Minggu, 23 Oktober 2011
Dari Sanur ke Kuta
Museum Le Mayeur (wikipedia)
Setelah subuh kami menggunakan taksi ke Sanur. Jarak Denpasar-Sanur tidak begitu jauh, mungkin sekitar 10 km saja. Ketika kami tiba di sana fajar mulai merekah. Kami bergabung dengan orang-orang yang menunggu matahari terbit di tepi pantai. Ini ritual wajib bagi wisatawan yang datang ke Sanur. Dari ufuk timur pelahan sang surya muncul dari horison, sedikit demi sedikit sehingga terbit dengan sempurna.
Orang-orang berdecak kagum dan bertepuk tangan. Kamipun mengucap “ subhanallah”. Kegelapan pun sirna. Terang pun serentak datang dari seluruh penjuru. Laut mulai nampak jelas. Ombaknya yang berdeburan ke pantai berpasir putih sungguh membangkitkan nafas kehidupan. Perahu-perahun nampak berjajar rapi dengan cat warna-warni menggugah hati. Bali Beach Hotel mulai nampak di balik rimbuh pepohonan. Pohon kelapa melambai diembus angin.
Kami berjalan sepanjang pantai menikmati pasir putih dengan bertelanjang kaki. Jika lelah kami duduk di atas pasir putih atau bermain air laut yang berderai ke pantai. Para petugas penjaga pantai menggali pasir dan mengubur sampah. Nelayan menawarkan sampan untuk ditumpangi. Kamipun menyewa sebuah sampan untuk melayari pantai. Laut biru jernih menyejukkan hati. Langit biru dengan awan putih berarak. Dari kejauhan kami melihat pantai dan menikmati embusan angin yang kencang menerpa tubuh. Batu-batu karang dan ikan-ikan dapat dilihat dengan mata telanjang.
Setelah lelah bersampan kami istirahat di sebuah kedai di tepi pantai. Sarapan pagi sambil melihat laut luas. Kami duduk santai memuaskan diri dengan panorama elok pantai Sanur. Betapa indah hari itu. Kamipun mengabadikan kenangan dalam foto-foto indah.
Menjelang siang kami berkunjung ke museum Le Mayeur. Lokasinya tepat di samping kiri Bali Beach Hotel. Bangunan museum sebelumnya adalah rumah tinggal Le Majeur bersama istrinya Ni Polok. Keduanya telah tiada. Ada bagian bangunan yang dijadikan tempat penginapan. Rumah Le Mayeur memiliki arsitektur yang penuh nilai-nilai keindahan. Perabotan (interior) nya dirancang sendiri oleh sang pemilik rumah menggabungkan antara seni tradisi dengan pendekatan fungsional misalnya tempat duduk atau meja berukir dan diberi warna merah menyala yang berfungi sebagai tempat penyimpanan barang-barang. Secara umum bangunannya terbuat dari kayu air untuk manci atau minum diperoleh dari sumur gali yang hingga kini masih dipertahankan keberadaannya.
Ni Pollok dan Le Mayeur
Rumah itu kini menjadi museum Le Mayeur yang dipelihara oleh pemerintah daerah. Museum menyimpan banyak koleksi lukisan Le Mayeur yang kebanyakan berobyek Ni Polok. Ni Polok adalah perempuan Bali yang cantik yang juga menarik perhatian Bung Karno. Alkisah, ketika Bung Karno datang ke rumah itu, Le Majeur tidak begitu suka lantaran cemburu. Nama lengkap Le Mayeur adalah Adrien-Jean Le Mayeur de Merpres (lahir di Brusel, 9 Februari 1880 – meninggal di Ixelles, 31 Mei 1958 pada umur 78 tahun) . dia adalah seorang pelukis dari Belgia. Ia tiba di Singaraja, Bali dengan perahu pada tahun 1932. Lalu ia menetap di Denpasar.
Dari Museum Le Mayeur kami kembali ke Denpasar dan mengunjungi Museum Bali yang koleksinya mengambarakan perkembangan kebudayaan Bali sejak masa purba hingga saat ini. Koleksi lukisan dan patungnya cukup lengkap. Karya dari pematung dan pelukis Bali maupun luar Bali yang kemudian bermukim di Bali memenuhi museum. Lukisan mereka bukan saja mempengaruhi bentuk lukisan Bali tradisional tetapi juga lukisan atau pelukis Indonesia saat ini.
Puas menikmati koleksi Museum Bali kamipun kembali ke hotel untuk mandi dan berkemas mencari tempat menginap di Kuta. Kami memperoleh hotel berbentuk cottage tidak jauh dari pantai. Sore dan malam itu kami menikmati suasana Kuta. Pantainya begitu ramai di sore hari saat orang-orang menikmati keindahan pantai sambil menunggu matahari terbenam. Pada Malam hari suasana sungguh meriah, hingar bingar. Hotel, restoran, kafe dipenuhi turis mancanegara. Lampu-lampu berkelap kelip aneka warna. Musik meledak-ledak. Lalu lintas ramai dan padat. Hidup seperti akan berlangsung 1000 tahun lagi...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar