Minggu, 12 Juni 2022, kami berkumpul di Sekretariat DPC PDI Perjuangan Kabupaten Bandung di Jalan Jaksa Naranata No. 10 Baleendah. Pukul 09.30 kami meninggalkan halaman lalu berjalan melewati Kantor Kejaksaan Negri dan Kantor Pengadilan Negri menuju tempat parkir bus. Bus tidak bisa parkir di depan Sekretariat DPC karena hari Minggu adalah hari pasar rakyat di sepanjang Jalan Jaksa Naranata di mana para PKL berjualan aneka macam barang dan pembeli berdatangan sambil berolah raga. Sesampai di parkiran bus kami memasuki dua bus yang sudah siap mengantar. Bus pertama diisi DPC, Fraksi, Badan dan Sayap Partai. Bus kedua diisi KSB PAC PDI Perjuangan se Kabupaten Bandung. Setelah menunggu beberapa menit kami pun berangkat meninggalkan kota Baleendah menuju kota Bandung. Tujuan kami adalah Napak Tilas Perjuangan Bung Karno di Bandung.
Makam Ki Marhaen
Bus melewati jembatan di atas Sungai Citarum yang menghubungkan Baleendah dan Dayeuhkolot lalu berbelok ke kanan menuju Bojongsoang menyusuri Jalan Terusan Buahbatu kemudian berbelok kiri melewati Jalan Sukarno Hatta menuju komplek Batununggal lalu menuju Makam Marhaen di belakang komplek Batununggal tersebut. Di sana Kang Yadi Teh Nia Kang Dani dan mas Djoko sudah menunggu bersama salah seorang cucu Ki Marhaen. Kemudian kami bersama-sama menuju makam Ki Marhaen untuk berziarah. Doa dan tahlil dipandu oleh Kang Nanang Parhan.
Marhaen adalah seorang petani yang dijumpai Bung Karno di Bandung Selatan yang menginspirasi Bung Karno menjadikan Marhaen sebagai simbol kaum yang dimiskinkan secara struktural oleh kapitalisme dan imperialism. Untuk melawan kapitalisme dan imperialism itu Bung Karno menawarkan ideologi Perjuangan bernama Marhaenisme
Penjara Banceuy
Dari komplek Batununggal kami kembali ke Jalan Sukarno Hatta dan berbelok ke kanan melewati Jalan Mohammad Toha menuju Tegallega lalu Kebon Kalapa. Dari Kebon Kalapa kami menuju Alun alun Bandung lalu ke pusat pertokoan Banceuy.
Penjara Banceuy kini sudah berubah menjadi pertokoan yang sepi pengunjung. Sisa Penjara Banceuy hanya Sel tempat Bung Karno
ditahan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda dan menara penjaga. Sel No 5 tempat Bung Karno ditahan amatlah sempitny. Berukuran sekitar 240 cm x 140 cm. Di dalamnya ada dipan seukuran tubuh dan sebuah pispot. Kini ada beberapa foto Bung Karno dipajang di situ. Ada pula beberapa eksemplar majalah Soeloeh Indonesia dan Fikiran Ra'jat.
Gedung Indonesia Menggugat
Keluar dari pusat pertokoan Banceuy, kami tidak bisa langsung ke Gedung Indonesia Menggugat (GIM) karena bus nggak bisa melewati underpass Viaducts. Karena itu kami melewati Jalan Braga, Jalan Asia Afrika, Jalan Sudirman dan berbelok ke kanan memasuki Jalan Gardujati tembus ke Jalan Pasirkaliki. Dari Jalan Pasirkaliki kami berbelok ke kanan melalui Jalan Padjadjaran lalu berbelok ke kandn ke Jalan Cicendo sampai melewati Gedung Pakuan yang dipenuhi bunga dukacita atas meninggalnya Eril. Sampai rel kereta api kami berbelok ke kiri sampai GIM.
Gedung Indonesia Menggugat (GIM) dulu bernama Landraad. Saat Indonesia merdeka GIM dijadikan Kantor pemerintah yakni Kantor metrologi (Kantor tera). Sejak tahun 2000-an gedung ini dipugar dan dijadikan Gedung Indonesia Menggugat. Mengapa demikian karena Landraad menjadi gedung peradilan bagi Bung Karno, Maskoen, Gatot Mangkoepradja dan Soepriadinata. Bung Karno mbacakan pidato pembelaan (pleidoi) yang kemudian terkenal dengan Indonesia Menggugat. Bung Karno dkk dibela oleh sebuah Tim Pengacara yang andal yang dipimpin oleh Mr Sartono. Meski demikian mereka semua dijatuhi hukuman penjara di Penjara Sukamiskin.
Saat meninggalkan GIM hujan turun deras. Kami kembali ke Sekretariat DPC PDI Perjuangan Kabupaten Bandung di Baleendah. Beberapa tempat seperti Penjara Sukamiskin belum sempat kami kunjungi. Mumgkin pada kesempatan lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar