Beberapa Tempat
Menarik Di Kairo
The Egyptian Museum, Cairo |
Sebagai Negara dengan kebudayaan tertua di dunia Mesir
memiliki banyak peninggalan sejarah dan obyek pariwisata. Di samping piramida,
sungai Nil, pasar El Khalili, dan Masjid
Al Azhar masih ada beberapa tempat menarik lainnya yang bisa dikunjungi
di Mesir. Berikut ini adalah beberapa tempat di seputar Kairo:
1.
Museum Nasional Mesir (The Egyptian Museum)
Museum ini merupakan tempat dari warisan kebudayaan
dan sejarah Mesir yang panjang. Terletak
di pusat kota, museum nasional dikunjungi wisatawan dari pelbagai penjuru dunia
terutama dari Negara Eropa. Koleksinya sangat lengkap mencapai 120.000 item
benda bersejarah dan penataannya baik seperti di pertokoan. Boleh dikatakan museum nasional merupakan
harta karun Mesir yang sesungguhnya karena menyimpan benda-benda bersejarah
sejak ribuan tahun sebelum Masehi. didirikan tahun 1835 museum ini sempat berpindah-pindah hingga akhirnya
tahun 1902 berpindah ke tempat yang sekarang yaitu di Tahrir Square . Untuk
memasuki museum ini pengunjung dipungut biaya LE 50 (50 pon Mesir). sayangnya pada Revolusi Mesir 2011 museum sempat
mengalami kerusakan, dua mummi dirusak demikian juga beberapa artefak.
Ada dua lantai utama di
Museum yaitu lantai dasar dan lantai satu. Di lantai dasar
terdapat koleksi papyrus dan koin di zaman kuno. Papyrus dalam bentuk fragmen
kecil karena usianya yang melebihi dua ribu tahun. Sedangkan koin terbuat dari
pelbagai metal yang berbeda yakni emas, perak dan perunggu dari Mesir, Yunani,
Romawi dan Islam. Terdapat pula artefak dari New Kingdom, pada periode
1550-1069 SM termasuk patung, meja dan sarcophagus (peti mati). Ada pula item
dari kuburan Firaun Thutmosis III, Thutmosis IV, Amenophis II, Hatshepsut dan
banyak artefak dari Lembah Raja- Raja.
2. Museum Mummi
2. Museum Mummi
Bagian paling berharga dan
presitisius di museum nasional Mesir ini
adalah museum yang menyimpan mumi raja-raja Mesir. Museum ini dijaga ketat oleh aparat keamanan
yang bersenjata lengkap. Pengamanannya pun berlapis=lapis, salah satunya
melalui metal detector. Tiket
masuknya pun lumayan mahal yaitu LE 100 (100 pon Mesir).
Museum
mummi (Royal Mummy Room) yang memajang 11 mummi kerajaan pada masa Pharaoh (Firaun).
Para sejarawan kesulitan menentukan masa kekuasaan para Firaun tersebut. Tapi mereka memperkirakan Sneferu berkuasa
sekitar tahun 2620 SM dan Akhenaten
berkuasa tahun 1350 SM. Mummi Firaun
yang berkuasa pada zaman Nabi Musa AS juga dipajang di sana. Mummi
Firaun itulah obyek
paling menarik bagiku. Tidak pernah terbayangkan Mummi Firaun ada di depan
mataku. Penguasa yang ingin dipertuhan ini terbujur kaku dalam bentuk mummi
yang berwarna kehitaman. Dalam Al Quran diceritakan Nabi Musa AS atas
pertolongan Allah membelah laut Merah dengan tongkatnya sehingga bisa
menyebrang bersama ummatnya. Firaun dan para pengikutnya mengejar melalui jalan
itu, tapi laut Merah menutup dan binasalah mereka . namun Allah SWT menghendaki
agar jasad Firaun diselamatkan agar manusia dapat melihatnya sebagai tanda
kekuasaanNya. Jasad itu terbujur kaku di depanku dalam bentuk mummi.
3. Benteng Salahuddin
Al Ayubi (The Saladin Citadel)
terletak bukit di bukit
dekat pusat kota Kairo. Benteng ini memiliki udara yang segar dengan pemandangan yang
indah ke kota Kairo. Kini benteng Saladin menjadi tempat cagar budaya dengan
masjid dan museum. Untuk memasuki benteng ini pengunjung dipungut biaya LE 40
(40 pon Mesir).
Benteng dibangun oleh pemimpin dinasti Ayubi, Salahuddin, antara tahun 1176-1183 untuk berlindung dari kaum Salib. Beberapa tahun setelah mengalahkan Khalifah Fatimiyah, Salahuddin membangun tembok besar yang meliputi Kairo dan Fustat, dengan maksud agar tentaranya dapat mempertahankan dua kota tersebut sekaligus, dan menurutnya adalah baik untuk mengelilinginya dengan tembok dari satu tepian ke tepian sungai Nil lainnya.
Benteng terdapat di pusat tembok dank arena dibangun di bukit maka akan sulit untuk diserang. Di benteng itulah pemerintahan Mesir sampai abad ke-19. Untuk memasok air ke benteng, Salahuddin membuat sumur sedalam 85 meter yang dinamakan sumur Yusup yang dikenal sebagai sumur spiral karena menggunakan 300 lingkaran menuju sumur. Air dari sumur dinaikkan ke permukaan dan kemudian ke benteng dengan menggunakan serangkaian jembatan air (aqueduct). Sumur itu kemudian ditambah dengan kincir air dari Sungai Nil di masa Nasir Muhammad dari dinasti Mamluk.
Nasir juga membangun kembali masjid dan kemudian diberi nama masjid Nasir di tahun 1318. Masjid ini seperti replica masjid Biru (Blue Mosque) di Istambul Turki. Masjid ini memiliki tata akustik yang bagus sehingga tidak diperlukan adanya pengeras suara. Suara imam masjid dan khatib dapat terdengar jelas oleh para jamaan yang melaksanakan shalat berjamaah di dalamnya.
Aku sempat berpose dengan menggunakan busana perang Salahuddin berupa jubah berwarna merah dengan topi dan penutup dada dari besi, lengkap dengan perisai dan pedang.
Benteng dibangun oleh pemimpin dinasti Ayubi, Salahuddin, antara tahun 1176-1183 untuk berlindung dari kaum Salib. Beberapa tahun setelah mengalahkan Khalifah Fatimiyah, Salahuddin membangun tembok besar yang meliputi Kairo dan Fustat, dengan maksud agar tentaranya dapat mempertahankan dua kota tersebut sekaligus, dan menurutnya adalah baik untuk mengelilinginya dengan tembok dari satu tepian ke tepian sungai Nil lainnya.
Benteng terdapat di pusat tembok dank arena dibangun di bukit maka akan sulit untuk diserang. Di benteng itulah pemerintahan Mesir sampai abad ke-19. Untuk memasok air ke benteng, Salahuddin membuat sumur sedalam 85 meter yang dinamakan sumur Yusup yang dikenal sebagai sumur spiral karena menggunakan 300 lingkaran menuju sumur. Air dari sumur dinaikkan ke permukaan dan kemudian ke benteng dengan menggunakan serangkaian jembatan air (aqueduct). Sumur itu kemudian ditambah dengan kincir air dari Sungai Nil di masa Nasir Muhammad dari dinasti Mamluk.
Nasir juga membangun kembali masjid dan kemudian diberi nama masjid Nasir di tahun 1318. Masjid ini seperti replica masjid Biru (Blue Mosque) di Istambul Turki. Masjid ini memiliki tata akustik yang bagus sehingga tidak diperlukan adanya pengeras suara. Suara imam masjid dan khatib dapat terdengar jelas oleh para jamaan yang melaksanakan shalat berjamaah di dalamnya.
Aku sempat berpose dengan menggunakan busana perang Salahuddin berupa jubah berwarna merah dengan topi dan penutup dada dari besi, lengkap dengan perisai dan pedang.
4.
Museum Papirus
KATA
papyrus melalui bahasa Latin berasal dari bahasa Yunani papuros. Dalam bahasa
Arab disebut Bardy atau Warak. Tanaman papyrus berada di delta sungai Nil.
Papyrus sangat penting di masa Mesir Kuno. Saat teknologi pengolahan papyrus
ditemukan maka Mesir memonopoli papyrus dan bahkan mengekspornya ke Negara
lain.
Tanaman
papyrus berada di delta sungai Nil. Tingginya bisa mencapai 4-5 meter dan
dipanen pada bulan Oktober-Desember setelah terjatuh kerena banjir. Orang Mesir
Kuno membuat papyrus menjadi kertas sejak 3000 SM. Tidak Cuma dibuat kertas,
papyrus juga menjadi komponen pembuatan perahu, tambang dan keranjang. Akarnya
bisa untuk bahan bakar, batangnya yang
kering bisa dibuat tikar, peti, meja dan sandal. Mengapa papyrus dibuat menjadi
kertas karena ringan, kuat dan tipis, tahan lama dan mudah dibawa.
Teknik modern produksi papyrus di Mesir saat ini dikembangkan tahun 1962
oleh Dr Hassan Rajab, seorang insinyur Mesir yang lama terpesona oleh teknis
misterius Mesir Kuno. Dalam rangka menemukan kembali pembuatan kertas papyrus
di Mesir, dia membawa pohon papyrus dari Sudan dan Ethiopia dan membuat
perkebunan papyrus terbesar di dunia di Pulau Yakub di Giza yang sekarang
dikenal sebagai Desa Firaun.
Dr Hassan
Rajab kemudian membuka Institut Papyrus di tahun 1968 dalam upaya membangun
kembali teknik kuno dan menunjukkan pada public. Kini museum itu adalah suatu
toko yang diakui pemerintah dalam membuat dan menjual papyrus yang asli dalam
bentuk pelbagai souvenir dan pakaian Firaun-an. Institut Papyrus Hassan Ragab yang
juga dikenal sebagai Museum Papyrus
berada di sisi barat sungai Nil, satu kilometer dari pusat kota Kairo. Museum
memiliki koleksi reproduksi papyrus dan lukisan terkenal dari Mesir kuno. Selama tahun 1970-80an tempat ini menjadi
destinasi wisata ketiga terpenting di Mesir setelah Piramid dan Museum Mesir.
5.
Toko Wewangian
Salah satu tempat yang bisa dikunjungi di Kairo adalah toko parfum. Ada banyak toko parfum di sana yang bisa kita
kunjungi. Saya mengunjungi salah satu di antaranya. Toko yang kukunjungi
menyediaakan minyak esensial dan minyak untuk
aromatherapy. Aromatherapy baik
untuk penyembuhan spiritual dan membuat orang memperoleh energy atau relaks.
Manajer toko menjelaskan bahwa Ada tiga kelompok wewangian yang berbeda.
Yang pertama adalah Sari Bunga (flower essences) yang hanya berasal dari satu
macam bunga. Kelompok kedua adalah campuran (essence blends) yang bisa terdiri
dari lima sampai tujuhpuluh bunga, kelompok ini menjadi dasar dari pelbagai
parfum yang terkenal. Dan yang terakhir
adalah kelompok ketiga adalah rempah-rempah (spices) yang berasal dari pepohonan yang dibawa oleh binatang.
Perusahaan memiliki lahan di Faiyoum (90 km dari Kairo) dan memanen
bunga dua kali dalam setahun. (di Indonesia kita bisa panen bunga setiap hari).
Kemudian sarinya diambil dengan mesin
kayu yang digerakkan tangan. Sari (essence) dimasukkan ke dalam kendi
yang terbuat dari batu pualam, tidak menggunakan plastic karena zat
kimianya bisa bercampur dengan essence.
Sari bunga kemudian disimpan di tempat gelap supaya lebih menyatu. 60% diekspor
ke Perancis. Di sana perusahaan mencampurnya dengan tambahan kimia dengan merek
dan kemasan yang menarik dan dengan harga yang menarik pula tentunya.
Toko parfum juga menjual botol-botol yang fancy terbuat dari kaca yang kuat yang dinamakan
pyrex. Botol-botol ini ditiup diwarnai dengan
tangan sehingga setiap botol unik. Botol ini digunakan untuk menyimpan essence
dan bisa dijadikan dekorasi di rumah.
Aku
membeli sari bunga untuk aromaterapi di rumah. Namun aku kadang menggunakannya
sebagai parfum dengan mengoleskannya sedikit di bagian tengkuk terutama pada
saat menjelang shalat Jumat. Memang
terbukti bagus, meski sudah kugunakan bertahun-tahun, essence di botol baru
terpakai 25% saja. Harumnyapun masih bertahan seperti semula. Sayang aku tidak
membeli botol pyrex yang lucu itu karena
harganya mahal.