Selasa, 18 Oktober 2011
Bandung-Banyuwangi
Lokomotif Diesel
Bung Karno akan marah besar jika ada orang Indonesia lebih membanggakan negara lain di banding degan negaranya sendiri, karena menurutnya Indonesia adalah negara terindah di dunia. Meskipun aku belum melihat secara keseluruhan negri, aku pun meyakini Indonesia adalah negara yang paling indah di dunia. Gunung, lembah, sungai, danau, laut, hutan, kota-kota, desa-desa, penduduknya bahkan flora dan faunanya tak ada bandingnya di dunia. Maka akupun ingin agar anak-anakku mengenal tanah airnya terlebih dulu sebelum mengenal negara-negara lain.
Sesungguhnya sangat sulit menemukan waktu yang tepat di mana kami sekeluarga bisa pergi bersama-sama dalam waktu beberapa hari. Aku dan istri bekerja, sedang anak-anak sibuk dengan sekolah atau kuliah mereka. Namun waktu itu entah bagaimana kami punya waktu kurang lebih seminggu, sehingga kami memutuskan pergi ke Bali dengan berkereta api pergi-pulang.
Seingatku di tahun 2002 atau 2003 itu kami berlima berangkat sore hari dari Stasiun Hall Bandung menggunakan KA Mutiara jurusan Surabaya. Sekitar pukul 17.00 kereta bergerak ke timur melalui Kiaracondong melewati pesawahan menuju Rancaekek. Kereta melaju melewati sta Rancaekek sehingga kami hanya bisa melihat kereta melintas di Bumi Rancaekek Kencana di mana kami tinggal. Rumah kami hanya terselang satu rumah dari rel kereta. Kereta melaju melalui Cicalengka, Nagrek, lalu merayap di tas perbukitan menuju Cibatu. Kereta baru berhenti di sta Tasikmalaya untuk memuat penumpang. Setelah melewati Ciamis kereta menuju Banjar untuk berhenti beberapa saat menurunkan dan menaikkan penumpang. Sidareja, Kroya, Gombong, Kutoarjo, kemudian tiba di Yogyakarta tengah malam. Kereta berhenti agak lama. Penumpang turun dan naik. Kereta kemudian melaju dan berhenti sejenak di Klaten, Solo, Madiun, Kertosono, dan Mojokerto.
Pagi hari kami tiba di stasiun Gubeng. Kami shalat subuh, mandi dan sarapan pagi di stasiun. Pukul 08.00 kami menaiki kereta eksekutif ke Banyuwangi melalui Sidoharjo dan Jember. Kami menikmati perjalanan dengan kereta yang bagus dan nyaman karena tempat duduknya berupa reclyning seat yang berukuran besar disertai air condition yang mendinginkan gerbong. Segera setelah kereta berangkat Petugas restorasi dengan pramugarinya berkeliling dari gerbong ke gerbong menawarkan penganan : nasi goreng, steak, sandwich, mie goreng, disertai kopi dan teh panas. Kamipun memesan penganan kesukaan masing-masing. Makan pagi di kereta menjadi ritual menyenangkan yang ditunggu-tunggu oleh anak-anakku.
Kereta berhenti beberapa menit di Sta Jember . sebagian penumpang turun. Ada juga yang sekedar mencari toilet atau ke toko oleh-oleh membeli makanan khas Jember seperti tape singkong dan dodol tape singkong yang manis masam.
Kawah Ijen
Perjalanan dari Jember ke Banyuwangi sungguh menarik hati. Kereta berjalan cepat melalui area pertanian yang subur berupa sawah, ladang dan perkebunan kopi yang hijau sejauh mata memandang. Kereta melalui rel di dataran tinggi yang menanjak dan kadang menurun serta berkelok-kelok. Suara mesin serta putaran roda yang melindas rel ditingkahi suara peluit menghasilkan suara yang khas berirama seperti alunan musik. Getaran yang dihasilkannya membuat kereta bergerak dinamis ke kiri dan ke kanan membuat penumpang bergoyang-goyang di atas kursinya sehingga pelan-pelan dirayapi rasa kantuk untuk kemudian tertidur. Adapun yang masih tetap terjaga bisa memelototi indahnya pemandangan sambil membebaskan lamunan terbang ke mana saja.
Sta KA Banyuwangi
Kereta melewati stasiun-stasiun kecil. Rambipuji. Rogojampi. Glenmore. Menjelang siang kereta tiba di stasiun Banyuwangi . di stasiun kecil terakhir kereta berhenti untuk menurunkan seluruh penumpang dan bersiap kembali ke Surabaya. Kami turun dan beristirahat di peron. Aku bahkan masih sempat berjalan-jalan ke kota dengan menggunakan becak mencari satu dua cakram padat (CD) atau pita kaset musik tradisional. Tak lama kemudian Bus PJKA membawa kami ke Pelabuhan Ketapang. Buspun masuk ke dalam ferry roro yang akan menyebrangkan kami ke Pulau Dewata.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar