Mbak Dea dan mas Sandy sama-sama mengajar di Fakultas Geografi UGM. Mbak Dea mengajajar di Departemen Geografi Pembangunan, mas Sandy di departemen yang lain. Karena itu mereka mencari tempat tinggal di dekat kampus. Mereka mendapat kontrakan rumah di sebuah komplek kecil di Condong Catur, masuk wilayah Kabupaten Sleman. Suasana di sekitar rumah terasa khas Yogya tapi aku merasakan suasana seperti di daerah Kuta Bali.
Suatu saat di bulan Oktober tahun 2018 karena mas Sandy harus bertugas di luar kota untuk waktu yang agak lama, aku beserta istriku dan anakku yang bungsu berangkat ke Yogyakarta untuk menemani mbak Dea. Kami berangkat dari Bandung sekitar pukul 08.00 pagi hari dengan menggunakan mobil Taruna kesayanganku. Aku sendiri yang menyetir. Rutenya Nagreg Limbangan Malangbong Tasikmalaya Ciamis. Saat waktu salat Jumat kami tiba di masjid agung Malangbong, Garut, dan salat di sana. Usai salat kami makan siang di mobil yang kuparkir di alun-alun Malangbong. Bekal kami bawa dari rumah. Menjelang ashar kami tiba di masjid Agung Ciamis untuk salat dan beristirahat.
Dari Ciamis kami melanjutkan perjalanan melewati kota Banjar dan memasuki wilayah Cilacap di perbatasan Jawa Tengah. Memasuki wilayah Sidareja hingga Majenang, kami melewati pemukiman, kota kota kecil dan pesawahan yang indah. Menjelang maghrib kami memasuki wilayah Banyumas melewati Wangon, Buntu, Gombong danKarangayar dan kami pun beristirahat di sebuah rest area di wilayah Kebumen. Setelah itu aku berkendara non stop melewati Kutoarjo, Purworejo, Wates dan sekitar pukul 09.00 memasuki kota Yogyakarta.
Setelah berbelok ke kiri dari ring road kami sampai di Jalan Kali Urang dan berbelok ke kanan di dekat Gardu Induk PLN lalu sampailah kami di nama-nama jalan bernuansa geomoetrik dan sampailah kami di rumah mbak Dea. Setelah mandi kami makan bersama. Masakan a la Jepang buatan mbak Dea yang disajikan panas-panas sungguh nikmat. Setelah mengobrol sejenak waktu, kami pun beristirahat.
Selama di Yogyakarta, kami menyempatkan berjalan-jalan di seputar ke kawasan Malioboro dan kawasan kraton, dan makan malam di sebuah rumah makan Jawa yang sedang trend di Jalan Kaliurang. Aku sendiri menyempatkan salat jumat di sebuah masjid sekitar rumah. Suasana perkampungan Jawa masih sangat terasa pada suasana pergaulan di luar dan dalam masjid.
Saat kembali ke Bandung, kami menggunakan jalan yang sama seperti pada saat berangkat. Kami berangkat pagi hari dari Yogyakarta dan berhenti sejenak di Ambar Ketawang untuk membeli oleh-oleh. Setelah itu kami beristirahat di alun-alun Jatilawang dan salat di masjid agung. Istri dan anakku menyempatkan mencari bakso di siang yang panas terik itu. Aku sendiri lebih suka bersantai di serambi masjid sambil melihat lalu lintas di jalan nasional dan aktivitas warga di alun-alun.
Sekitar waktu maghrib kami sudah sampai di tanjakan Gentong di wilayah Tasikmalaya dan beberapa jam kemudian kami sudah sampai di lingkar Nagreg. Menjelang tengah malam kami telah tiba di rumah dengan selamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar