Kang Mochtar Mohammad Wakil Ketua Bidang Pemenangan Pemilu DPD PDI Perjuangan Jawa Barat -ex walikota Bekasi- memberi instruksi kepada saya untuk menghadap dr. Ribka Tjiptaning di DPP PDI Perjuangan, Jl. Lenteng Agung 99 Jakarta. "Tidak boleh diwakilkan". Sayapun pagi itu bertolak dari Jatinangor menggunakan bus Damri menuju Jl. Dipati Ukur, turun di Pusdai lalu menuju pool "travel" di Jalan Surapati-Cicaheum (Suci). Dari sana naik shutle bus ke Jakarta bersama kang Dentarsa, bendahara DPC PDI Perjuangan Kabupaten Bandung. Sekitar waktu dzuhur kami tiba di DPP PDI Perjuangan. Kami mencari ruang kerja dr. Ribka dan saat tiba sudah ada kawan kawan dari Indramayu, Karawang, Depok, Sukabumi.
Hari itu kami mendapat hibah sebuah mobil ambulans yang sudah dibranding dengan logo Mega Bhakti. Meski mobil sudah sudah berusia lima tahun tapi masih bagus. Dr. Ribka berharap hibah ambulans tersebut dapat menambah pelayanan partai pada masyarakat. Usai saling menandatangani berita acara serah terima, saya dan mbak Ning-panggilan dr Ribka- saling berjabatan tangan lalu berfoto bertiga, Mbak Ning saya dan Kang Dentarsa.
Setelah memeriksa kondisi mobil, mengganti accu dan asesorisnya kami pamit pada mbak Ning. Saya meminta kang Dentarsa mengemudikan mobil ambulans tersebut. Sayapun duduk di sampingnya. Mbak Ning dan kawan-kawan di DPP tertawa dan melambaikan tangan saat kami meninggalkan halaman kantor DPP.
Setelah mengisi mobil dengan pertalite kami menuju bandara Halim Perdanakusuma, bukan hendak terbang tetapi menengok mertua Kang Dentarsa yang sakit di RS Halim Perdanakusuma. Karena mobil partai dilarang masuk komplek militer -harus netral kata provost - kami parkir di taman parkir dekat gerbang bandara. Setelah kang Dentarsa selesai besuk, kami makan sore di sebuah rumah makan Padang, sebelum menuju Bandung.
Sekitar pukul lima sore kami memasuki jalan tol Cikampek. Tanpa beristirahat kang Dentarsa menjajal mobil memasuki jalan tol Padaleunyi dan malam telah menyelimuti kota Bandung saat kami memasuki pintu tol Buahbatu. "Masih enak Ketua" katanya. Kami akhirnya sampai di perumahan Batununggal. Kali ini kami berhenti dan saya menikmati secangkir kopi buatan putri kang Dentarsa. Setelah cukup beristirahat saya pamit. Kali ini saya yang membawa mobil ambulans tersebut.
Saat hendak memasuki pintu tol Buahbatu saya menyadari bahwa saya tidak membawa e-money. Akhirnya saya mengemudikan ambulans tersebut melalui jalan Sukarno- Hatta menuju bundaran Cibiru.
Saat saya memasuki halaman rumah dan memarkir ambulans di car port, istri dan anak saya bengong melihat saya membawa ambulans pulang ke rumah,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar