Rabu, 29 November 2023

Kampung Sampireun

Setelah berperahu  dan berenang di Danau de Reza Resort,  adik adikku memutuskan pulang. Siang itu kami check out dan meninggalkan Cipanas. Aku mengemudi mobil memasuki Jalan By Pass menuju Samarang mengitari Kota Garut. Di Samarang lalin tersendat karena sedang ada pengecoran jalan di sisi kiri. 

Dari Samarang aku berbelok ke kanan. Setelah beberapa kilometer kami memasuki jalan kecil dan tiba di Kampung Sampireun. Kampung Sampireun adalah sebuah resort yang mengelilingi situ atau danau dengan pemandangan alam yang indah dan menawan karena dikelilingi pepohonan hijau. Bangunan bungalaunya berarsitektur Sunda terbuat dari kayu dan bambu dengan atap rumbia. Ibu Megawati Soekarnoputri pernah menginap di sini.  

Kami berjalan jalan keliling danau sambil melihat ikan ikan yang berenang mendekati kami. Ada perahu besar untuk dinner di tengah danau. Ada pula air mancur yang menambah keelokan pemandangan. 

Puas menikmati pemandangan Dik Yus mengajak ke restoran di atas danau yang tersembunyi di balik pepohonan. Kami belima mencari tempat duduk yang nyaman dengan suasana outdoor. Di sebelah kami ada rombongan besar juga sedang makan siang. Di ruangan dalam ada ibu ibu Kades sedang berkaraoke. 

Dik Yus memesan nasi timbel kumplit khas Kampung Sampireun. Dik Titik dan Dik Yani pesan sop iga bakar goreng. Yayang memesan  dan aku memesan bihun goreng.

Setelah menikmati makan siang dan berfoto kami masih menyempatkan berkeliling sekali lagi sebelum akhirnya meninggalkan Kampung Sampireun.

Dari Kampung Sampireun 

Sabtu, 25 November 2023

Suka dan Duka

 Suka dan duka.


Hari Minggu yang lalu saya ke Kabupaten Bandung Barat. Hari ini pun demikian. Bedanya pada hari Minggu yang lalu saya menghadiri undangan resepsi pernikahan, sedangkan hari ini saya berkunjung ke rumah duka seorang sahabat yang meninggal dunia.

Minggu, 22 Oktober 2023. Saya mengajak yayang meninggalkan rumah menuju kota Ujung Berung dan kemudian menelusuri jalan menuju Gunung Manglayang yang berliku liku dan mendaki. Sambil mengemudi saya memperhatikan pemandangan di kiri dan kanan jalan. 

Yang pertama menarik perhatianku adalah mobil mobil tanki air hilir mudik mengisi dan membawa air dari Gunung untuk dijual kepada konsumen yang membutuhkan. Maklum kemarau panjang. Banyak orang kerepotan mendapatkan air apalagi air bersih. 

Yang kedua saya memperhatikan spanduk, baligo dan banner para caleg khususnya yang berasal dari PDI Perjuangan. 

Tentu saja saya juga menikmati pemandangan alam saat melewati pemukiman dan hutan pinus serta tanaman kopi para petani. 

Setelah melewati kota Bandung kami memasuki wilayah Kabupaten Bandung yang berada di Kecamatan Cilengkrang. Kemudian kami tiba di desa terakhir di Kabupaten Bandung dan mulai memasuki kawasan Kabupaten Bandung Barat tepatnya di Kecamatan Lembang. 

Jalan yang dicor beton berakhir. Kini saya melewati jalan aspal yang sudah rusak. Sepanjang beberapa kilometer saya melewati hutan dengan jalan yang benar benar rusak berat. Jalan sempit dan berliku dan penuh tikungan tajam. Saya harus menahan nafas saat melewatinya.

Setelah menyetir mobil menembus hutan beberapa waktu saya tiba di Bukit Unggul. Gunung Manglayang telah terlewati. Bukit Unggul adalah gunung yang terletak antara Gunung Manglayang dan Gunung Tangkuban Perahu. Di Bukit Unggul ada perkebunan kina peninggalan zaman Belanda. Di antara hutan nampak para petani bertanam sayuran.

Akhirnya kami sampai di sebuah pemukiman penduduk. Jalanpun mulai mulus. Deg degan hilang berganti rasa senang melihat pemandangan alam yang indah. Kebun sayur terhampar luas dibatasi pepohonan dari hutan yang lebat. 

Saat kami tiba di tempat resepsi di Cibodas, Kang Deni Cagur sedang dikerubuti emak emak. Kami menyalami mempelai pengantin. Kang Rajo Galang dan nyonya. Kang Rajo ini Ketua Relawan Onsu. Kami berfoto sementara Kang Deni Cagur menyanyi lagu dangdut berjudul Nyai. 

Usai menikmati hidangan pesta saya meluncur menuju Maribaya lalu sejenak mengelilingi kota Lembang yang asri sebelum akhirnya singgah di rumah Pak Toto di Jl. Holtikultura. Istri Pak Toto pensiunan professor peneliti di bidang pertanian, teman kuliah Ibu Megawati Soekarnoputri. Kami berbincang hingga menjelang magrib.

Saat pulang kami melalui Jalan Setiabudi. Lalin padat merayap sampai di kampus UPI. Setelah itu terasa lancar saat melewati Jalan Cipaganti. Ini Salah satu pemukiman yang terindah di kota Bandung. Tiba di Jalan Pasteur kami berbelok ke kanan menuju tol Padaleunyi. Saat malam kami tiba di rumah.

Hari ini, Senin 30 Oktober 2023

Selepas waktu subuh saya dan anak lelakiku meninggalkan rumah menuju Stasiun KA Kiaracondong. Anakku hendak ke Yogyakarta dengan menumpang KA Lodaya. 

Dari Kiaracondong saya menuju Cimahi melewati Jalan Jakarta, Jalan Supratman, Jalan Diponegoro, Jalan Majapahit lalu melewati fly over Pasupati. Dari belakang kemudi saya menyempatkan diri menengok lembah Cikapundung yang sudah penuh dengan bangunan baik pemukiman maupun bisnis. Di pagi itu lembah Cikapundung nampak sedap di pandang mata. Gunung Tangkuban Perahu di kanan. Menara masjid Agung di alun alun Bandung nampak di sebelah kiri.

Saya memasuki Kota Cimahi dari arah Baros, melewati underpass di depan RS Dustira dan keluar di Jalan Sriwijaya menuju Pasar Antri dan tiba di Jalan Pojok. Saya mengajak Kang Happy ke Parongpong.

 Kami melewati Jalan Gandawijaya menuju alun alun Cimahi lalu berbelok ke kanan melewati Cipageran. Selepas Cipageran kami memasuki Cisarua yang masuk wilayah KBB. 

Dari Cisarua kami menuju Parongpong dan memasuki Jalan Sersan Bajuri. Kami mengunjungi keluarga Kang Agus. Kang Agus meninggal dan meninggalkan seorang istri tiga anak dan enam cucu.

Kang Agus Satriadi ini kawan seperjuangan sejak PDI segi lima. Dia bergabung bersama di PDI pro Mega dan menjadi Wakil Sekretaris DPC PDI pro Mega. Sampai saat ini ia masih bersama kami di PDI Perjuangan dan menjadi fungsionaris DPC PDI Perjuangan Kabupaten Bandung Barat. 

Rumah Kang Agus di Parongpong masuk wilayah Kabupaten Bandung Barat yang berbatasan dengan kota Bandung dan Kota Cimahi. Parongpong adalah destinasi wisata. Wisata bunga. Sangat menyenangkan jika berjalan jalan di Jalan Sersan Bajuri yang menghubungkan Parongpong di KBB dan terminal Ledeng di kota Bandung. Sepanjang jalan dihiasi macam macam bunga dan pepohonan.

Setelah menyampaikan doa dan ucapan bela sungkawa kami berpamitan. Kami tidak kembali melewati Cisarua tapi menuju Ledeng dan melewati kampus UPI menuju Jalan Pasteur lalu masuk jalan tol dan keluar di Baros. 

Setelah mengantar Kang Happy ke rumahnya, saya pulang ke rumah melalui jalan tol Padaleunyi.

Berperahu di Cipanas

Saat bangun pagi hari di Danau Dariza Resort Hotel Cipanas saya melihat danau persis di depan kamar tidur kami. Di bawah nampak perahu terikat di dermaga. Saya segera turun dan menaiki perahu lalu melepas tambang. Pelan pelan saya mendayung dan perahu bergerak meninggalkan dermaga. 

Udara pagi di Cipanas terasa sejuk. Matahari mulai muncul dari balik pepohonan. Burung burung mulai berkicau. Ikan ikan di danau berenang renang. 

Saya mendayung perlahan lahan mengelilingi danau. Bangunan bungalau  yang mengelilingi danau nampak sangat indah dan megah. Ada bangunan Sunda, Bali, Batak, Minangkabau dan Toraja. Mengingatkan saya  akan Venesia. 

Setelah berkeliling danau melewati bungalau, kolam renang, dan lobby hotel, saya kembali menuju dermaga. Dari balik bungalau Gunung Guntur membayang. Puncaknya berkilau oleh cahaya matahari. 

Saya naik ke beranda di lantai dua dan menikmati sarapan pagi bersama kesayangan dan Dik Yani. Dik Yus dan Dik Titik yang memberikan sarapan dari pedagang setempat. Ada nasi rames, ada bubur ayam.  Tidak lupa ngopi tentunya.

Usai sarapan saya mengajak  kesayangan dan Dik Yani berperahu. "Canoeing". Di Yani di depan. Saya di belakang. Kesayangan duduk di tengah. Saya dan Dik Yani yang mendayung. 

Sekali lagi saya berperahu berkeliling danau. Bertiga dalam satu perahu. Kali ini lebih jauh. Kami berperahu sampai di sisi kafe dan taman bermain. Pemandangannya bagus. Apalagi matahari mulai bergerak naik. 

Pohon pohon dan taman bunga di kiri kanan menambah elok pemandangan. Ada bunga anggrek yang bermekaran serta teratai di danau. Angsa putih dan burung burung menyambut kedatangan kami.

Sepanjang pelayaran kami tidak lupa mengabadikan pemandangan yang ada. Sementara aktivitas hotel mulai tampak. Para tamu mulai muncul di beranda. Petugas hotel mulai hilir mudik di jembatan di atas kami.

Setelah puas mendayung dan menikmati pemandangan kami berputar kembali ke dermaga dengan perasaan bahagia. 

Kesayangan dan Dik Yani kemudian pergi ke kolam untuk berenang di air hangat bersama Dik Titik. Saya tinggal di kamar melihat berita di televisi.

Sekitar pukul 12.00 kami check out dan meninggalkan hotel. Kami hendak kembali ke Bandung melewati Kamojang .

Candi Cangkuang


Bandung Garut Bandung

Turba ke Dapil 4 (Rancaekek, Cicalengka, Nagreg, Cikancung) dan bablas sampai Garut. Singgah ke Situ Cangkuang. Lihatlah betapa elok pemandangan di Situ Cangkuang dengan latar belakang Gunung Haruman.

---

Rabu, 8 November 2024, saya meninggalkan rumah bersama istri dan tiga adikku, Jeng Yani, Jeng Titik dan Dik Yus.

Tujuan pertama kami adalah ke Cicalengka, menjenguk adik sepupu (Dik Cece)  yang baru pemulihan dari sakitnya. Jalan Nasional ternyata sedang diperbaiki, di beberapa titik antara Rancaekek dan Cicalengka. Coran beton setebal kurang lebih 30 cm dibongkar dengan menggunakan alat berat. Setelah dibongkar kemudian diisi lagi dengan coran beton yang baru. Tidak pelak lagi terjadi antrian mobil dan akhirnya menimbulkan kemacetan.

Setelah bersilaturahmi dengan Dik Cece saya  melanjutkan perjalanan ke Nagreg sambil memantau sosialisasi kawan kawan caleg PDI Perjuangan baik itu dari DPRD Kabupaten Bandung, DPRD Provinsi Jawa Barat maupun DPR RI.

Setelah menuruni Nagreg kami mengambil jalur kanan ke arah Garut. Saya dulu terpesona dengan bunga bunga bungur sepanjang perjalanan ke kota Garut. Bunga bunga itu masih ada dan merekah meski tidak sebanyak dulu.

Situ Cangkuang

Saya mengajak adik adikku ke Situ Cangkuang. Setelah mereka oke saya membelokkan kemudi ke kiri menuju situ Cangkuang dan tiba pada saat memasuki waktu zuhur. 

Setelah salat zuhur kami menyeberang ke Kampung Pulo dengan menggunakan rakit. Menyeberang dengan rakit di atas Situ Cangkuang meski dalam jarak yang pendek  sungguh sangat berkesan. Ketika tiba di seberang aku mengambil beberapa foto. 

Bagiku ini untuk kedua kali aku bertamasya di Situ Cangkuang. Dulu sekitar tahun 2003 aku pernah ke sini bersama istri dan anak anakku.

Kampung Pulo 

Di Kampung Pulo kami mengagumi peninggalan Embah Dalem Arif Muhammad berupa enam rumah panggung dan sebuah mushola yang masih terawat sampai saat ini. 

Setelah mencuci tangan dengan air dari tujuh sumur kami berjalan jalan di pelataran Kampung Pulo sambil dan bertegur sapa dengan beberapa keturunan Embah Dalem Arif Muhammad generasi yang kedelapan.

Arif Muhammad 

Embah Dalem Arif Muhammad adalah salah seorang senapati Kerajaan Mataram yang menetap di Kampung Pulo Garut karena gagal dalam penyerbuan ke Batavia pada masa Sultan Agung. Di Kampung Pulo Embah Dalem Arif Muhammad menyebarkan agama Islam kepada warga setempat yang masih bersama Hindu. Ia juga menulis sendiri Al Quran di atas daluang dengan tangannya sendiri.

Embah Dalem Arif Muhammad memiliki enam anak perempuan dan satu anak laki laki. Untuk anak anaknya itu ia membuat enam rumah dan satu mushola. Bangunan rumah dan mushola berbentuk rumah panggung terbuat dari kayu dan bambu dengan atap ijuk.

Sampai kini komposisi enam rumah dan satu mushola di Kampung Pulo tetap dipertahankan.

Makam Eyang Embah Dalem Arif Muhammad terletak berdampingan dengan Candi Cangkuang.

Candi Cangkuang 

Candi Cangkuang ditemukan sejarawan Indonesia Harsoyo dan Uka Tjandrasasmita berdasarkan tulisan peneliti Belanda. Peneliti Belanda tersebut menulis bahwa di Kampung Pulo ada makam Eyang Embah Dalem Arif Muhammad dan sebuah patung Siwa Nandi. Setelah dilakukan penelitian ternyata ada fondasi candi yang diperkirakan dari abad ke-8 (era Kerajaan Galuh).

Pada tahun 60-an dilakukan penelitian yang seksama dan pada medio  tahun 1970 an candi direkonstruksi oleh pemerintah dan jadilah candi seperti terlihat saat ini dan dinamakan Candi Cangkuang. Bentuknya seperti candi candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur. 

Adapun makam Eyang Embah Dalem Arif Muhammad masih tetap dipertahankan di samping kanan candi. Sampai saat ini banyak peziarah datang dari berbagai kota ke makam Eyang Embah Dalem Arif Muhammad tersebut. Saya juga berziarah ke makam tersebut dan menyampaikan doa. 

Di sekitar candi ada pohon cangkuang. Pohon cangkuang seperti pohon pandan dan bentuk buahnya seperti cempedak.

Kota Garut di Waktu Malam

 Dari Situ Cangkuang kami menuju Garut. Sekitar pukul 15.00 kami sampai di Tarogong dan langsung memasuki kota. Setelah melewati alun alun Garut kami menuju kawasan perdagangan produk kulit Sukaregang. Di Sukaregang Leather Center, istri dan adik adikku berbelanja macam macam produk kerajinan dari kulit seperti tas dompet ikat pinggang dan sepatu.

Sekitar pukul 17.00 kami meninggalkan Sukaregang menuju Cipanas dan setelah berkeliling Dik Yus memilih untuk menginap di Dano Reza Resort. Meski begitu kami tidak langsung check ini tapi turun ke kota mencari tempat makan. Akhirnya kami menemukan tempat yang nyaman, Resto Pananjung namanya. Tempatnya nya cukup cozy untuk makan malam. Masakannya pun enak dengan harga standar.

Sekitar pukul 20.00 kami check in, namun sebelum melepas lelah terlebih dahulu kami berenang ramai ramai di kolam air hangat hingga pukul 21.00.

Malam itu kami menginap di bungalau Sunda di lantai atas. 

Piala Dunia U-17

 Piala Dunia U-17 diselenggarakan di Indonesia. Ada empat venue yang disediakan. JIS di Jakarta. Stadion Si Jalak Harupat di Kutawaringin, Kabupaten Bandung. Stadion Manahan di Solo. Stadion Bung Tomo di Surabaya. 


Hari Selasa yang lalu saya diberi sepuluh tiket oleh anakku, Praja, yang terlibat dalam marketing event tersebut. Tiket saya bagi bagikan. Tiga tiket saya gunakan sendiri. Untuk saya, yayang dan adikku yang datang dari Bogor.

Ba'da asar saya berangkat dari rumah. Di Jalan Tol Padaleunyi hujan tiba tiba turun dengan deras. Kira kira Di Km 140 ada perbaikan jalan. Lalin tersendat. Mesin  mobilku sempat mati. Untunglah setelah kurayu mesin nya bisa jelegur lagi. Akhirnya kami sampai di Stadion Si Jalak Harupat. Tak ada hujan di sini. Sayang penjaga gerbang memintaku parkir di Gedung Sabilulungan, beberapa kilometer jaraknya dari stadion. Sambil menggerutu saya berangkat ke Soreang, meski beda Kecamatan. 

Saat tiba di Gedung Sabilulungan depan kantor Bupati Bandung hujan turun deras. Yayang dan adikku kuturunkan di depan untuk mencari shuttle bus ke Stadion. Saya mencari tempat parkir dan dapat di bagian belakang, lalu dengan rompi,  topi dan payung menerobos hujan dan memasuki shuttle bus. 

Tiga bus bergerak serentak meninggalkan Gedung Sabilulungan menuju Stadion Si Jalak Harupat sejauh kurang lebih lima kilometer. Alhamdulillah hujan mereda. Tinggal tersisa gerimis tipis merinai.

Setelah melewati tiga empat check point akhirnya kami sampai ke dalam. Kami dapat duduk di baris G dengan terlebih dahulu mengeringkan sisa hujan pada kursi. Babak pertama pertandingan pertama sudah berlangsung dengan serunya. Posisi Timnas Senegal 2 dan Timnas Polandia 0. Di belakang kami penuh supporter Timnas Jepang. Timnas Jepang akan melawan Timnas Argentina pada pertandingan kedua.

Setelah istirahat sejenak pertandingan antara Timnas Senegal dan Polandia dilanjutkan untuk babak kedua. Polandia bisa memasukkan satu gol tapi akhirnya harus menyerah dari Senegal dengan posisi 1-4.

Pertandingan Kedua

Memasuki pertandingan kedua hujan turun. Tapi upacara pembukaan tetap dilaksanakan. Bendera FIFA, Argentina dan Jepang dibentangkan di lapangan. Lagu kebangsaan Jepang (Kimigayo) dan Argentina (Himno Nacional Argentino) dinyanyikan. Dari latar di kiri kanan stadion saya melihat semangat masing masing Timnas dalam menyanyikan lagu kebangsaan mereka.

Kimigayo 

Kimigayo va

Çiyo ni yaçiyo ni

Sazare-işi no

Ivao to narite

Koke no mısı made


(Semoga kekuatan Yang Mulia,

Berlanjut selama seribu delapan ribu generasi,

Sampai kerikil,

Berubah menjadi batu karang, hingga diselimuti lumut).


Himno Nacional Argentino 


Oíd, mortales, el grito sagrado

Libertad, libertad, libertad

Oíd el ruido de rotas cadenas

Ved en trono a la noble igualdad

Ya su trono dignísimo abrieron

Las provincias unidas del sur

Y los libres del mundo responden

Al gran pueblo argentino ¡salud!

Al gran pueblo argentino ¡salud!

Y los libres del mundo responden

Al gran pueblo argentino ¡salud!

Y los libres del mundo responden

Al gran pueblo argentino ¡salud!

Sean eternos los laureles

Que supimos conseguir

Que supimos conseguir

Nados de gloria vivamos

O juremos con gloria morir

O juremos con gloria morir

O juremos con gloria morir


(Dengarlah, manusia, panggilan suci:

"Merdeka, merdeka, merdeka"

Dengarlah suara rantai yang patah,

lihatlah kesetaraan yang mulia bertakhta

di muka bumi muncul

sebuah bangsa baru yang mulia

dahinya dimahkotai dengan daun,

dan singa terbaring kalah di kakinya

           

Abadilah mahkotanya,

bahwa kita tahu bagaimana menang.

Marilah hidup bermahkotakan kemuliaan,

atau bersumpah mati dengan mulia.)


Supporter Jepang dan Argentina ada yang datang dari negaranya. Dari Argentina banyak gadis cantik dan membuat banyak supporter Indonesia berfoto dengan mereka. Dari Jepang meneriakkan "Nippon" sepanjang pertandingan. Orang Jepang mengerahkan buruh di pabrik pabrik baik buruh migran maupun buruh sekitar Bandung dan Jawa Barat umumnya.

Supporter Argentina yang datang dari Indonesia membawa bendera bendera Argentina untuk dibentangkan. Supporter Jepang menempel stiker bendera Jepang di pipi mereka.

Saya menonton sambil melakukan zoom meeting dengan DPD dan DPC PDI Perjuangan se Jawa Barat termasuk TKRPP baik dari Pusat Daerah maupun Cabang. Kadang saya mengikuti rapat dari mushola. Bung Adian Napitupulu juga ikut bergabung.

Singkat cerita Timnas Argentina mengalahkan Timnas Jepang dengan skor 3-1. Gol Argentina terakhir dicetak pada masa penambahan waktu 10 menit.

Demikian reportase Piala Dunia U-17 dari Stadion Si Jalak Harupat :)

Pulang

Seusai pertandingan kami berfoto di dalam dan luar stadion. Demikian juga kami lihat orang orang Argentina. Ada pula yang mengobrol dengan supporter Indonesia.

Penonton berjejal di depan Jalan Raya Soreang-Cipatik. Kami antri memasuki 30 buah shuttle bus yang disediakan panitia. Dari stadion, bus memasuki pintu tol Kutawaringin dan keluar di pintu tol Soreang lalu memasuki halaman Gedung Sabilulungan.

Dari Gedung Sabilulungan kami memasuki jalan tol Soroja lalu berbelok ke kanan menuju Cileunyi. Menjelang tengah malam kami tiba di rumah.

Selasa, 07 November 2023

Bunga Flamboyan Bermekaran

Memasuki Bulan November, bunga flamboyant bermekaran di sepanjang Jalan Sukarno Hatta (By Pass) antara Bundaran Cibiru dan simpang Kiaracondong. 

Bunga flamboyant mengingatkan ku pada sebuah lagu iconic karya Iwan Abdurrahman yang dinyanyikan oleh Trio Bimbo. 

Mungkin para pembaca yang Budiman masih ingat lirik lagunya.

Senja itu flamboyant berguguran/Seorang dara memandang terpukau/Satu satu daunnya berguguran/Berserakan di pangkuan bumi

Bunga flamboyant itu diraihnya/Wajahnya terlihat sendu/Flamboyant berguguran/Berserakan/Berjatuhan

Sejak itu sang dara berharapan/Esok hari/Kan Bersemi kembali.

Lagu yang dinyanyikan oleh Trio Bimbo ini direkam tahun 1971 di Kinetex Singapura.

Flamboyant juga mengingatkanku pada Bung Karno yang disebut pemimpin yang flamboyant.

Bukan hanya Bung Karno, SBY juga disebut sebagai pemimpin yang flamboyant.

Masih tentang bunga flamboyan, saya ingat ada lagu yang dinyanyikan Laily Dimyati. Ada juga penyanyi lain seperti Diah Iskandar dan Tetty Kadi yang menyanyikan lagu itu. Belakangan Tetty Kadi aktif di politik dengan menjadi anggota DPRD Provinsi Jawa Barat. Kami sempat satu Komisi meski tidak lama. Ketika itu pada periode kedua di DPRD Provinsi Jawa Barat saya ditempatkan di Komisi B bidang pertanian di mana Mbak Tetty sebagai ketuanya. Meski sebentar saya sempat bersama sama berkunjung ke Sumatra Utara dan Sumatra Selatan. Bersama Teh Selly Gantina juga.

Pernah suatu waktu saya saya ke Malaysia, tour leader kami di Penang bertanya tentang Mbak Tetty sambil membawa beberapa cassette lagu yang dinyanyikan Tetty Kadi. 

Bunga Flamboyan (Dinyanyikan oleh Laily Dimyati / Diah Iskandar/ Tetty Kadi / Yuni Shara. Pencipta Wedhaswara)

Seindah cinta yang pernah kurasakan/Begitu juga kemesraan wajahnya/Bunga flamboyan, ganti dirimua/yang kini tiada lagi

Bunga flamboyan, kau pujaan hatiku/Terjalin indah, menemani hidupku/Tak ingin lagi aku berpisah/Walau hanya sekejap saja

Bila kau ingin datang kembali/Seperti pertama bertemu/Tak jua aku melepaskan

Bunga flamboyan yang tumbuh di halaman/Terjalin indah, menemani hidupku/Biarpun layu 'kan kusayangi/Seperti cintaku padamu.

Senin, 06 November 2023

Bandung Bogor Jakarta Bekasi

Wiwin adikku yang bungsu beli mobil dan mengajakku test drive ke Bogor. Berangkat dari Bandung sekitar pukul 14.00. Pertama kali kami ke rumah Dik Titik di Cipatat lewat Padaleunyi. Dari Cipatat kami ke Jonggol dan pada malam hari tiba di Cibinong. Di Cibinong aku menjajal mengemudikan mobil keliling komplek pemda  Kabupaten Bogor kemudian ke Stadion Parakan Saat. Ujung ujungnya Dik Yus mengajak nongkrong di depot penjual durian dan kami menikmati bermacam macam durian. 

Keesokan harinya kami ke Jakarta. Kali ini ke Cibubur mengunjungi kemenakan kami, Rahmat dan Yuvienda , istrinya. Bapak dan Ibu mertua nya Rahmat juga datang dari Pisangan. Ada pula eyang putri dan adik adiknya Yuvienda . Belakangan Iman bersama istri dan anak anaknya datang menyusul bersama Dik Yuni. Jadi ramailah pertemuan di rumah Rahmat itu. Setelah  berfoto bersama kami meninggalkan rumah Rahmat. 

Dari Cibubur kami menuju Bekasi. Kali ini ke rumah Mbak Rini. Ketika tiba kami disuguhi nasi pecel. Rumah Mbak Rini ternyata satu komplek dengan rumah Mas Hasto, Sekjen DPP PDI Perjuangan. 

Tidak lama di rumah Mbak Rini kami menuju rumah Dik Agus. Saat keluar dari komplek kami melalui rumah Mas Hasto. 

Menjelang magrib kami tiba di rumahnya. Alhamdulillah Dik Agus sudah nampak sehat. Dik Agus ini dulu tinggal serumah denganku di Jakarta bersama Dik Yani dan Dik Eko. Sekarang Dik Agus berprofesi sebagai nakhoda atau kapten kapal. 

Setelah makan malam kami berpamitan. Kami ( Dik Wiwin, Dik Somad, Dik Titik, Dik Yus, aku dan istriku) kembali ke Bandung. Dik Yani ikut Mbak Rini ke Bekasi.

Malam itu kami ke Bandung melalui jalan tol Jakarta Cikampek dan Cipularang. Setelah tiba di Padalarang kami mengantar Dik Titik dan Dik Yus ke Cipatat terlebih dahulu sebelum kembali ke Padalarang. Dari Padalarang kami memasuki jalan tol Padaleunyi dan tiba di rumahku sekitar pukul 24.00. Dik Wiwin dan Dik Somad kembali ke Riung Bandung.




Sabtu, 04 November 2023

DCT (Daftar Calon Tetap)


Hari ini, 4 November 2023,  KPU mengumumkan DCT DPR RI, DPD RI, DPRD Provinsi dan DPRD Kota/ Kabupaten.

DCT DPRD Kabupaten Bandung  dari PDI Perjuangan :

Caleg Dapil 1 meliputi Rancabali, Ciwidey, Pasirjambu, Soreang, Kutawaringin dan Cangkuang  :  Hen Hen Asep Suhendar , Aji Purwana Setia Permana, Febri Intan Permata, Anna Budiana, Robby Juliana, Vanya Vibila Anjani, Wina, Rian Irawan Sugesti.

Caleg Dapil 2 meliputi Katapang, Margaasih, Margahayu, Dayeuhkolot : Wewen Winarni, Agung Wisnu Umbara, Yudi Efendi, Erwin Alamsyah, Dariel Fadhlilah Konjala , Ema Rachmawati , Angie Natesha Goenadi Go, Cakrawala Adhi Nusa 

Caleg Dapil 3 meliputi Bojongsoang, Cileunyi, Cilengkrang, dan Cimenyan : Joko Nugroho , Pironi Knight Grimaldi, Juwita,  Dieky Nuryandi , Dany Ramang MRM, Erni Cucun Haerani, Leonardus Bobby Suryo Kusumo, 

Caleg Dapil 4 meliputi Rancaekek, Cicalengka, Nagreg dan Cikancung : Mochammad Luthfi Haffiyan, A. Dwi Kuswantoro, Piyanti Pramesta Septiani, Yuyun Yuningsih, Sarah Kartika , Agus Darwat Muslihat, Asep Supriatna.

Caleg Dapil 5 meliputi Solokan Jeruk, Paseh, Ibun, dan Majalaya : Dadang Hermawan, Nandang Hidayat, Yulianti, Usep Saeful Hidayat, Lina Herlina Zaenah, Ujang Iyet, Yanyan Uspiana

Caleg Dapil 6 meliputi Ciparay, Baleendah, Pacet, dan Kertasari : Yayat Sumirat, Asep Muhammad Tahaju Solihin, Lala Nurlaela, Tito Utoyo, Andi Iskandar, Vera Dhita Azalia Putri, Jajang Jaenudin, Tarzech Aulia, Feni Sonyawati Sapta Rengga.

Caleg Dapil 7 meliputi Arjasari, Pameungpeuk, Banjaran, Cimaung dan Pangalengan : Andri Kusnandar, Susianti Rachmi, Erwin Gunawan, Deden Ridwan Fauzi , Agus Agung Purnomo, Ani Rohaeni, Andre Sudradjat , Edi Barita Malau, Fanya Zahra Anselia.

DCT DPRD Provinsi dari PDI Perjuangan :

Dapil Jawa Barat II (Kabupaten Bandung)

1. Apriyanto Wijaya

2. Nia Purnakania

3. Dadan Konjala

4. Adyesa Kevindra Albari

5. Puspo Wiryo Buwono 

6. Neng Yuyun

7. Komar Hermawan

8. Dewi Anggareni

9. Zaenal Arifin

10. Rana Rudiana


DCT DPR RI

Untuk Caleg DPR RI dari PDI Perjuangan Dapil Jawa Barat II (meliputi Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat)ada sedikit perubahan. Caleg nomor urut dua diisi oleh Hengky Kurniawan dan caleg nomor urut dua sebelumnya (Chairul Rizky P Mantini)pindah ke nomor urut empat. Adapun caleg nomor urut empat sebelumnya (Zulfahmi) pindah ke Dapil yang lain. Selebihnya masih tetap.

1. Sofia Yulinar Surachman

2. Hengky Kurniawan 

3. Denny Wahyudi

4. Chaerul Rizky P. Mantini

5. RA Suryani Lalita Zein

6. H. Yadi Srimulyadi

7. Sofyan J. Botutihe

8. Yudi Suryadi

9. Hj. Yena R. Iskandar

10. Nindya Nazara


Mereka semua adalah orang pilihan yang layak untuk mewakili Rakyat di lembaga legislatif.