Selama pandemi Covid-19 nyaris aku tidak pernah bepergian jauh, khususnya ke luar kota. Itu sekitar dua tahun lamanya. Aku ingat ketika itu ada kemenakan hendak menikah di Ngawi, tetapi ketika itu pemerintah mengumumkan mulai adanya pandemi dan akupun membatalkan pergi . Akhirnya selama dua tahun itu paling jauh aku bepergian ke kota Bekasi untuk kegiatan organisasi.
Saat pandemi mulai mereda di penghujung tahun 2021 dan ketika aku sudah divaksinasi Covid-19 dua kali plus vaksinasi ketiga (booster) aku mulai berani bepergian agak jauh seperti ke Ciamis ke undangan resepsi pernikahan anak kang Nanang Permana, Ketua DPRD Kabupaten Ciamis. Selain itu ke Jakarta mengantar anakku yang mengurus visa karena hendak berangkat ke Perancis sambil menghadiri pernikahan kemenakan di Bekasi. Setelahnya aku sempat berkunjung ke Selasar Soenarjo untuk makan siang bersama keluarga. Undangan resepsi pernikahan lainnya yang kuhadiri kebanyakan di dalam kota saja. Antara lain undangan dari Bung Jacobus Mayong Padang (Kobu), Kang Rudi Harsa Tanaya, Kang Yadi Srimulyadi, Teh Kenny, Ibu Fatimah, Mas Nanang Eka dan Kang Luthfi.
Di tempat resepsi Bung Kobu yang diselenggarakan di sebuah resto di dekat Gedung Sare , Mas Ganjar Pranowo hadir. Ketika itu saya hadir bersama Prof. Sudigdo Adi. Kami pun sempat ngobrol di sebuah ruangan membicarakan soal pilpres. Selain Bung Kobu, ada pula Kang Eka, Kang Bastaman dan Mas Andi. Mas Ganjar juga hadir di resepsi Kang Rudi di Trans Studio Hotel. Saya pun sempat menyalami Mas Ganjar yang sedang mengobrol dengan bung Andre.
Memasuki tahun 2022 undangan resepsi pernikahan sudah mulai marak. Ada undangan dari Kang Eka Santosa di kota Bandung, dari kemenakanku Mardiyono di Batujajar, dari kakakku di Cimaung, dari Kang Dentarasa Denni Bendahara DPC PDI Perjuangan Kabupaten Bandung dan dari kang Henhen Asep Suhendar Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bandung.
Di luar undangan resepsi pernikahan aku juga sempat beberapa kali ke Jakarta. 15 Januari 2022 mengantar anak perempuanku terbang ke Paris. Bulan Februari 2022 ziarah ke Blitar. 10 Maret 2022 mengantar anak laki-laki ke Jakarta. 19 Maret 2022 menemani Wakil Bupati dari KalimantanTimur di Soreang untuk menyaksikan pertandingan sepakbola perempuan PSSI . 3 Mei 2022 berziarah ke Bogor. 7 Mei 2022 berwisata ke Lembang. 16 Mei 2022 menghadiri Halal bihalal DPD PA GMNI Jawa Barat di Hotel Preanger. 19 Juni 2022 menghadiri acara mengantar kemenakan ke Boyolali. 27 Juni 2022 menghadiri selamatan keberangkatan Bupati Bandung ke Arab Saudi untuk melaksanakan ibadah umrah.
Perihal kepergianku ke Jakarta dan Blitar sudah kuceritakan . Kali ini aku ingin bercerita mengenai kepergianku ke Boyolali karena ini termasuk kepergianku yang terjauh setelah ke Blitar - selama dua-tiga tahun ini.
Menuju Yogyakarta
Hari Jumat, 17 Juni 2022 malam, Iwan kemenakanku dari Banjaran datang menjemput mengajak kami, aku dan istriku, berangkat ke Boyolali. Bersama Iwan ada Dik Eni. Kami pun berangkat memasuki jalan nasional Bandung Garut menuju Malangbong dan berbelok ke kiri mengarah ke pondok pesantren Suryalaya . Setelah beberapa kilometer kami berhenti berhenti menjemput Ani dan anak-anaknya. Perjalanan dilanjutkan ke Jawa Tengah dan saat pagi hari kami sampai di Kebumen dan mengambil jalan Daendels menuju Kulonprogo. Menjelang perbatasan Jawa Tengah dan DIY ban mobil kempes dan harus diganti untuk ditambal. Setelah beres baru kami melanjutkan perjalanan.
Sekitar pukul 10.00 kami tiba di pantai Glagah dan menyempatkan diri berwisata menikmati keindahan laut selatan. Pengunjung yang datang cukup banyak siang itu. Kami pun berjalan-jalan sepanjang pantai hingga tiba di ujung tanjung. Ombak yang tinggi dan bergulung-gulung membuat ngeri tapi juga menarik hati kami untuk mengambil gambar dan berfoto bersama.
Menjelang waktu zuhur kami beristirahat di sebuah rumah makan dan dik Eni memesan menu seafood untuk makan siang itu. Makanan ikan laut segar yang disuguhkan siang itu sungguh menggugah selera. Selera makan kami pun tergugah sehingga semua menu makanan yang disajikan habis kami santap.
Setelah menyantap makan siang yang nikmat, kami meninggalkan pantai Glagah. Iwan mengemudi melewati under pass bandara Yogyakarta International Airport menuju kota Wates untuk mencari ban serep tetapi tidak ada ban yang cocok. Kamipun terus melaju menuju Yogyakarta. Sebelum memasuki kota kami mendapatkan ban yang cocok di dekat Pasar Induk Gamping.
Menjelang waktu asar kami memasuki kota Yogyakarta dan langsung menuju masjid keraton. Kami mandi, salat dan beristirahat sambil menikmati keindahan arsitektur masjid yang indah dan megah. Masjid sepenuhnya terbuat dari kayu jati. Hanya lantai dan pagarnya saja yang terbuat dari adonan semen dan pasir.
Sekitar pukul 17.00 kami meninggalkan Yogyakarta. Kali ini penumpang bertambah dengan Teh Tatat, Rina dan Rani sehingga kami berdesak-desakan di dalam mobil. Kami berputar di Malioboro lalu memasuki jalan nasional menuju Solo. Lalu lintas sangat ramai dan padat ketika itu. Maklum malam Minggu.
Tiba di Boyolali
Perjalanan kami tersendat ketika melewati Prambanan, Klaten dan Kartasura. Di Kartasura kami berbelok kiri menuju Dusun Bangsan, Desa Demangan, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali. Sekitar pukul 19.00 kami tiba di tempat yang kami tuju. Kami diberi tempat bermalam tepat di depan pasar desa.
Setelah mandi dan makan malam aku bersantai di beranda depan rumah. Pak Hidayat, empunya rumah menyampaikan protokol kegiatan besok di tempat resepsi. Tidak lama kemudian Pak Paryono datang. Setelah megobrol kami berjalan ke tempat resepsi. Malam itu ada pertunjukan musik campursari. Suasana cukup seronok. Anak anak muda berjoget diiringi lagu-lagu dangdut dan campursari dari para biduan cantik sambil menyawer. Musik yang menghentak memecah kesunyian desa malam itu. Menjelang tengah malam kami meninggalkan tempat pertunjukan.
Resepsi Ngunduh Mantu
Pagi pagi sekali saya terbangun karena keramaian di pasar. Setelah mandi dan salat subuh saya nongkrong di beranda menyaksikan para pedagang mulai berdatangan dan membuka lapak. Toko-toko mulai dibuka. Tenda-tenda mulai dipasang. Ada yang berdagang dari mobilnya dan memajang barang dagangannya di sekitar. Tukang sate dan gulai mulai beroperasi. Pelayannya berseragam pula. Kebetulan tempatnya tepat di sebelah rumah tempat kami menginap. Aku langsung meminta istriku memesan gulai kambing. Akhirnya kami semua sarapan dengan menu gulai kambing.
Sekitar pukul 10.00 WIBkami meninggalkan penginapan dengan dandanan dan riasan terbaik menuju tempat resepsi. Dari sebuah rumah singgah kami mengantar pengantin putri, Risma, yang berbusana pengantin Jawa gaya Solo. Kami disambut oleh kedua orang tua pengantin putra. Kami berbalas pantun. Saya atas nama keluarga Kang Iman Kardiman (almarhum) menyerahkan pengantin putri kepada keluarga pengantin putra dengan sebuah pidato penyerahan . Dari pihak pengantin putra kemudian menyampaikan pidato penerimaan. Setelah itu kedua mempelai, Risma dan Andre, diantar ke pelaminan dan dimulailah upacara dengan tata cara adat Jawa dipandu oleh Pak Paryono.
Setelah upacara adat dilaksanakan, tamu tamu mulai berdatangan dan menyalami pengantin untuk kemudian duduk atau ikut menyanyi. Para sinoman (penyaji makanan) datang dengan memberikan jamuan yang silih berganti . Sementara itu hiburan dari grup musik campursari yang didatangkan dari Sragen terus menyuguhkan lagu lagu dangdut maupun campur sari. Sesekali pembawa acara menyajikan guyonan (lawakan) untuk menghibur para tamu.
Saat waktu zuhur tiba saya keluar untuk mencari masjid. Dari rumah mempelai putra saya berjalan ke beberapa jalan Desa Demangan yang sepi dan penuh dengan pepohonan lalu bertegur sapa dengan para penduduk. Ada yang sedang kongkow di warung , ada yang sedang menjemur padi dan ada pula yang sedang memperbaiki sepeda motornya.
Setelah salat jama qashar zuhur dan asar saya kembali ke tempat resepsi melalui jalan yang lain. Ketika itu Mbak Dea, Mas Sandy dan Kanaya tiba dari Yogyakarta.
Sekitar pukul 14.00 WIB saya dan nyonya berpamitan pada keluarga kedua mempelai . Tidak lupa kami berfoto bersama terlebih dahulu. Kami singgah terlebih dahulu di penginapan untuk beristirahat dan mengambil koper sebelum akhirnya meninggalkan Boyolali menuju kota Solo melewati Bandara Adisumarmo dan Pabrik Gula Colomadu dan menginap di Swissbell Hotel. Rencananya keesokan harinya kami akan berkunjung ke Ngawi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar