Bandung Garut Bandung
Turba ke Dapil 4 (Rancaekek, Cicalengka, Nagreg, Cikancung) dan bablas sampai Garut. Singgah ke Situ Cangkuang. Lihatlah betapa elok pemandangan di Situ Cangkuang dengan latar belakang Gunung Haruman.
---
Rabu, 8 November 2024, saya meninggalkan rumah bersama istri dan tiga adikku, Jeng Yani, Jeng Titik dan Dik Yus.
Tujuan pertama kami adalah ke Cicalengka, menjenguk adik sepupu (Dik Cece) yang baru pemulihan dari sakitnya. Jalan Nasional ternyata sedang diperbaiki, di beberapa titik antara Rancaekek dan Cicalengka. Coran beton setebal kurang lebih 30 cm dibongkar dengan menggunakan alat berat. Setelah dibongkar kemudian diisi lagi dengan coran beton yang baru. Tidak pelak lagi terjadi antrian mobil dan akhirnya menimbulkan kemacetan.
Setelah bersilaturahmi dengan Dik Cece saya melanjutkan perjalanan ke Nagreg sambil memantau sosialisasi kawan kawan caleg PDI Perjuangan baik itu dari DPRD Kabupaten Bandung, DPRD Provinsi Jawa Barat maupun DPR RI.
Setelah menuruni Nagreg kami mengambil jalur kanan ke arah Garut. Saya dulu terpesona dengan bunga bunga bungur sepanjang perjalanan ke kota Garut. Bunga bunga itu masih ada dan merekah meski tidak sebanyak dulu.
Situ Cangkuang
Saya mengajak adik adikku ke Situ Cangkuang. Setelah mereka oke saya membelokkan kemudi ke kiri menuju situ Cangkuang dan tiba pada saat memasuki waktu zuhur.
Setelah salat zuhur kami menyeberang ke Kampung Pulo dengan menggunakan rakit. Menyeberang dengan rakit di atas Situ Cangkuang meski dalam jarak yang pendek sungguh sangat berkesan. Ketika tiba di seberang aku mengambil beberapa foto.
Bagiku ini untuk kedua kali aku bertamasya di Situ Cangkuang. Dulu sekitar tahun 2003 aku pernah ke sini bersama istri dan anak anakku.
Kampung Pulo
Di Kampung Pulo kami mengagumi peninggalan Embah Dalem Arif Muhammad berupa enam rumah panggung dan sebuah mushola yang masih terawat sampai saat ini.
Setelah mencuci tangan dengan air dari tujuh sumur kami berjalan jalan di pelataran Kampung Pulo sambil dan bertegur sapa dengan beberapa keturunan Embah Dalem Arif Muhammad generasi yang kedelapan.
Arif Muhammad
Embah Dalem Arif Muhammad adalah salah seorang senapati Kerajaan Mataram yang menetap di Kampung Pulo Garut karena gagal dalam penyerbuan ke Batavia pada masa Sultan Agung. Di Kampung Pulo Embah Dalem Arif Muhammad menyebarkan agama Islam kepada warga setempat yang masih bersama Hindu. Ia juga menulis sendiri Al Quran di atas daluang dengan tangannya sendiri.
Embah Dalem Arif Muhammad memiliki enam anak perempuan dan satu anak laki laki. Untuk anak anaknya itu ia membuat enam rumah dan satu mushola. Bangunan rumah dan mushola berbentuk rumah panggung terbuat dari kayu dan bambu dengan atap ijuk.
Sampai kini komposisi enam rumah dan satu mushola di Kampung Pulo tetap dipertahankan.
Makam Eyang Embah Dalem Arif Muhammad terletak berdampingan dengan Candi Cangkuang.
Candi Cangkuang
Candi Cangkuang ditemukan sejarawan Indonesia Harsoyo dan Uka Tjandrasasmita berdasarkan tulisan peneliti Belanda. Peneliti Belanda tersebut menulis bahwa di Kampung Pulo ada makam Eyang Embah Dalem Arif Muhammad dan sebuah patung Siwa Nandi. Setelah dilakukan penelitian ternyata ada fondasi candi yang diperkirakan dari abad ke-8 (era Kerajaan Galuh).
Pada tahun 60-an dilakukan penelitian yang seksama dan pada medio tahun 1970 an candi direkonstruksi oleh pemerintah dan jadilah candi seperti terlihat saat ini dan dinamakan Candi Cangkuang. Bentuknya seperti candi candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Adapun makam Eyang Embah Dalem Arif Muhammad masih tetap dipertahankan di samping kanan candi. Sampai saat ini banyak peziarah datang dari berbagai kota ke makam Eyang Embah Dalem Arif Muhammad tersebut. Saya juga berziarah ke makam tersebut dan menyampaikan doa.
Di sekitar candi ada pohon cangkuang. Pohon cangkuang seperti pohon pandan dan bentuk buahnya seperti cempedak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar