Setelah makan siang dan berfoto foto kami meninggalkan Kampung Sampireun. Keluar dari jalan berbatu kami berbelok ke kiri melewati hutan dan kebun sayur, pusat konservasi elang Jawa, dan pusat penelitian sungai Cimanuk. Jalannya menanjak dan berliku liku menyuguhkan pemandangan alam yang indah.
Setelah berkendara sekitar setengah jam, kami tiba diperbatasan Garut-Bandung. Kamojang nama tempatnya. Ini seperti kota kecil di pegunungan. Kota yang tercipta karena adanya potensi panas bumi (geothermal) yang melimpah. Potensi panas bumi ini diubah menjadi energi listrik yang terkoneksi pada Jawa Bali connection. Karena itu ada Pertamina, ada Indo Power dan ada PLN di Kamojang. Uap dari panas bumi dari beberapa sumur dikumpulkan ke instalasi melalui pipa pipa besar dan kemudian menggerakkan turbin.
Tentu saja kami menyempatkan berwisata di hutan Kamojang yang dikelola BKSDA. Kami berjalan jalan di hutan dan melihat beberapa kawah yang mendidih dan mengepulkan asap serta menghasilkan air panas.
Setelah puas berjalan jalan di hutan kami meninggalkan Kamojang. Kami berhenti sebentar di Jembatan Kuning yang menghubungkan Kamojang dengan kota Ibun. Jalan menuju Ibun menurun secara ekstrim dan berliku liku.
Dari Ibun kami menuju Majalaya, Solokan Jeruk, Rancaekek dan saat malam tiba kami sudah sampai di Cileunyi.
Dik Yani , Dik Yus dan Dik Titik menginap di rumahku. Keesokan harinya Dik Yus dan Dik Titik pulang ke Bandung menggunakan taxi online.
Beberapa kemudian Dik Yani pulang ke Bogor menggunakan Whoosh dari Stasiun Tegalluar menuju Stasiun Halim lalu berganti kendaraan menuju Cibinong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar