Senin, 04 Februari 2019

Peninggalan Kerajaan Buton

Sekitar Tahun 2009 Setelah menginap semalam, aku dan kawan-kawan bergegas meninggalkan penginapan menuju pelabuhan Kendari. Jaraknya tidak terlalu jauh dari hotel. Sekitar lima kilometer saja. Di dermaga suasana sudah ramai dengan orang yang akan berlayar ke berbagai kota di berbagai pulau. Kapal yang akan kami tumpangi sudah menunggu. Cuaca cerah. Langit biru. Matahari baru terbit saat kapal yang kami tumpangi berlayar. Tujuan kami adalah kota Bau-Bau di Pulau Buton. Berlayarlah kapal di laut biru melewati puluhan pulau pulau kecil di kiri kanan. Kami yakin kapal akan benar-benar mengantar ke pulau tujuan. Setelah beberapa jam perjalanan, menjelang tengah hari kapal tiba di pelabuhan Raha di Pulau Muna. Alih-alih melanjutkan perjalanan sang nakhoda memutuskan kembali ke Kendari karena kebanyakan penumpang turun di Raha. Apa boleh buat kami memutuskan mendarat di Raha daripada kembali ke Kendari. Dari dermaga kami menuju kota, singgah sebentar untuk istirahat lantas berputar-putar naik angkutan kota menjelajahi kota yang tidak seberapa luasnya. Begitulah Pelra (pelayaran rakyat), nakhoda kapal bisa menurunkan penumpang begitu saja dengan alasan ombak besar. Apa boleh buat. Akupun menikmati keadaan, menikmati kemewahan menyantap ikan bakar di restoran terbaik kota itu lantas berkeliling kota dengan kendaraan umum, dan di sepanjang jalan melihat tanaman jati nyaris memenuhi kota seperti di Cepu. Jati dari Pulau Muna nyaris menutupi daratan kota Raha. Bentuk pohon jatinya sangat bagus. Tinggi besar dan lurus. Jati dari sini memang terkenal bagus kualitasnya. Supir angkutan kota bercerita bahwa jati Muna akan membawa sial bagi orang-orang yang serakah. Faktanya memang demikian. Jati makin berkurang tanpa ada pengganti sementara penduduk Raha juga tidak beranjak sejahtera. (Kemudian ada berita Raha kekeringan). Kami beruntung pada petang hari itu ada kapal ke Bau-Bau dan dengan penuh perasaan syukur kamipun melanjutkan pelayaran di senja hari. Selepas maghrib kapal yang kami tumpangi dari Raha tiba di pelabuhan Bau-Bau, Pulau Buton, dan kamipun segera menuju hotel. Setelah mandi dan melaksanakan shalat isya kami menyewa mobil angkutan kota untuk berkunjung ke pusat pemerintahan Kabupaten Buton. Setelah berkeliling kami melanjutkan perjalanan ke istana Kerajaan Buton yang terletak di perbukitan. Menurut catatan sejarah, sejak tahun 1580 Kerajaan Buton menjadi kerajaan Islam. Hingga kini kerajaan Buton masih dilestarikan sebagai warisan budaya (cultural heritage). Komplek istana kerajaan dilindungi benteng tinggi yang menghadap ke laut lepas. Moncong meriam diarahkan ke laut karena dari sanalah musuh diperkirakan datang. Kemegahan keanggunan dan keindahan istana kerajaan masih bisa kunikmati meski di malam hari. Sebuah tiang bendera terbuat dari kayu gelondongan utuh dengan ukuran lebih tinggi dari pohon kelapa berdiri tegak di halaman istana. Di dekat situ berdiri masjid kerajaan dan tak jauh dari situ ada kediaman raja. Dari ketinggian komplek istana kami bisa melihat kelap kelip lampu kota dan pelabuhan di bawah. Setelah berkeliling di kompleks istana kerajaan kami turun ke kota dan kemudian menuju pantai. Malam itu, di pantai, panitia sibuk menyiapkan acara karena esok hari Presiden SBY akan datang untuk membuka Festival Laut Buton. Setelah melihat-lihat kamipun kembali ke penginapan. Keesokan harinya, selepas waktu subuh, kami bergegas ke pelabuhan. Pagi hari di pelabuhan Bau-Bau sungguh menarik hati. Cuaca cerah sekali. Kapal laut telah menanti, membawa kami ke Kendari. Penumpang memenuhi semua kursi kapal bahkan beberapa di antaranya tidak mendapat kursi. Barang bawaan mereka cukup banyak. Selain membawa koper dan tas, mereka membawa barang dagangan dan oleh-oleh. Di sebelah ku duduk Wa Ode. Wa Ode adalah gelar untuk bangsawan perempuan. Sedangkan La Ode gelar untuk bangsawan laki-laki. Pelayaran pun berjalan lancar. Pada tengah hari kami telah tiba di Kendari ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara. Kami langsung menuju bandara Haluoleo untuk terbang ke Makasar dan kemudian kembali ke Jakarta.