Sabtu, 24 Desember 2011
Mewakili Pantura
Kasepuhan, Cirebon
Menjelang masa jabatanku sebagai anggota DPRD Provinsi Jawa Barat 1999-2004 berakhir, Sekretaris DPD PDI Perjuangan Ucok Haris Maulana yang juga menjabat sebagai Wakil Bupati Kabupaten Sukabumi mengundangku ke ruang kerjanya di Jalan Pelajar Pejuang No. 1 Bandung. Dia menunjukkan padaku draft nama-nama anggota Partai yang kemungkinan akan dicalonkan dari Jawa Barat untuk menjadi anggota legislative di Provinsi Jawa Barat (DPRD) maupun di pusat (DPR RI). Ucok mengatakan bahwa namaku tercantum dalam nominasi sebagai calon anggota legislative di tingkat Provinsi Jawa Barat sambil menunjukkan lembaran draft daftar nama-nama . aku melihat memang ada namaku di situ. Drs H Harjoko Sangganagara.
Menjelang masa pencalonan, DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat mengadakan Musyawarah Daerah (Musda) di Lembang Bandung, untuk menyusun nominasi yang akan dimasukkan ke dalam Daftar Calon Sementara . Musda diikuti oleh Dewan Pimpinan Daerah dan Dewan Pimpinan Cabang Partai se Jawa Barat. Sebagai anggota Fraksi akupun diundang untuk mengikuti pembukaan Musda. Selepas itu DPC dan DPD lah yang akan melakukan musyawarah. DPC-DPC mengajukan nama-nama calon legislative untuk DPRD Kota dan Kabupaten, DPRD Provinsi dan DPR RI. Nama-nama itu berasal dari musyawarah di tingkat Ranting (Musran) yaitu musyawarah Partai di tingkat Desa/Kelurahan kemudian dibawa ke musyawarah tingkat Anak Cabang (Musancab) yang merupakan musyawarah Partai di tingkat Kecamatan dan selanjutnya di bawa ke dalam musyawarah tingkat Cabang (Muscab) sebagai musyawarah Partai tertinggi di tingkat Kota dan Kabupaten. Keputusan yang dihasilkan dari Muscab itulah yang dibawa ke dalam Musda. Nama-nama calon legislative (Caleg) untuk DPRD Kota /Kabupaten bisa diputuskan di tingkat Cabang (DPC) dan hanya dilaporkan ke DPD dan DPP (Dewan Pimpinan Pusat). Nama-nama caleg untuk DPRD Provinsi Jawa Barat diputuskan di Musda dan dilaporkan ke DPP. Nama-nama caleg untuk DPR RI diusulkan oleh DPD dan diputuskan di Munas (Musyawarah Nasional) yang diselenggarakan oleh DPP dan diikuti oleh DPD dan DPC seluruh Indonesia. Hasil Muscab dan Musda itu tidaklah bersifat final, Dalam praktiknya DPP dan DPD bisa melakukan intervensi untuk menentukan nama-nama caleg.
Dari Budiono yang biasa dipanggil Romo –mungkin karena dia Katolik—aku mendapat informasi bahwa aku masuk dalam nomor jadi (biasa disebut sebagai nomor kopiah). Dalam pembicaraan empat mata Budiono memintaku untuk menyiapkan seharga 5000 buah kaos, yang harus kuberikan pada Ucok. Itu berarti sekitar Rp 25 juta.
Belakangan hari namaku memang muncul dalam Daftar Calon Sementera (DCS) yang dikirimkan ke KPUD (Komisi Pemilihan Umum Daerah). Namaku berada pada daerah pemilihan Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon dan Kabupaten Indramayu dengan nomur urut 2 (dua). Di nomor urut pertama adalah dr H. Ikhwan Fauzi dan di nomor urut tiga Sely Andriana Gantina. Nama pada DCS tersebut bertahan hingga DCT (Daftar Calon Tetap) yang diumumkan sebulan kemudian. Nama dalam DCT adalah nama yang nantinya tercantum pada Kartu Suara di TPS (Tempat Pemilihan Suara).
Sebagai caleg maka aku harus masuk ke gelanggang kampanye baik terbuka maupun tertutup. Masa kampanye berlangsung beberapa minggu tapi tidak lebih dari sebulan. Langkah pertama adalah mencari dana kampanye. Dalam rapat Partai di Grand Hotel Lembang Taufik Kiemas (TK) langsung memanggil para caleg DPR RI, DPRD Provinsi para pejabat eksekutif yang berasal dari Partai untuk menyampaikan komitmen menyumbang sejumlah uang untuk dana kampanye di Jawa Barat (TK dicalonkan dari Kabupaten Bandung). Tiba namaku dipanggil. Aku berdiri dan entah bagaimana aku menyatakan komitmen menyumbang Rp 80 juta.
langkah kedua para caleg (DPR RI dan DPRD) melakukan koordinasi dengan para ketua dan pengurus DPC lainnya di daerah pemilihan. Dibuatlah semacam kepanitiaan local dan Ikhwan ditunjuk sebagai coordinator. Di dalam kepanitiaan itu ada Sidharto Danusubroto, Yosep Umarhadi, Suryana, Eriko Sotarduga dan nama-nama lain. Ikhwan, Sely dan aku segera berangkat ke Cirebon bertemu dengan para ketua Partai : Suryana, dan Tasiya Sumardi. Kami mencari sebuah rumah kontrakan, menyiapkan tenaga dan peralatannya. Di tempat itulah kami mengatur segala sesuatunya agar kampanye bisa berjalan efektif.
Apabila dalam Pemilu 1999 PDI Perjuangan memperoleh nomor urut 11 maka pada Pemilu 2004 PDI Perjuangan memperoleh nomor 18. Maka langkah ketiga kami adalah melakukan sosialisasi nomor ini ke seluruh daerah pemilihan. Kami mencari kayu dan bamboo dalam jumlah sangat banyak dan kami kirim ke tiga kota/kabupaten. Kami memesan bendera, umbul-umbul, spanduk, baliho, poster, dan lain sebagainya. Pada malam di mana keesokan harinya kampanye alat peraga dimulai kami melakukan doa bersama di kantor DPC PDI Perjuangan Kabupaten Cirebon dan langsung turun ke lapangan untuk memastikan bahwa bendera-bendera partai sudah terpasang sepanjang jalan protocol kota dan kabupaten Cirebon serta Indramayu. Kamipun memesan beberapa buah balon udara berlogo partai untuk kami pasang selama masa kampanye. Sebuah pesawat terbang kecil kami carter untuk menyebarkan tanda gambar di udara Indramayu dan Cirebon. Bertruk-truk kaos (T-shirt) kami siapkan di sebuah gudang dan dari situ kami distribusikan ke seluruh kota/kabupaten, kecamatan sampai desa-desa.
Langkah keempat adalah melakukan kampanye terbuka dan tertutup di pelbagai tempat. Di setiap kota dan kabupaten kami adakan kampanye setingkat nasional di mana kami para caleg menyampaikan orasi berisi program partai. Hiburan rakyat seperti dangdut tentu saja tidak kami lewatkan. Guruh Sukarnoputra pun datang dengan menggunakan helicopter. Semua itu membuat Cirebon dan Indramayu marak.
Semua usaha kami tidak sia-sia. Daerah pemilihan Cirebon-Indramayu merupakan salah satu daerah pemilihan (dapil) yang dapat dimenangkan oleh PDI Perjuangan di Jawa Barat bahkan di Indonesia, karena secara umum Partai dipecundangi Partai Golkar baik di tingkat nasional maupun Provinsi. Aku bersyukur kepada Allah meskipun ada yang mengatakan bahwa sudah selayaknya kami menang karena Cirebon-Indramayu adalah kandang banteng. Padahal di awal musim kampanye banyak yang menyangsikan dan mengganggap remeh kerja kami.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar