Sebagai anak sulung dan laki-laki satu-satunya aku punya lima adik perempuan. Perjalanan hidup yang di luar kendali kami, kami tidak pernah berkumpul bersama di masa kanak-kanak. Meski begitu saat dewasa kami bisa sesekali berkumpul satu sama lain khususnya saat pernikahan.
Saat pernikahanku, hanya jeng Yani yang bisa menghadiri pernikahan kami di Banjaran, Bandung. Demikian juga saat jeng Yani menikah, hanya aku dan istriku yang bisa menghadiri pernikahannya di Desa Krendetan, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo. Saat itu kami menumpang kereka Pasundan dari Stasiun Hall Bandung yang berangkat pukul 05.00. Kami pun boleh dikatakan masih pengantin baru saat itu. Tiba di Krendetan pada sekitar pukul 14.00. Adapun pernikahan jeng Yani dengan dik Karmawan berlangsung malam hari di rumah Pakpuh Broto, seperti kebiasaan di sana. Dik Karmawan datang dari Jakarta bersama kakak-kakaknya. Ada pula yang sengaja datang dari Palembang.
Setelah jeng Yani, adikku yang menikah adalah jeng Titik. Ia menikah dengan dik Firdaus di Banjaran, Bandung. Saat itu Ibuku bisa menghadirinya. Adapun aku mewakili ayah menjadi walinya.
Berikutnya adalah jeng Yuni. Itu sekitar tahun 2000. Jeng Yuni menikah dengan dik Gery, orang Bogor, di rumah kami di Bumi Rancaekek Kencana, Bandung. Saat itu pun aku bertindak sebagai wali karena ayah telah meninggal setahun sebelumnya. Pernikahan jeng Yuni cukup meriah, karena ada pertunjukan musik dangdut dari kelompok musik yang dibina kang Asep, kawan di Partai. Saat itu semua adik-adikku bisa berkumpul. Ibu juga ada karena tingal bersama kami di Bandung. Istimewanya karena ada Kang Kemal hadir bersama Pak Tri. Seingatku Kang Kemal saat itu adalah Ketua Umum Partindo. Ia adalah putra tertua Asmara Hadi. Asmara Hadi adalah suami dari Ratna Juwita, putri angkat Bung Karno.
Pada tahun 2003 giliran adikku yang bungsu, jeng Wiwin menikah dengan dik Somadin, orang Jawa yang lahir dan dewasa di Lampung. Saat itu Wiwin sudah menjadi PNS dan berprofesi sebagai Guru SD di Cipamokolan, Bandung. Pernikahan mereka dilakukan di Balai Desa Rancaekek Wetan. Acara semua diatur oleh jeng Wiwin, aku hadir sebagai wali saja. Hiburan para pesta pernikahan adikku itu adalah nasid dari kawan-kawan jeng Wiwin. Tamu undangan diatur secara terpisah antara laki-laki dan perempuan meski masih dalam satu ruangan yang sama.
Adapun adikku yang terakhir menikah adalah jeng Nisa. Ia menikah dengan dik Toha, orang Parung yang asal usulnya dari Sidareja, Cilacap. Jeng Nisa menikah di rumah kami di Bumi Parahyangan Kencana, Soreang. Setelah menikah jeng Nisa mengikuti suaminya pindah ke Parung.
Kini adik-adikku sudah beranak pinak dan bahkan sudah ada yang memiliki cucu seperti juga kami. Jeng Yani tinggal di Bogor dan mempunyai tiga anak. Semuanya sudah menikah. C ucu jeng Yani ada lima orang. Jeng Yuni tinggal di kota Bogor, kini punya satu anak laki-laki yang belum menikah. Jeng Titik tinggal di Bandung Barat, mempunyai enam anak dan tiga cucu. Jeng Wiwin tinggal di kota Bandung, punya tiga anak. Hanya jeng Nisa yang belum mempunyai keturunan. Ia tinggal dengan suaminya di Parung, Bogor. Mereka semua hidup bahagia. They live happily ever after.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar