Program Ngajak Hejo
Sepulang
menghadiri pernikahan alo dari keluarga Arisman (Cipatik, Soreang) di Tegal,
keesokan harinya yaitu hari Selasa, 12 November 2019, saya sudah ditunggu
kawan-kawan di Cimaung, Bandung Selatan. Membayangkan jalan pegunungan yang
terjal, saya membawa mobil yang tenaganya lebih joss. Senyampang satu arah,
saya singgah dulu di rumah mertua di Banjaran, mengantar kesayangan,
bersilaturahmi dan ikut makan siang. Kakak tertua membuatkan sepiring lotek
yang nikmat. Ditemani kurupuk dan segelas teh panas, makan siang terasa
sempurna.
(Dari rumah
inilah saya memperoleh dukungan politik yang penting, yaitu dari bapak mertua
dan keluarga besarnya se desa Kiangroke dan Jagabaya bahkan hingga Soreang.
Keluarga bapak beragam dari petani hingga menak, santri hingga abangan, kopral
hingga jendral, kiai desa hingga PBNU, Islam sampai Kristen, guru hingga
pengusaha, pns hingga kades, pribumi hingga bule, pemain kasidah hingga
dangdut, PDI Perjuangan hingga Golkar dan PKB. Komplit. Kini Bpk dan Ibu mertua
telah tiada. Hanya doa bisa saya persembahkan ).
Sekitar
pukul 14.00 saya tiba di Cimaung. Kang Rudi, kang Kely, kang Andri dan ayahnya,
kang Ujang sudah menunggu. Tak lama kemudian kang Anan hadir. Kamipun ngobrol
sambil ngopi menunggu datangnya truk yang membawa bibit tanaman. Ini ide
kawan-kawan : melakukan gerakan penanaman di lahan kritis yang dinamakan
"Ngajak Hejo" sekaligus mengugah ingatan akan perjalanan politik
Sukarno di Bandung Selatan yang dinamakan "mata air Pancasila".
Sekitar
pukul 17.00 truk pengangkut bibit tanaman keras datang. Kamipun beranjak pergi
ke Pangalengan (sekitar 30 km dari Bandung). Dalam perjalanan hujan pun turun
dan hari mulai gelap. Menjelang isya kami tiba di kota Pangalengan. Dari sana
mengambil arah ke Situ Cileunca hingga akhirnya tiba di Kantor Desa Sukaluyu.
Meskipun
sudah malam, kantor desa masih terang benderang. Pak Kades dan jajarannya
beserta Gapoktan masih menunggu. Kami disuguhi kopi Malabar. Setelah memperoleh
informasi mengenai kehidupan desa secara menyeluruh kami pun mulai menyerahkan
bibit tanaman keras : kayu maupun buah-buahan. Sekitar 4.500 bibit diterima
oleh Pak Kades dan Ketua Gapoktan. Bibit itu akan dibagikan kepada para petani dan
ditanam di lahan mereka maupun lahan milik umum.
Dari Kantor
Desa Sukaluyu kami singgah di rumah Ketua PAC PDI Perjuangan untuk
bersilaturahmi dan memantau perkembangan pilkades. Dari sana kami langsung
meninggalkan Pangalengan menuju Cimaung menurunkan kawan kawan. Karena sudah
larut malam saya langsung pamit menuju Banjaran kemudian kembali ke rumah
melalui Baleendah dan Bojongsoang.
Survey Lokasi Penghijauan
Pagi di hari
Sabtu, 7 Desember, saya meluncur memasuki jalan tol Padaleunyi (Padalarang
Cileunyi), memasuki jalan tol Soroja (Soreang Kopo Pasirkoja) dan ke luar di di
depan Masjid Al Fathu, Soreang. Saya memarkir kendaraan di komplek DPRD
Kabupaten Bandung dan pindah ke mobil kang Dentarsa. Bertiga bersama dr Rini
kami menuju arah Ciwidey. Tujuan kami adalah vila Eyang Memed di Desa Cibodas
Kecamatan Pasirjambu.
Saat tiba di
sana, kang Ono Surono, kang Tom Maskun, dan teh Nia Purwakania sudah di tempat.
Kemudian teh Sofie datang. Kami segera bergabung dan menikmati sajian kopi
Bandung plus kudapan setempat seperti singkong jagung dan kacang rebus. Kami
mendengarkan paparan Eyang soal krisis lingkungan hidup di Sub DAS Citarum.
Kami
berkumpul di Pasirjambu dalam rangka menyiapkan kegiatan program hutan untuk
peradaban yang digagas oleh DPD PDI Perjuangan Jawa Barat.
Setelah
melihat koleksi tanaman Eyang, kami meluncur ke arah Badiklat Kemenhub. Di
depannya ada lapang sepak bola dan tanah desa. Ke situlah kami menuju.
Rencananya tempat ini nantinya akan kami jadikan lokasi penanaman pohon. Dari
sana kembali ke rumah Eyang untuk makan siang.
Usai waktu
dzuhur, dengan mengendarai 4 mobil kami meluncur ke arah kota Ciwidey hingga
desa Alam Endah. Dari situ berbelok ke kiri memasuki hutan dan perkebunan. Ada
beberapa spot untuk kegiatan outdoor seperti untuk motor trail dan bersepeda
gunung. ( Kebetulan hari itu ada lomba motor-cross di sekitar Gambung dan
pertemuan para motor crosser di lapangan Upakarti, Soreang).
Perjalanan
memasuki kawasan hutan Gunung Tilu, perbatasan antara Ciwudey dan Pangalengan.
Dari tepi jalan hutan nampak lebat tapi menurut informan di bagian dalam hutan
sudah mulai ditebangi dan dijadikan kebun sayur. Saat itu hujan turun deras.
Kami terus berkendara dalam kawasan hutan. Di sana sini terdapat tanda
"lintasan macan."
Akhirnya
kami tiba di sebuah perkebuban teh di mana terdapat lokasi pembangkit listrik
tenaga uap (geothermal) dan lokasi yang akan kami hutankan kembali.
Dari kawasan
Gunung Tilu, saya bersama kang Tom dan kang Dadi melanjutkan perjalanan
mengirari Gunung Patuha. Beruntung hujan mereda dan tinggal menyisakan gerimis.
Kami seperti berada di atas awan. Di bawah sana hamparan lembah hijau yang luas
dilapisi kabut. Sungguh pemandangan alam yang mempesona.
Hari mulai
petang ketika kami turun meninggalkan kawasan hutan Gunung Tilu. Kami langsung
menuju Soreang dan berpisah di kantor pemerintah kabupaten Bandung. Kang Tom
melanjutkan perjalanan ke Cisewu. Saya mengambil kendaraan dan segera melaju
memasuki jalan tol Soroja. Kafe kafe di Soreang mulai ramai. Kendaraan dari
arah Bandung mulai padat. Maklum ini malam Minggu.
Hajat Lembur
Hari Senin,
23 Desember 2019. Teh Sofi dkk dari DPD PDI Perjuangan Jawa Barat mengadakan
hajat lembur di Desa Cibodas Kecamatan Pasirjambu. Saya dan mas Dwi pun berangkat ke sana. Memasuki jalan tol Soroja yang
lengang, jalan by pass Soreang, memasuki jalan provinsi Bandung-Ciwidey,
berbelok kiri ke arah Gambung, saya melihat bendera partai sudah dipasang di
tiang bambu yang masih hijau di kiri kanan jalan, memandu saya ke tempat acara.
Saya memasuki kebun Eyang Memed dan menunggu Kang Ono lalu bersama-sama menuju
lokasi Hajat Lembur.
Saat tiba,
ada upacara penyambutan dengan tarian pencak silat. Wakil Sekjen DPP PDI
Perjuangan, Sadarestu, dan Kepala Baguna serta para undangan sudah memenuhi
tenda. Acara segera dimulai. Ada sambutan dari teh Sofi, kang Ono, Eyang Memed
dan bu Sadarestu. Inti dari sambutan mereka adalah mengenai pentingnya hutan
bagi kelangsungan ekosistem di DAS Citarum dan upaya partai dalam menjaga
kelestarian alam melalui penanaman pohon di hulu dan hilir Sungai Citarum.
Setelah
pembukaan dengan memukul perkusi oleh Sadarestu, Ono Surono dan saya, acara
Hajat Lembur berlanjut dengan gelar budaya dengan menampilkan pembacaan rajah,
tarawangsa, longser, pencak silat dan pertunjukan dari Pertuni. Ada pula
simbolis pemberian bibit tanaman kepada ibu dan anak.
Acara pokok
yang dinanti tiba, yaitu menanam pohon. Para undangan meninggalkan tenda menuju
ke tanah lapang, masing-masing menanam sebatang pohon, bersama ibu dan anak
dari lingkungan setempat, senyampang menyambut Hari Ibu. Ribuan pohon ditanam
di tanah desa pada hari itu. Di sela-sela tegakan pohon ditanmi dengan
tumpangsari berupa sayur sayuran. Semua merasa senang bisa ikut menanam di hari
yang cerah dan di lingkungan yang indah itu.
Usai acara
menanam, ada sarasehan mengenai Leuweung Pajajaran yang dipandu kang Rahmat.
Kang Ono, Eyang Memed dan saya menjadi narasumber. Sarasehan diakhiri dengan
deklarasi menyelamatkan hutan sebagai sumber peradaban.
Saat
meninggalkan tenda, di halaman disajikan pertunjukan istimewa, lais. Lais
adalah seni akrobatik tradisional Sunda. Aktornya menunjukkan kebolehan
akrobatiknya di atas sebuah tambang yang terbentang di atara dua tiang bambu.
Sungguh pertunjukan yang mendebarkan.
Sebelum
pulang kang Ono dan saya memberika wawancara untuk TVRI. Itu masih berlanjut
di tempat Eyang Memed. Tim TVRI meliput kegiatan Eyang dalam memuliakan
tanam-tanaman langka, termasuk yang endemik di pegunungan Bandung Selatan.
Persiapan Pencanangan Leuweung Padjadjaran
Rabu, 22
Januari 2020, DPD PDI Perjuangan berkunjung ke DPC PDI Perjuangan Kabupaten
Bandung di Jl. Jaksa Naranata No. 10 Baleendah untuk melakukan rapat kordinasi
persiapan pelaksanaan pencanangan Leuweung Pajajaran, langsung dipimpin kang
Ono Surono (ketua), kang Ketut Sustiawan (sekretaris) dan teh Nia Purwakania
(wakil bendahara). Hadir pula teh Sofi, kang Tom kang Apriyanto (organizing
commitee) serta kang Yadi Srimulyadi (anggota DPR RI). Dari DPC PDI Perjuangan
ada ketua sekretaris dan bendahara beserta para wakilnya. Juga pimpinan dan
para anggota DPRD Kabupaten Bandung dari Fraksi PDI Perjuangan. Dihadirkan pula
para pengurus PAC dan PR dari dapil 1 (Rancabali, Ciwidey, Pasirjambu,
Kutawaringin dan Soreang). Demikian juga dengan para bakal calon bupati dan
wakil bupati Kabupaten Bandung, saya dan teh Yena. Sementara kang Dimyati diwakili
kang Usep. Para bakal calon bupati/wakil bupati akan mengerahkan masing masing
300 orang dan dari 7 anggota DPRD Kabupaten masing masing mengerahkan 150
orang. Dari DPR RI dan DPRD Provinsi masing masing 100 orang. Dengan demikian
ada sekitar 2000 orang yang dilibatkan.
Kesimpulan
dari rakor adalah bahwa pada tanggal 2-2-2020 akan dilakukan penanaman pohon
oleh ibu Megawati Sukarnoputri dalam rangka Pencanangan Leuweung Pajajaran di
Gunung Tilu yang berada dalam komplek PPTK Gambung, Pasirjambu, Kabupaten
Bandung, diikuti oleh penanaman pohon di sembilan kota dan kabupaten lainnya
yang termasuk dalam sub DAS Citarum yakni Cimahi, Bandung, Bandung Barat,
Sumedang, Garut, Cianjur, Purwakarta, Bogor, Karawang dan Bekasi. Di luar sub
DAS Citarum, semua DPC PDI Perjuangan juga melakukan hal yang sama pada waktu
yang sama secara serentak. Penanaman pohon masih berlangsung selama bulan
Februari hingga Maret di lahan kritis yang ada. Bibit tanaman diperoleh dari
instansi pemerintah, swasta dan masyarakat. Pada acara di Gunung Tilu juga akan
diadakan pergelaran kesenian dan pembagian paket bahan pangan yang biasa
disebut sembako bagi bagi 1.000 keluarga yang membutuhkan.
Pencanangan
Leuweung (Hutan) Pajajaran direncanakan tidak hanya di hulu sungai Citarum (Kabupaten
Bandung), melainkan di DAS (Daerah Aliran Sungai) Citarum meliputi Kabupaten
Sumedang, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, Kota Cimahi
Kabupaten Canjur, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi
dan Kabupaten Bogor. Maka pada tangal 29 Januari DPD PDI Perjuangan Jawa Barat
berkordinasi dengan kesepuluh DPC PDI Perjuangan di daerah tersebut. Dari DPD
diwakili teh Sofi dan kang Tom. Dari DPC diwakili oleh para wakil ketua atau
ketua panitia. Karena komando pencanangan dilakukan di Kabupaten Bandung maka
saya memimpin sendiri delegasi sebanyak empat orang (saya, kang Henhen, kang
Andri dan kang Asep). Karena banyak membahas masalah teknis seperti menentukan
lokasi, mencari bibit pohon, jumlah dan distribusi pohon, pengangkutan pohon
dan lain lain maka pembicaraan berlangsung cukup memakan waktu. Selain menanam
pohon, kami dari kabupaten Bandung bertanggung jawab mendatangkan 1000 warga
penerima bantuan pangan dari Kemensos, menggerakkan 2000-3000 partisipan dan
memasang sekitar 1500 bendera partai dari pintu keluar tol Soroja di Soreang
hingga lokasi kegiatan di PPTK Gambung, Pasirjambu.
Tanggal 31
Januari, Baguna sudah bersiap di lokasi untuk membuat dapur umum yang
ditargetkan menyediakan sekitar 3000 paket makan siang bagi tamu undangan.
Lewat tengah malam Kang Asep dan kang Andri mulai memasang bendera partai. Regu
1 bergerak dari pintu tol Soreang ke arah Ciwidey dan regu dua bergerak dari
Pasirjambu ke PPTK Gambung. Tenda dan panggung dengan kapasitas 2000 kursi juga
mulai dipasang di halaman PPTK Gambung yang cukup luas.
Tanggal 1
Februari tenda sudah terpasang dan sudah siap untuk general repetition (gladi
bersih) yang langsung dipimpin ketua DPD PDI Perjuangan. Kang Acil dan kang
Syam Bimbo ambil bagian.
Pencanangan
Leuweung Padjadjaran
Sejak pagi
undangan telah memenuhi tenda. Musik juga sudah dimainkan. Tamu tamu sudah
berdatangan dari Jawa Barat bahkan dari seluruh penjuru tanah air. DPP PDI
Perjuangan nyaris hadir seluruhnya demikian pula anggota DPR RI dari Fraksi PDI
Perjuangan. Ketua Umum diwakili oleh Sekjen DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto. Ibu Risma, Pak
Jarot dan Bu Ribka Tjiptaning juga hadir. Beberapa bupati dan walikota Jawa
Barat hadir. Menteri Sosial juga hadir. Setelah Gubernur Jawa Barat hadir acara
pun dimulai. Kang Ono Surono membacakan sebuah puisi tentang alam yang
menyentuh. Setelah Kang Emil memberi sambutan, Sekjen membuka secara resmi
Pencanangan Leuweung Pajajaran.
Setelah
pergelaran kesenian dari para seniman Bandung termasuk Bimbo, serta penyerahan
bibit tanaman kepada para undangan, serta penyerahan bahan pangan dari Mensos
kepada masyarakat sekitar, acara dilanjutkan dengan menanam pohon di sekitar
hutan. Setiap orang diberi satu pohon untuk ditanam. Saya menanam pohon picung
atau kluwek (pangium edule). Penanaman di kawasan hutan Gunung Tilu ini diikuti
penanaman secara serentak di Jawa Barat bahkan di seluruh tanah air.