Suatu malam di sekitar tahun 1997, Yadi Srimulyadi dan beberapa teman datang ke rumahku di Rancaekek dan mengajakku ke rumahnya. Ternyata Yadi membicarakan masalah partai, dan bertanya apakah aku mau menjadi ketua partai. aku katakana padanya lebih baik dia yang menjadi ketua karena dia sudah dalam posisi sebagai Wakil Ketua DPC ketika itu sedangkan aku adalah Pjs Ketua Fraksi PDI di DPRD Kabupaten Bandung.
Keesokan harinya ketika Konpercabsus diselenggarakan di secretariat DPD PDI Provinsi Jawa Barat di Jalan Soekarno-Hatta Bandung, Yadi memang dipilih oleh formatur sebagai Ketua dan aku menjadi Sekretaris DPC PDI Kabupaten Bandung. Pupu Danglar, Nandang Afipidin, Dedeh Sri Maryati, Happy dan Tri Wartono menjadi wakil-wakil ketua. Kami ini boleh dikatakan sebagai para pendukung Megawati di PDI.
Langkah pertama kami adalah melakukan pembenahan pengurus di tingkat kecamatan yang dinamakan Pengurus Anak Cabang (PAC). Kami harus membentuk PAC yang mendukung Megawati, tapi hal itu tidak begitu sulit karena banyak PAC yang disebut dengan “arus bawah” mendukung Megawati daripada mengikuti DPC PDI yang dipimpin Idih Sujana yang pro Suryadi. Dengan demikian maka kami dengan mudah bisa berkantor di DPC PDI. Di kantor DPC tersebut kami masih sempat beberapa kali melakukan konsolidasi partai bahkan menyusun dan mengajukan Daftar Calon Anggota DPRD Kabupaten Bandung yang kemudian ditolak oleh Panitia Pemilihan Daerah (PPD) yang dikuasai pemerintah daerah.
Masalah muncul ketika masa kontrak kantor DPC berakhir. Kami harus mencari tempat pengganti untuk menjalankan roda organisasi. Sulit bagi kami sebagai partai yang tidak diakui pemerintah untuk memperoleh tempat beraktivitas kendatipun mungkin kami mampu membayar uang sewa. Untuk menjalankan organisasi Kami harus berkeliling di rumah para pengurus. Pada saat-saat sulit itulah Sujana Sobari ,orang yang kami anggap sebagai sesepuh partai menawarkan tempat yang bisa kami jadikan sebagai semacam secretariat atau kantor… lebih tepatnya sebagai tempat bertemu (meeting point) bagi kami sebagai pengurus DPC dengan PAC, Pengurus Ranting(PR) maupun anggota partai. tawaran tersebut tidak kami sia-siakan.
Tempat yang disediakan Sujana adalah sebuah bangunan semi permanen dari bata ekspos yang dicat putih yang berfungsi sebagai bangunan serba guna yang terletak di belakang kediaman Sujana di Desa Rancakasumba Kecamatan Solokan Jeruk. Bangunan tersebut terpisah dari bangunan induk utama, dengan halaman rumput yang luas. Pintu utama bangunan yang kami tempati terdiri dari dua daun pintu besar karena bangunan tersebut juga berfungsi sebagai garasi mobil. Di samping itu bangunan juga berfungsi sebagai gudang tempat Sujana menyimpan barang-barang dan hasil panenan padi dari sawah yang luas. Selain itu ayam-ayam juga bertempat di situ dengan diberi kurungan dari bamboo yang dianyam. Jika kami berkumpul ayam-ayam dikeluarkan di halaman. Tapi jika kebetulan hujan turun maka kami berkumpul dan melakukan rapat organisasi seruangan dengan ayam-ayam tersebut. Itulah sebabnya teman kami Peringeten mengatakan bahwa kami berkantor di kandang ayam. Begitulah kenyataannya.
Kantor kandang ayam itu merupakan tempat yang sangat penting dalam mempertahankan eksistensi partai pendukung Megawati khususnya di Kabupaten Bandung. Sujana yang kami angkat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Partai (Deperca)nselalu hadir setiap kami berkumpul yang biasanya seminggu sekali. Selain sebagai ketua Deperca, Sujana bertindak sebagai tuan rumah yang baik yang selalu berusaha menyiapkan minuman teh atau kopi serta penganan kecil ala kadarnya. Jika panen padi tiba Sujana membuat penganan dari ketan yang disebut ulen, yaitu nasi ketan yang ditaburi parutan kelapa yang dicampur cabai merah. Sering juga dia menyiapkan makan siang bagi kami.
Dalam kondisi politik yang sedang bergolak dan memanas pada saat itu maka meeting point kami di Rancakasumba tentu saja menjadi tempat yang diawasi oleh aparatur pemerintah dan negara. Beruntung kepala desa masih kerabat dekat Sujana sehingga kami mendapat dukungan untuk beraktivitas. Kadang-kadang Kades datang dan berbincang-bincang dengan kami. Sekali dua intelejen dari Kodam datang dan kuundang untuk memberi sambutan.
Para pengurus dan anggota harus berjuang keras untuk bisa datang di kantor kandang ayam karena tempatnya memang agak sulit dijangkau mengingat hanya ada satu sarana transportasi umum yang bisa digunakan yaitu angkutan pedesaan dengan trayek Majalaya-Sapan yang harus menunggu penuhnya penumpang sebelum bisa berjalan. Hanya Yadi dan aku yang mempunyai sarana kendaraan roda empat. Suatu saat mobil milik Yadi hilang, tak lama kemudian mobil dinaskupun harus kukembalikan karena masa jabatanku sebagai anggota DPRD Kabupaten Bandung berakhir. Akupun beralih menggunakan Vespa antikku. Teman-teman kadangkala harus berpayung daun pisang menembus hujan sambil menunggu angkutan umum yang lewat.
Untuk memelihara semangat juang kami membuat pelbagai acara di kantor. Salah satunya mengundang Megawati untuk datang dan berpidato. Kedatangannya membuat suasana pedesaan menjadi riuh rendah oleh ramainya pengunjung. Megawati memberi semangat bagi para pendukungnya untuk terus berjuang memperoleh kekuasaan dan mewujudkan upaya memperbaiki keadaan agar kehidupan rakyat dapat lebih baik.
Dari kantor itu pula kami sempat memilih perwakilan untuk berangkat ke kongres V PDI di Bali. Yadi karena jabatannya (ex officio ) menjadi peserta kongres. Aku pun dipilih secara aklamasi oleh teman-teman mendampingi Yadi. Adapun Mamat Rachmat dipilih melalui voting. Kami bertiga berangkat ke Bali. Kenyataanya hampir semua pengurus dan ratusan orang lainnya ikut berangkat ke Kongres Bali yang pembukaannya di Lapangan Padang Galak sedangkan kongres berlangsung di Bali Beach Hotel. Bali menjadi lautan manusia berseragam merah hitam selama beberapa hari. Sungguh sebuah peristiwa politik terbesar yang pernah terjadi di negri ini.
Suatu hari Sujana Sobari (kami memanggilnya dengan sebutan Pak Jana, kini telah berpulang ke rahmatullah. Semoga Allah SWT menerima amalnya dan mengampuni dosa-dosanya) memintaku datang ke rumah di luar jadwal pertemuan partai. aku datang pagi sambil berangkat bertugas ke Soreang sebagai wakil rakyat. Kami hanya berbicara empat mata dan dia memintaku untuk mendampingi Yadi karena dia berharap Yadi bisa menjadi “seseorang” yang dapat dia banggakan. Permintaan Sujana itu menjadi amanat yang harus kuemban setidaknya selama aku menjadi pengurus partai di Kabupaten Bandung. Alhamdulillah apa yang Sujana inginkan tercapai. Yadi menjadi angota legislative bahkan menjadi ketua DPRD di Kabupaten Bandung, kemudian menjadi anggota DPRD Provinsi Jawa Barat dan terakhir menjadi Wakil Bupati Kabupaten Bandung mendampingi Obar Sobarna. Belakangan Yadi pecah kongsi dengan Obar dan kemudian maju menjadi calon Bupati bersama Rusna Kosasih sebagai calon wakil Bupati. Suara yang mereka peroleh di bawah perolehan suara Dadang Naser .
Sujana Sobari pernah diminta oleh teman-teman untuk menjadi sesepuh Sunda memberikan senjata Kujang pada Megawati pada sebuap rapat partai di hotel Savoy Homan yang merupakan symbol bahwa Megawati harus tandang makalangan memimpin negeri. Hal itu menjadi kenyataan, Megawati membawa partai memperoleh kemenangan pada pemili 1999 dan dipilih MPR menjadi Wakil Presiden mendampingi Gus Dur, meskipun harus dicalonkan oleh PKB yang ketika itu dipimpin Matori Abdul Jalil. Di perjalanan pemerintahan, MPR mencabut mandate Gus Dur dan Megawati didaulat menjadi Presiden RI. Adapun Sujana sempat menjadi anggota DPR RI dari fraksi PDI Perjuangan dari daerah pemilihan Kabupaten Bandung.
Kantor kandang ayam itu telah melahirkan tokoh-tokoh yang memimpin negeri dan daerah. Aku tak akan pernah melupakannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar