Pemandangan Lepas Pantai Dubai |
Hari telah pagi ketika Emirates yang membawaku dari Bandara Soekarno-Hatta mendarat di Dubai dengan mulus di paruh pertam November tahun 2006. Bersama para penumpang bergegas menuju terminal yang megah dan upacara kedatangan pun dimulai : mencari toilet untuk sekedar membersihkan dan merapikan diri, berjalan menuju ke loket petugas imigrasi yang memeriksa paspor serta visa kemudian memberi cap izin masuk, melewati gerbang metal detector, dan kemudian menuju tempat kedatangan bagasi. Sejenak tas pakaian ditemukan, dengan sigap kuambil dan kuletakkan di troley lalu menuju ke tempat parkir. Mobil jemputan sudah menunggu dengan sang pemandu. Kamipun menuju hotel. Di hotel pertama yang kami datangi, aku dan Iswara tidak memperoleh kamar, maka kamipun dipindahkan ke hotel lain di mana gubernur dan rombongan menginap.
Acara pertama adalah mandi, berdandan dan sarapan pagi kemudian melakukan city tour mengunjungi tempat-tempat yang menarik seperti stadion olah raga, pelabuha n laut tradisional yang rapih dan bersih,pasar barang antik, selanjutnya meninjau mal Ibnu Batutah. Yang menarik perhatianku ketika memasuki gerbang mal adalah adanya serumpun pohon pisang sebagai elemen taman. Betapa berharga dan bernilainya pohon pisang itu, sementara di negriku pohon pisang biasanya ditanam di bagian belakang rumah tanpa perhatian perawatan yang cukup.
Mal Ibnu Batutah mengambil tema pelayaran. Ibnu Batutah diambil dari nama seorang pelaut ulung dan penjelajah Maroko yang tercatat dalam sejarah pernah melancong ke Nusantara di masa awal kerajaan Islam di masa Majapahit. Sebuah replika kapal yang digunakan Ibnu Batutah diletakkan di tengah-tengah mal, dilengkapi dengan segala pernak-pernik kelautan dan pelayaran sehingga sejarah kebesaran dan keagungan Ibnu Batutah terasa kehadirannya. Sehinggal mal tidak hanya berfungsi sebagai tempat belanja melainkan menjadi sarana pendidikan bagi masyarakat.
Kota Dubai sedang bergegas berdandan. Menara-menara jangkung mengejar super ketinggian, jalan-jalan lebar dan lurus, taman-taman indah, mal dengan ukuran raksasa segera menyergap pandangan. Padang pasir telah disulap oleh ilmu dan teknologi menjadi kota kosmopolitan yang tidak lagi menyisakan suasan timur tengah kecuali rambu-rambu lalu lintas dan gamis yang dikenakan orang-orang Arab.
Suasana kosmopolitan Dubai bisa dirasakan dari modernisasi yang sedang berjalan.Pembangunan infrastruktur dan property tumbuh sangat pesat dengan tingkat kecanggihan rekayasa dan rancang bangun yang berkelas dunia. Mereka membangunan bangunan tertinggi di dunia, membuat kamar-kamar hotel dibawah laut, membuat pulau-pulau hunian bak permata yang bertaburan. Orang-orang asing pun bebas beraktivitas di sana: yang menonjol adalah orang-orang Eropa, Amerika dan India. Bioskop-bioskop dipenuhi film-film India.
Dubai adalah salah satu negara yang bergabung dalam Uni Emirat Arab (UEA) bersama dengan Abu Dhabi , Sharja, Ajman, Umm al Qaiwan, Ras al Khaima dan Fujaira. Negara-negara ini memiliki kekayaan yang melimpah karena memiliki pendapatan besar dari minyak bumi. Ibukota UEA terletak di Abu Dhabi tapi bintang yang bersinar cemerlang adalah Dubai yang dipimpin oleh seorang syeikh. Dulunya wilayah ini dikenal sebagai Pantai Perompak karena menjadi tempat pertemuan para perompak.
Penduduk Dubai masih memiliki tradisi yang dipertahankan yaitu bergembira di hari Jumat setelah melaksanakan shalat Jumat. Mereka berkumpul di pacuan onta untuk menyaksikan perlombaan balap onta. Di tempat inilah suasana timur tengah benar-benar terasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar