Sipatahunan
Menjelang zuhur kami (Ceu Wewen, Ceu Yuli, Kang Luthfi, Ceu Ema dan Ceu Imas) meninggalkan Wisma Nirmala meski Lomba Senam masih berlangsung. Kami percayakan pada panitia dan Dewan juri untuk menentukan kelompok mana yang jadi juaranya.
Ketika melewati Situ Sipatahunan saya minta Kang Jepang menghentikan laju kendaraan dan menepi mencari tempat parkir. Sayang Situ Sipatahunan tidak punya tempat parkir kendaraan roda empat. Saya minta Kang Luthfi selaku Ketua Fraksi PDI Perjuangan Kabupaten Bandung mengusulkan nya kepada dinas terkait.
Kami memasuki lokasi Situ Sipatahunan yang dikelola Bumdes. Saya mengajak kawan kawan berkeliling danau melalui jogging track yang masih bagus. Air danau nampak kehijauan. Bukit bukit di sekitar danau memperindah pemandangan. Nampaknya kawan kawan baru pertama kali ke sini. Bagi saya ini kunjungan kedua. Saya berkunjung ke sini pertama kali sekitar tahun 2004. Waktu itu saya datang seorang diri untuk mengecek pengelolaan situ yang merupakan sarana irigasi pertanian.
Situ Sipatahunan nampaknya sudah ada sejak zaman Belanda. Nama Sipatahunan (Sipatahoenan) bahkan digunakan oleh Otto Iskandar di Nata yang dikenal dengan julukan Si Jalak Harupat untuk nama majalah atau koran yang diterbitkan nya.
Berikut ini biografi Otto Iskandar di Nata, pahlawan Nasional kelahiran Bojongsoang, Kabupaten Bandung dari status saya 22 Desember 2018.
"Paguyuban Pasundan.
Awalnya organisasi yang didirikan pada tahun 1914 oleh beberapa dokter Sunda ini bersifat sosial, tapi kemudian menjadi partai politik pada tahun 1949 dengan nama Parki. Parki (Partai Kebangsaan Indonesia) mengusahakan Pasundan yang otonom dalam RIS (Republik Indonesia Serikat).
Salah seorang tokoh nasionalis dari Paguyuban Pasundan adalah Otto Iskandardinata. Sejak menjadi pelajar di Hogere Kweekschool (Sekolah Guru Tinggi) di Purworejo ia sudah menjadi anggota Budi Utomo, kemudian menjadi guru di Pekalongan dan dianggap sebagai tokoh masyarakat di sana. Belakangan ia sempat menjadi ketua Paguyuban Pasundan.
Ketika kongres Paguyuban Pasundan menerbitkan SK Sipatahoenan pada tahun 1932, Otto ditunjuk sebagai penanggungjawabnya. Sipatahoenan awalnya terbit di Tasikmalaya kemudian dipindah ke Bandung. Otto juga sempat menjadi anggota Volksraad mewakili Paguyuban Pasundan.
Paguyuban Pasundan banyak berhikmat di bidang pendidikan dengan mendirikan lembaga pendidikan mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi, salah satunya adalah Universitas Pasundan di Bandung yang tahun ini membuka Fakultas Kedokteran setelah berdiri 60 tahun."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar