SURABAYA adalah
pintu gerbang timur Jawa selain sebagai kota terbesar kedua di tanah air. Karena karakter
penduduknya seperti telah tergambar dalam perlawanannya terhadap kemapanan dan agresor
dari luar membuat Surabaya identik dengan patriotisme. Novelis Idrus menggambarkannya dengan bagus dalam
karya sastranya. Posisinya yang strategis membuat Surabaya menjadi magnet bagi
banyak orang terutama dari Indonesia bagian timur. Perpaduan antara posisi
geografis, budaya dan sejarah telah membuat Surabaya seperti yang dikenal saat
ini.
Mungkin sudah lebih dari tujuh kali aku mengunjungi Surabaya, sekedar lewat menuju kota lain di
Jawa Timur atau Bali, istirahat di stasiun KA Gubeng untuk mandi dan sarapan, menginap
di rumah paman untuk besoknya berangkat menuju kota tujuan untuk mengikuti tes
masuk PTN, datang menghadiri sebuah seminar,
bertemu dengan pemerintahan setempat,
rendesvouz dengan teman sekolah
atau sekedar transit dan membeli buku di
bandara Juanda. Pernah satu atau dua kali aku datang ke Surabaya dengan
menggunakan penerbangan paling pagi dari Bandung dan sorenya sudah tiba kembali
di bandara Husein dengan pesawat yang sama. Rasanya seperti mimpi saja. Sesuatu
yang tidak pernah terbayangkan di masa lalu. Semua itu menjadi mungkin berkat
kemajuan ilmu dan teknologi.
Kota Surabaya semakin
hari semakin berkembang dan semakin padat penduduknya. Udaranya pun semakin
panas. Namun demikian pemerintah kota selalu berusaha menciptakan kota yang
tertib, bersih, disiplin, sejuk, indah, aman dan nyaman. Setiap kita berkunjung
ke Surabaya selalu ada sesuatu yang baru yang membuat kita terkesan dan nyaman.
Lalu lintas yang padat dan semrawut ditata, bangunan tanpa IMB dibongkar meski
sudah menjulang ke langit, sungai dibersihkan dan dijadikan tempat yang nyaman
untuk pelbagai aktivitas, taman-taman dibuat sehijau dan seasri mungkin.
Kehidupan malam di Surabaya mungkin masih kalah dari Jakarta dan Bandung, tetapi wisata kulinernya semakin semarak. Bangunan-bangunan tua masih banyak yang terpelihara seperti kantor pemerintah provinsi misalnya. Jembatan merah yang tersohor itu masih berdiri dengan baik. Pabrik rokok yang terkenal di Surabaya kini dijadikan museum. Sayangnya saham industri rokok telah dikuasai secara mayoritas oleh pemodal asing. Wisata ziarah di masjid Sunan Ampel berdenyut 24 jam sehari, peziarah dari seluruh Jawa bahkan tanah air dan Malaysia selalu memadati tempat tersebut untuk berdoa di depan makam Sunan Ampel, salah seorang penyebar agama Islam yang legendaris dan biasa dikenal dengan Wali Songo.
Berkunjung ke
Surabaya rasanya belum lengkap kalau belum menyebrang ke Pulau Madura melalui
jembatan Suramadu (Surabaya-Madura). Melintasi selat menggunakan perahu sudah
biasa, tapi dengan menggunakan kendaraan darat melintasi laut rasanya menjadi
sebuah sensasi tersendiri. Dalam hitungan menit kita bisa tiba di daratan
Madura untuk sekedar melihat-lihat sebentar, traveling, atau membeli buah
tangan. Sensasi menyebrangi selat Madura
seperti menyebrang di Barelang (Batam Rempang Galang) dan Penang di Malaysia.
Kembali dari Madura, kita bisa melihat patung Jalesveva Jayamahe, yaitu patung bersosok Komodor Yos Soedarso yang tenggelam di perairan Papua dalam perjuangan merebut Irian Jaya (Papua), di depan pelabuhan Tanjung Perak. Tiba di darat, tidak jauh dari jembatan Suramadu kita akan melintasi makam Dr Soetomo, tokoh pendiri Boedi Oetomo.
Kini ada satu lagi destinasi di Surabaya, yaitu lumpur Sidoarjo yang biasa dikenal dengan lumpur Lapindo. Lumpur yang menyembur karena human error ini telah meratakan pemukiman penduduk, pabrik-pabrik, pesawahan dll. Menjadi sebuah bendungan lumpur raksasa yang mengerikan. Lapindo adalah sebuah perusahaan dari kelompok Bakrie sebuah holding company milik ARB. Sampai kini belum ada penyelesaian yang tuntas bagi penduduk yang menjadi korban dan mengungsi di sekitar.
Untuk mengobati rasa sedih setelah melihat tanggul lumpur Sidoarjo, pergilah ke Tanggul Angin untuk menggunjungi industri rumahan tas dan sepatu. Ada banyak produk tas, sepatu, jaket, koper, ikat pinggang, topi dari kulit pelbagai binantang dan imitasi. Harganya terjangkau, kuallitasnya baik.
Di antara banyak penginapan
di Surabaya ada satu dua hotel yang berkesan, salah satunya adalah hotel
Majapahit. Hotel ini dulunya bernama hotel Yamato milik Jepang yang tersohor itu. Dalam
buku-buku sejarah digambarkan para pejuang merobek warna biru pada bendera Belanda sehingga menjadi bendera
merah putih. Peristiwa itu dikenal sebagai insiden perobekan bendera Belanda di
hotel Yamato. Hingga kini hotel
Yamato masih difungsikan setelah direnovasi besar-besaran dengan mempertahankan bentuk arsitektur
aslinya. Namanya kemudian diubah menjadi Hotel Majapahit. Beberapa perabotan di
dalamnya dibuat mirip aslinya, hanya saja beberapa bagian yang konon dulunya
terbuat dari emas kini diganti dengan kuningan.
jika anda ingin merasakan kemenangan di dalam
BalasHapusbermain togel hbg mbah WOWO di nmr
(_0853_2888_0180_) jika ingin mengubah nasib
seperti kami sudah 3 x terbukti trim’s roo,mx
sobat
jika anda ingin merasakan kemenangan di dalam
bermain togel hbg mbah WOWO di nmr
(_0853_2888_0180_) jika ingin mengubah nasib
seperti kami sudah 3 x terbukti trim’s roo,mx
sobat