Catatan dari Thailand
Thailand dapat dikatakan cukup berhasil mengemas pariwisatanya dengan berbasis pada kebudayaan lokal. Memang ada beberapa komoditas wisatanya yang hanya cocok untuk dinikmati oleh orang-orang dewasa, tetapi lebih banyak lagi obyek wisata yang memberikan pengayaan pengalaman bagi mereka yang datang berkunjung. Di sebuah obyek wisata yang berada di luar kota Bangkok misalnya kita bisa melihat sebuah pertunjukan kolosal dalam bentuk sendratari mengenai sejarah kerajaan Thailand yang penuh dengan patriotisme dan heroisme. Pertunjukan yang dikemas sekitar 2 jam tersebut menceritakan bagaimana rakyatThailand menjaga kemerdekaan dan kedaulatan mereka dari serangan negara tetangga. Sendratari tersebut melibatkan ratusan pemain dengan tata panggung yang kolosal dan properti yang membawa suasana ratusan tahun yang lalu termasuk di dalamnya pasukan gajah.
Setelah menyaksikan teater yang cukup membantu mengenali karakter rakyat Thailand kami pun menyaksikan pertunjukan sirkus yang melibatkan gajah dan buaya karena dua binatang ini memang lekat dengan kehidupan sehari-hari rakyat Thailand sehingga disebut sebagai negara gajah putih. Buaya tentu tidak asing bagi mereka karena kehidupan memang bermula dari tepian sungai.
Kamipun mengunjungi sebuah workshop batu-batu mulia yang dikemas dengan baik, di mana pengunjung diajak menyaksikan simulasi pertambangan batu mulia dengan menggunakan semacam perahu kecil menyusuri aliran sungai buatan sesuai dengan proses penambangan batu. Simulasi itu menggunakan teknologi informasi yang canggih sehingga mengingatkan kami seperti berada di Dufan. Ujungnya memang pemasaran batu-batu mulia. Silakan belanja...
Catatan lain selama berada di Thailand adalah bahwa cendera mata mereka berkualitas baik dengan harga terjangkau dan dengan pelayanan para penjualnya yang ramah dan santai tanpa ada kesan memaksa pembeli. Meskipun kota Bangkok sama padatnya dengan Jakarta, lalu lintas juga macet bahkan di jalan-jalan layang, tetapi trotoar nampak rapih dan bersih tanpa PKL. Ada satu dua rumah di kolong jalan layang tetapi ditata dengan baik dengan tanaman hijau. Pengemis boleh dikata tidak kami jumpai. Hanya para pedagang lotere nampak di trotoar yang lebar dan bersih. Gerbang-gerbang warna keemasan lengkap dengan foto raja, ratu dan keluarganya nampak di mana-mana.
Di beberapa titik ada sentra pedagang kaki lima yang pada umumnya menjual makanan gorengan khas Thailand terdiri dari bermacam-macam serangga atau minuman air kelapa bakar. Meskipun di kaki lima tapi tindak nampak sampah berserakan sehingga kami bisa menikmati kudapan sambil duduk santai di tengah keramaian. Selebihnya suasana terasa seperti di Bali, di mana bisa dilihat tempat orang memberikan sesaji di dekat hotel, pertokoan maupun perkantoran.
Buat asam jawa (tamarine) seolah lekat dengan Thailand, kami dapat menjumpainya dijual di supermarket dengan kemasan yang baik. Makanan khas lainnya juga mudah didapat tetapi memang harus hari-hati untuk melihat bahan-bahannya karena bisa saja mengandung daging atau lemak babi. Swadee Krab...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar