Ketika itu, pada akhir tahun 2018, mbak Dea dan mas Sandy berlibur di Bandung. Ketika itu mereka berdua juga meluangkan waktu pergi ke dealer-dealer mobil di sekitar rumah untuk mencari mobil yang enak dipakai dan harganya terjangkau. Nampaknya mereka sepakat membeli mobil keluarga Daihatsu Sigra. Setelah itu mereka kembali ke Yogyakarta.
Pada tahun baru 2019, mas Sandy ke Bandung sendirian dan mengajak aku dan istriku ke dealer Daihatsu di Jalan Sukarno Hatta. Mas Sandy membeli mobil yang telah dipesannya dan membayar secara cash sehingga mendapat korting atau discount yang lumayan. Mobil pun siap di depan gerai. Aku melakukan test drive di seputar gerai yang cukup luas. Akhirnya kami bertiga pulang ke rumah dengan mobil baru yang disupiri mas Sandy.
Setelah itu mas Sandy kembali ke Yogya dengan menggunakan bus. Mobil baru disimpan di garasi rumah kami menunggu kiriman STNK dan plat nomor polisi yang hitam.
Berselang seminggu, STNK dan plat nomor polisi pun datang. Kini tugasku mengantar mobil tersebut ke Yogyakarta.
Sehari sebelum keberangkatanku ke Yogya, aku mencoba mobil baru tersebut. Suatu pagi bersama anakku yang bungsu, Praja, aku meninggalkan rumah dan melakukan test drive. Aku meluncur memasuki jalan tol Padaleunyi. Tujuanku adalah ke Jalan Tol Soroja dan kemudian ke kota Soreang. Aku mencoba akrab dengan peralatan navigasi yang canggih. Tiap putaran mesin terindikasi di layar pada dash board. Jika putaran pas, muncul lampu warna hijau dengan tulisan eco, jika putaran mesin tidak pas muncul warna merah. Tulisan eco berarti penggunaan bbm efisien, jika muncul warna merah berarti penggunaan bbm tidak efisien. Aku pun langsung akrab dengan kendaraan ini. Hanya tenaganya memang tidak terlalu kuat karena mesinnya kecil.
Setelah melakukan test drive sekitar 30 menit, kamipun sampai di Soreang dan mejeng di depan gedung budaya di depan kantor Bupati beberapa saat untuk kemudian kembali ke rumah dengan menggunakan jalan yang sama. Alhamdulillah semuanya berjalan lancar. Aku siap membawa mobil ini besok.
Menuju Yogyakarta.
Keesokan harinya, aku berdua dengan istriku, Atikah, meninggalkan rumah. Kami akan mencoba mobil baru hingga sampai ke Yogyakarta. BBM full tank karena sudah diisi penuh oleh mas Sandy. Kami mengambil rute melalui Rancaekek, Cicalengka, Nagreg, Limbangan, Malangbong, Ciawi dan beristirahat di Masjid Agung Ciamis untuk melaksanakan salat dzuhur, istirahat dan makan siang berupa bekal yang kami bawa dari rumah.
Dari Ciamis kami melewati kota Banjar dan memasuki wilayah Cilacap di Provinsi Jawa Tengah. Saat ashar kami tiba di Karangpucung dan bersistirahat sambil melaksanakan salat ashar di sebuah masjid SPBU. SPBU nya baru, bagus dengan tempat parkir yang luas dan nyaman. Kebetulan saat itu hujan turun dengan derasnya. Kami pun mengaso di dalam masjid sampai hujan reda.
Saat hujan reda kami melanjutkan perjalanan. Ketika tiba di Kebumen hari mulai senja. Kami berbelok ke kanan melewati perkampungan dan pesawahan menuju Jalan Daendels di pantai selatan.
Saat tiba di Jalan Daendels yang menghubungkan Kebumen dengan Purworejo, hari masih terang. Beruntung kami masih bisa menikmati pemandangan. Jalan jalur selatan yang bagus mulus dan lebar. Di kiri kanan ada penjual buah-buahan seperti jambu mutiara dan lain-lain. Di sebelah kanan kadang-kadang nampak pantai selatan di kejauhan. Menjelang maghrib kami sampai di jembatan di atas sungai Bogowonto yang menjadi perbatasan antara Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Aku terus melaju di jalur selatan sampai mendekati bandara internasional Yogyakarta, barulah aku berbelok ke kiri, ke jalan nasional Purworejo-Wates.
Sekitar pukul 22.00 kami tiba di rumah mbak Dea di Yogyakarta. mbak Dea sendirian di rumah, karena mas Sandy sudah pergi ke Malang. Mbak Dea pun melihat mobil baru yang dibeli mas Sandy dengan perasaan takjub. Mobil ini memang dibeli atas nama mbak Dea.
Menuju Malang
Keesokan harinya, usai waktu salat maghrib, aku, istriku dan mbak Dea meninggalkan Yogyakarta menuju Malang. Dari rumah aku menyupiri mobil hingga ke kota. Kemudian mbak Dea mencoba mengemudi saat meninggalkan kota menuju Solo. Meski sedang hamil, mbak Dea dengan trampil mengemudikan kendaraan. Pertama menuju Klaten dan kemudian lanjut sampai di Kota Solo. Jaraknya sekitar 60 km.
Dari Solo aku kembali mengemudikan kendaraan. Aku memilih mencoba menggunakan jalan tol yang baru saja dibuka. Untuk mencapainya pintu masuk tol pertama-tama aku melewati jalan , Jl. Slamet Riyadi yang ramai. Ketika itu di sekitar waktu tahun baru Imlek. Balaikota dihiasi lampion-lampion besar berwarna merah. Kami pun melewati alun-alun kraton Surakarta. Pasar Kliwon nampak dihiasi lampu warna-warni. Kami terus menuju Jurug, melewati Sungai Bengawan Solo. Ketika tiba di Palur, kami berbelok ke kiri memasuki jalan tol Trans Java yang menghubungkan Jakarta dengan Surabaya.
Jalan Tol Trans Jawa
Ini pertama kali aku mecoba berkendara di jalan tol Trans Jawa. Jalannya bagus. Setiap sekitar 20 km tersedia rest area di sebelah kiri dan kanan sekaligus. Akupun mencoba berhenti di rest area kedua untuk melaksanakan salat isya. Mushola nya bersih dengan taman yang indah. Banyak orang berhenti di rest area ini.
Setelah berhenti sejenak, aku melanjutkan perjalanan. Kota pertama yang kulewati adalah Sragen, lalu Ngawi. Ketika berada di Caruban, aku berhenti lagi untuk rehat kopi. Demikian aku mencoba berhenti di setiap rest area. Menjelang pagi aku sudah sampai di Mojokerto dan tidak lama kemudian tiba di Sidoarjo. Di sini aku berhenti untuk salat subuh dan minum kopi panas.
Perjalanan kulanjutkan sampai Pandaan. Jalan tol pun berakhir. Aku kemudian memasuki jalan arteri ke Lawang, Singosari dan sampailah aku di kota Malang pada pagi hari. Mas Sandy sudah datang untuk membuka guest house. Kami pun mandi, sarapan nasi krawu kegemaranku dan kemudian beristirahat.
Resepsi Pernikahan Mas Tony
Hari ini hari resepsi pernikahan mas Tony.Sekitar pukul 16.00 kami meninggalkan penginapan menuju ke Hotel Sahid Montana di Jalan Kahuripan yang tidak begitu jauh dari guest house kami di Jalan Coklat. Dari Jalan Coklat kami memasuki Jl. Mayjen Pandjaitan , Jl. Brigjen Slamet Riyadi dan berbelok ke kiri ke Jl. Kahuripan. Sejak kami berangkat dari guest house hingga saat kami tiba di parkiran hotel, hujan turun dengan deras.
Acara resepsi dimulai sekitar pukul 19.00. Kami menjadi bagian dari keluarga H. Rachmad mengiringi kedatangan mas Tony ke pelaminan. Mas Tony, anak pertama H. Rachmad, seorang doktor perikanan dari sebuah universitas di Mexico. Kini mas Tony menjadi pengajar di UGM dan mendapat jodoh di universitas yang sama. Istri mas Tony juga penduduk kota Malang. Resepsi pernikahan mas Tony dihadiri tamu asing, sepasang muda-mudi dari Australia, yang merupakan kenalan lama keluarga.
Saat resepsi pernikahan berlangsung aku menerima kunjungan mas Bido Swasono, seorang ahli permesinan yang juga politisi kota Malang. Kami mengobrol sambil minum kopi di tepi kolam. Tidak lama kemudian, datang kawan sekolahku saat di Ngawi, mas Parman, yang kini menjadi pejabat di Universitas Negeri Malang. Maka kami ngobrol bertiga mengenasi situasi lokal di kota Malang. Obrolan berakhir menjelang acara resepsi berakhir.
Dari hotel kami kembali ke guest house untuk beristirahat. Ibu Rachmad membawakan banyak makanan untuk kami.
Kembali ke Yogyakarta
Keesokan harinya, pada sore hari kami meninggalkan guest house menuju kediaman Bpk. H. Rachmad, besan kami, di Jl. Nes, Lowakwaru. Kami berkunjung sekaligus berpamitan hendak mengantar mbak Dea dan mas Sandy kembali ke Yogyakarta dan kami sendiri pun hendak kembali ke Bandung.
Sekitar pukul 21.00, kami meninggalkan rumah besan dan meninggalkan kota Malang. Kali ini mas Sandy yang mengemudi. Mas Sandy melalui jalan-jalan yang tidak kukenal. Yang kutahu kami tiba di kota Jombang sekitar tengah malam dan kemudian memasuki jalan tol Trans Jawa. Saat tiba di Ngawi atau Sragen, mas Sandy berhenti untuk beristirahat. Aku kemudian yang mengambil alih kemudi.
Menjelang fajar kami memasuki Solo yang sepi dan nampak berkabut. Aku ke luar ke arah bandara Adisumarmo kemudian menuju Kartasura. Dari Kartasura kami menuju Klaten. Pada pagi hari kami tiba di Yogyakarta.
Sore harinya, aku dan istriku kembali ke Bandung. Namun sebelum itu kami makan malam dulu di sebuah restoran di Kota Gede. Dari sana aku dan istrikut diantar ke Terminal Bus Giwangan untuk selanjutnya menggunakan bus ke Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar