Tidak berapa lama sejak putriku Idea – di keluarga kami
memanggilnya mbak Dea – diterima sebagai pengajar di UGM, datang seorang
kawannya sesama dosen, Dr. Sandy namanya, didampingi seorang dosen senior yang
juga pejabat dari UGM. Melalui dosen tersebut, Sandy menyampaikan isyarat akan melamar putriku.
Kami (aku dan istriku) pun memberi
isyarat menerima.
Lamaran.
Tidak berapa lama, pada waktu yang telah disepakati, keluarga
mas Sandy datang dari Malang untuk meminang mbak Dea. Dalam rombongan ada ayah,
ibu, kakak dan adik Sandy, disertai dengan tantenya. Keluarga kami nyaris
lengkap hadir. Dari keluarga Harso Sugiatmo beberapa adikku dan suaminya hadir,
ada juga anak-anak mereka. Dari keluarga
Une Hidayat pun demikian. Awalnya
keluarga Sandy kami terima di ruang tamu untuk beristirahat dan minum teh dan
menikmati kue, kemudian kami berpindah ke ruang keluarga.
Ruangan kami tata menjadi dua bagian. Bagian pertama berisi
sofa untuk dua keluarga, keluarga Rachmat dan keluarga Harjoko. Bagian kedua
berisi kursi kursi lipat untuk keluarga besar kami. Mas Tony memasang kamera
untuk merekam peristiwa bersejarah tersebut. Bertindak sebagai MC adalah dik
Eni, adik istriku.
Acara berlangsung khidmat namun cair diselingi canda tawa.
Lamaran dari mas Sandy disampaikan langsung oleh Pak Rachmat, ayahnya.
Penerimaan dari pihak mbak Dea, langsung
olehku. Mas Sandy adalah anak kedua pak Rachmat, sedangkan mbak Dea adalah anak
kami yang pertama, perempuan satu satunya. Usai penyampaian lamaran dan
penerimaan, mas Sandy menyampaikan cincin untuk mbak Dea yang didisain khusus
dengan kotak perhiasan yang indah. Acara pun diakhiri dengan doa oleh kang
Iman, kakak istriku.
Kami memperkenalkan seluruh keluarga besar kepada keluarga
pak Rachmat dan demikian sebaliknya. Setelah itu kami berfoto bersama dan makan
bersama. Selepas waktu maghrib pak Rachmat dan keluarga undur diri. Mereka
menginap di hotel di kawasan Jatinangor, yang masuk wilayah Sumedang, meski
jaraknya hanya sekitar 3 km dari rumah kami.
Keesokah harinya keluarga pak Rachmat pulang ke Malang, kami
melepas mereka di bandara Husein Sastranegara.
Pengajian.
Dua hari menjelang hari pernikahan, kami mengadakan
pengajian di rumah bertempat di ruang keluarga. Pengajian dimpimpin oleh jamaah
majlis taklim asuhan seorang ustad kondang sahabatku dari Riung Bandung.
Pesertanya adalah keluarga besar kami dan kaum ibu di sekitar rumah. Dekorasi
tempat pengajian sederhana saja, dipan kecil antik diberi latar belakang
dedaunan buatan warna hijau yang disorot oleh lampu listrik. Pengajian juga
disertai ceramah oleh seorang ustadzah. Pengajian dimulai selepas zuhur dan
berakhir menjelang waktu ashar.
Keluarga mulai berdatangan.
Sehari menjelang pernikahan mbak Dea dan mas Sandy, keluarga
mulai berdatangan. Mas Samidi dari Surabaya, mas Suyono dan istri dari
Bengkulu, mas Wasis dari Pekanbaru, mas Bowo dari Magelang, mas Yanto dari
Madiun, mbak Wiwik dari Semarang, bupuh Aris dari Wonosobo . Kemenakanku dari
Yogya juga hadir. Keluarga besar Rono dari Bandung juga berdatangan siang itu,
om Marsono, mas Nurul, kemenakanku Sumidi, Nah dan Nem. Tentu saja ini
peristiwa yang langka. Aku pun
memperkenalkan mereka satu sama lain, karena memang baru sekali ini terjadi
pertemuan antara keluargaku dari pihak ayah dan keluargaku dari pihak ibu.
Kami berkumpul mulai selepas dzuhur hingga menjelang tengah
malam. Sementara itu para pekerja menyelesaikan panggung dan tenda. Dari WO
menyelesaikan tata ruang dan dekorasi hingga waktu subuh.
Hari H.
Pada tanggal 20 Januari 2018, sekitar pukul 07.00 pagi
rombongan pengantin pria tiba di di rumah singgah yang hanya terhalang satu
rumah dari rumah kami. Rombongan terdiri dari calon mempelai pria Dr. Sandy
Budi Wibowo, didampingi ayahnya Pak Rachmad
Yusuf Susanto dan ibunya Bu Titin Budi Prihatiningtyas; kakaknya, mas Tony dan
adiknya, mbak Putri. Ikut pula dalam rombongan, tante mas Sandy dari Surabaya.
Mereka datang dalam satu mobil Rubicon
yang dipinjami kang Mulyana, direktur sebuah yayasan pendidikan. Rombongan
beristirahat di rumah singgah. Calon pengantin dirias dengan adat Sunda,
demikian pula dengan ayah dan ibunya.
Sekitar pukul 08.00, rombongan calon pengantin pria bergerak
dari rumah singgah ke rumah kami yang berjarak sekitar 50 meter dengan berjalan
kaki diiringi rombongan keluarga kami yang sudah menunggu. Aku dan istriku
menyambut di halaman dalam. Kami bersalaman dan mengalungkan rangkaian bunga
melati ke calon pengantin pria, lalu membimbing mereka halaman rumah dengan
diiringi alunan musik gamelan dan mempersilakan mereka duduk di kursi yang
telah disediakan.
Saat itu hujan gerimis disertai angin bertiup kencang. Acara
dimulai dengan pengantar dari Pak Rachmad , sedangkan sambutan selamat datang yang disampaikan dik
Ahmad Firdaus mewakili keluarga kami. Pembacaan ayat suci Alquran disampaikan
oleh dik Somadin. Setelah itu akad nikah dipandu penghulu dari KUA Cileunyi.
Akupun menikahkan mas Sandy dengan mbak Dea dengan emas kawin yang sudah
ditentukan. Sahlan perkawinan di antara mereka. Bertindak sebagai saksi dari
pihak pengantin pria seorang doktor dari UGM dan saksi dari pihak pengantin
perempuan seorang Doktor dari Unpad, Dr
Sunardi. Adapun khutbah nikah disampaikan oleh kawanku di DPRD Jabar, seorang
ulama yang terkenal, Dr. Saiful Islam.
Setelah akad nikah
selesai, mbak Dea turun dari rumah menuju ke pelaminan untuk mengikuti
upacara adat pernikahan Sunda
dilanjutkan ucapan selamat dari hadirin. Sepupu dari Puluhwatu Klaten juga
hadir, memberi ucapan selamat, dan kemudian kembali ke Klaten.
Resepsi
Resepsi pernikahan dimulai pada pukul 11.00. Kedua mempelai datang
rumah dengan diiringi tiupan saxophone. Kami, kedua pasangan orang tua,
menyambut di bawah tangga dan mengantar mempelai ke pelaminan . Para dosen dari
UGM dan keluarga kami pun sudah menunggu. Demikian juga sebagian tamu undangan
dan tetangga. Mbak Tati, meski menggunakan kursi roda menyempatkan hadir. Kami,
kedua pasangan ortu dan mempelai berdiri menerima ucapan selamat dari para
tamu. Sementara itu musik mengalun selama acara.
Karena resepsi pernikahan dilakukan di halaman rumah, kemacetan
lalu lintas di jalan utama dan jalan kompleks tidak terhindarkan kendari ada
beberapa petugas dari Linmas dan juru parkir dadakan ikut mengatur. Karangan
bunga dari kolega dijejerkan di halaman
depan rumah dan di pinggir jalan raya. Menu
makanan yang disajikan secara prasmanan sederhana saja, disiapkan oleh vendor
relasi dari wedding organizer yang dipilih anakku. Alhamdulillah mencukupi.
Kawan-kawan dari partai, dari kampus, dari aktifis kampus, tetangga, teman
kerja, saudara baik yang jauh maupun dekat para politisi dan anggota parlemen, dan eksekutif, meramaikan resepsi pernikahan. Tamu terjauh, dik Nani, datang dari Swiss. Ada
pula kemenakan, Ezra dan keluarganya datang dari Singapura. Sekjen KBM, Mas
Djoko Sugiharto , Prof Nanang dari ITB demikian juga guru besar dari UGM, Ketua
STIA Bagasasi Ibu Asrofah beserta para dosen /karyawan, anggota DPRD Jabar Mas
Gatot-Dokter Iwan-kang Drajat, Kepala dan karyawan Puskesmas Cinunuk , Bupati
Bandung Barat Yayat T. Sumirat, Pak Mulyana bersama kawan kawan Alumni SPK
Immanuel, Pak Tom Sekretaris DPD BMI
Jawa Barat bersama Pengurus DPP,
Sekretaris Desa Cileunyi Wetan, Bhabinkamtibmas dari Polsek Cileunyi , jamaah
masjid dan lain lain yang tidak bisa kusampaikan satu persatu. Resepsi
pernikahan berakhir pada pukul 14.00. Meski begitu masih masih ada beberapa
tamu hadir seperti Dr Mimin, teman kuliahku di S3 UPI dan Mayor AU Supratman.
Sampai malam hari masih ada tetangga dan keluarga dari jauh yang datang.
Keesokan harinya Pak Rachmad dan keluarganya pulang. Kami
mengantar hingga ke Bandara Husein Sastranegara. Seminggu kemudian mas Sandy
dan mbak Dea berangkat ke Yogyakarta.