari kaca yang kuat yang dinamakan pyrex. Botol-botol ini ditiup  diwarnai dengan tangan sehingga setiap botol unik. Botol ini digunakan untuk menyimpan essence dan bisa dijadikan dekorasi di rumah.

 Aku membeli sari bunga untuk aromaterapi di rumah. Namun aku kadang menggunakannya sebagai parfum dengan mengoleskannya sedikit di bagian tengkuk terutama pada saat menjelang shalat Jumat.  Memang terbukti bagus, meski sudah kugunakan bertahun-tahun, essence di botol baru terpakai 25% saja. Harumnyapun masih bertahan seperti semula. Sayang aku tidak membeli botol pyrex yang lucu itu  karena harganya mahal.