Rabu, 13 Oktober 2021

Pernikahan Adik-adikku

Sebagai anak sulung dan laki-laki satu-satunya aku punya lima adik perempuan. Perjalanan hidup yang di luar kendali kami, kami tidak pernah berkumpul bersama di masa kanak-kanak. Meski begitu saat dewasa kami bisa sesekali berkumpul  satu sama lain khususnya saat pernikahan.

Saat pernikahanku, hanya jeng Yani yang bisa menghadiri pernikahan kami di Banjaran, Bandung. Demikian juga saat jeng Yani menikah, hanya aku dan istriku yang bisa menghadiri pernikahannya di Desa Krendetan, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo. Saat itu kami menumpang kereka Pasundan dari Stasiun Hall Bandung yang berangkat pukul 05.00. Kami pun boleh dikatakan masih pengantin baru saat itu. Tiba di Krendetan pada sekitar pukul 14.00. Adapun pernikahan jeng Yani dengan dik Karmawan berlangsung malam hari  di rumah Pakpuh Broto, seperti kebiasaan di sana. Dik Karmawan datang dari Jakarta bersama kakak-kakaknya. Ada pula yang sengaja datang dari Palembang.

Setelah jeng Yani, adikku yang menikah adalah jeng Titik. Ia menikah dengan dik Firdaus di Banjaran, Bandung. Saat itu Ibuku bisa menghadirinya. Adapun aku mewakili ayah menjadi walinya.

Berikutnya adalah jeng Yuni. Itu sekitar tahun 2000. Jeng Yuni menikah dengan dik Gery, orang Bogor, di rumah kami di Bumi Rancaekek Kencana, Bandung. Saat itu pun aku bertindak sebagai wali karena ayah telah meninggal setahun sebelumnya. Pernikahan jeng Yuni cukup meriah, karena ada pertunjukan musik dangdut  dari kelompok musik yang dibina kang Asep, kawan di Partai. Saat itu semua adik-adikku bisa berkumpul. Ibu juga ada karena tingal bersama kami di Bandung. Istimewanya karena ada Kang Kemal hadir bersama Pak Tri. Seingatku Kang Kemal saat itu adalah Ketua Umum Partindo. Ia adalah putra tertua Asmara Hadi. Asmara Hadi adalah suami dari Ratna Juwita, putri angkat Bung Karno.

Pada tahun 2003 giliran adikku yang bungsu, jeng Wiwin menikah dengan dik Somadin, orang Jawa yang lahir dan dewasa di Lampung. Saat itu Wiwin sudah menjadi PNS dan berprofesi sebagai Guru SD di Cipamokolan, Bandung.  Pernikahan mereka dilakukan di Balai Desa Rancaekek Wetan. Acara semua diatur oleh jeng Wiwin, aku hadir sebagai wali saja. Hiburan para pesta pernikahan adikku itu adalah nasid dari kawan-kawan jeng Wiwin. Tamu undangan diatur secara terpisah antara laki-laki dan perempuan meski masih dalam satu ruangan yang sama.

Adapun adikku yang terakhir menikah adalah jeng Nisa. Ia menikah dengan dik Toha, orang Parung yang asal usulnya dari Sidareja, Cilacap. Jeng Nisa menikah di rumah kami di Bumi Parahyangan Kencana, Soreang. Setelah menikah jeng Nisa mengikuti suaminya pindah ke Parung.

Kini adik-adikku sudah beranak pinak dan bahkan sudah ada yang memiliki cucu seperti juga kami. Jeng Yani tinggal di Bogor dan mempunyai tiga anak. Semuanya sudah menikah. C ucu jeng Yani ada lima orang. Jeng Yuni  tinggal di kota Bogor, kini punya satu anak laki-laki yang  belum menikah.  Jeng Titik tinggal di Bandung Barat, mempunyai enam anak dan tiga cucu. Jeng Wiwin tinggal di kota Bandung, punya tiga anak. Hanya jeng Nisa yang belum mempunyai keturunan. Ia  tinggal dengan suaminya di Parung, Bogor. Mereka semua hidup bahagia. They live happily ever after.

 

 

Rabu, 11 Agustus 2021

Pernikahan Sidiq-Sherenta


Pernikahan Sidiq-Sherenta

Beberapa bulan setelah pernikahan anakku yang pertama, aku bertemu dan istriku berangkat ke Jakarta naik kereta api. Saat matahari terbit, kereta api telah tiba di Stasiun Gambir. Tugu Monas nampak megah berdiri di seberang sana. Kami segera ke rest room untuk membasuh muka dan kemudian mencari resto untuk sarapan pagi. Tidak lama kemudian mbak Dea dan mas Sandy datang dari Yogyarta. Setelah sarapan kami keluar dari stasiun ke tempat parkir barat di mana taksi daring telah menunggu. Kami segera meluncur ke arah Kemang menjemput mas Sidiq dan dari sana menuju arah Tangerang Selatan ke rumah mbak Sherenta Sheiny Nasution yang biasa kami panggil mbak Eren. Saat tiba di sana keluarga mbak Eren sudah menunggu. Ibu, kakak-kakak serta adiknya. Kedua kakak mbak Eren,  sudah berkeluarga dan ada yang sudah memiliki anak. Kami makan siang dan kemudian saling berkenalan. Siang itu kami melamar mbak Eren kepada keluarga Ibu Sri Andini untuk mas Sidiq, anak keduaku. Lamaran kami diterima dan tanggal pernikahan akan diatur kemudian. Kami pun kembali ke Bandung.

Hari H

Sebelum hari H pernikahan mengadakan pengajian di rumah dengan mengundang tetangga di sekitar rumah. Pengajian dipimpin oleh Ustadz Asep yang menjadi imam masjid. Kami mohon doa dari para tetangga agar pernikahan mas Sidiq berjalan lancar dan berkah.

Keesokan harinya, aku, istri dan mas Sidiq dan Praja berangkat ke Jakarta pada malam hari. Menjelang tengah malam kami sudah sampai Jakarta dan keluar dari jalan tol menuju hotel  untuk menginap.  Pernikahan mas Sidiq dan mbak Eren akan  diselenggarakan di Aston Priority Simatupang Hotel and Conference Center di Jalan Letnan Jendral T. B. Simatupang Kav. 9 Kebagusan,  Jakarta Selatan, keesokan harinya.

Pagi itu aku menyempatkan berenang sebelum sarapan. Untuk sarapan aku memilih di executive lounge di lantai 9 bersama istriku. Sambil sarapan kami bisa menikmati pemandangan kota Jakarta di belahan sebelah selatan dan timur juga lalu lalang kendaraan di jalan tol arah Cilandak-Kampung Rambutan.

Menjelang siang hari adik-adik dan kemenakanku sudah berdatangan. Demikian juga keluarga dari pihak istriku. Usai salat zuhur kami semua mengantar mas Sidiq ke tempat akad nikah di Lantai 9. Dik Yus menjadi juru bicara dari pihak keluargaku dan dari juru bicara dari pihak mbak Eren adalah oomnya yang datang dari Pekalongan.

Akad nikah di hari Sabtu tanggal 28 Juli 2018, berjalan dengan khidmat dan lancar dipimpin oleh penghulu dari KUA Pasar Minggu Jakarta Timur. Pak penghulu juga sekaligus memberikan khutbah nikah yang menyentuh hati bagi siapapun yang mendengarnya. Usai akad nikah kami berfoto bersama.

Setelah salat ashar, kami semua dirias dengan pakaian adat Jawa Solo. Aku, dik Geri, dik Toha, dik Yus, Rahmat, mas Ugih dan mas Iman, semuanya menggunakan beskap, kain batik dan blangkon. Mas Sandy dan dik Praja juga menggunakan pakaian adat hanya warna beskapnya berbeda. Sementara yang perempuan menggunakan kebaya.

Sekitar  pukul 19.00 mempelai pengantin diiringi keluarga memasuki di Priority Skyballroom Lantai 26  dengan diiringi musik gending Jawa. Mempelai pengantin duduk di pelaminan didampingi kedua orang tuanya. Karena ayah mbak Eren sudah tiada, besanku didampingi anak lelakinya yang tertua, mas Batara. Sambutan dari keluarga besan. Dik Somadin membacakan doa. Setelah itu hadirin dipersilakan memberi ucapan selamat.

Tempat resepsi ditata sangat indah, dengan dominasi sinar lampu warna ungu dan putih menyinari hiasan bebungaan warna warni yang  mewangi. Makanan dan minuman disajikan dengan tata boga yang sempurna dan pelayan pelayan hotel yang cekatan. Ada iringan musik dari home band yang menyajikan lagu lagu populer.

Tamu dari pihak besan kebanyakan adalah para hakim di pengadilan negeri maupun pengadilan tinggi baik di Jakarta maupun pulau Jawa bahkan dari luar pulau pun ada yang datang. Kang Victor de Keizer  dan mas Timbul juga hadir dari Bandung. Demikian juga kang Nandang Afipudin. Bung Ahmad Basarah, Wakil Ketua MPR mengirim rangkaian bunga ucapan selamat, demikian juga dengan teh Ineu, Ketua DPRD Provinsi Jawa Barat. Banyak juga karangan bunga dari para hakim kawan Ibu Sri Andini. Saudara saudara dari keluarga Rono dan keluarga Puluhwatu juga hadir. Demikian juga tetangga dan kawan kawan ku.

Resepsi berakhir sekitar pukul 23.00. Alhamdulillah acara resepsi pernikahan anak anak kami berjalan lancar.  Saudara-saudara pun pulang. Ada yang kembali ke Bandung ada pula yang ke Bogor. Hanya keluarga dik Eni yang menginap di hotel.  Kami sekeluarga kembali ke kamar hotel untuk menginap. Ipang anak mas Yono (Bengkulu) juga ikut menginap bersama kami. Mbak Dea dan mas Sandy menginap di apartemen di belakang hotel.

Setelah sarapan keesokan harinya, kami berpamitan dengan keluarga Ibu Sri Andini di lobby hotel. Ipang pulang ke tempat kost nya di dekat President University, Bekasi. Kami sekeluarga kembali ke Bandung. Di hari minggu itu udara sangat cerah. Perjalanan ke Bandung lengang dan lancar.

 

 

Jumat, 09 April 2021

Pernikahan Idea dan Sandy


 


Tidak berapa lama sejak putriku Idea – di keluarga kami memanggilnya mbak Dea – diterima sebagai pengajar di UGM, datang seorang kawannya sesama dosen, Dr. Sandy namanya, didampingi seorang dosen senior yang juga pejabat dari UGM. Melalui dosen tersebut, Sandy  menyampaikan isyarat akan melamar putriku. Kami  (aku dan istriku) pun memberi isyarat menerima.  

Lamaran.

Tidak berapa lama, pada waktu yang telah disepakati, keluarga mas Sandy datang dari Malang untuk meminang mbak Dea. Dalam rombongan ada ayah, ibu, kakak dan adik Sandy, disertai dengan tantenya. Keluarga kami nyaris lengkap hadir. Dari keluarga Harso Sugiatmo beberapa adikku dan suaminya hadir, ada juga anak-anak mereka.  Dari keluarga Une Hidayat pun demikian.  Awalnya keluarga Sandy kami terima di ruang tamu untuk beristirahat dan minum teh dan menikmati kue, kemudian kami berpindah ke ruang keluarga.

Ruangan kami tata menjadi dua bagian. Bagian pertama berisi sofa untuk dua keluarga, keluarga Rachmat dan keluarga Harjoko. Bagian kedua berisi kursi kursi lipat untuk keluarga besar kami. Mas Tony memasang kamera untuk merekam peristiwa bersejarah tersebut. Bertindak sebagai MC adalah dik Eni, adik istriku.

Acara berlangsung khidmat namun cair diselingi canda tawa. Lamaran dari mas Sandy disampaikan langsung oleh Pak Rachmat, ayahnya. Penerimaan dari pihak  mbak Dea, langsung olehku. Mas Sandy adalah anak kedua pak Rachmat, sedangkan mbak Dea adalah anak kami yang pertama, perempuan satu satunya. Usai penyampaian lamaran dan penerimaan, mas Sandy menyampaikan cincin untuk mbak Dea yang didisain khusus dengan kotak perhiasan yang indah. Acara pun diakhiri dengan doa oleh kang Iman, kakak istriku.

Kami memperkenalkan seluruh keluarga besar kepada keluarga pak Rachmat dan demikian sebaliknya. Setelah itu kami berfoto bersama dan makan bersama. Selepas waktu maghrib pak Rachmat dan keluarga undur diri. Mereka menginap di hotel di kawasan Jatinangor, yang masuk wilayah Sumedang, meski jaraknya hanya sekitar 3 km dari rumah kami.

Keesokah harinya keluarga pak Rachmat pulang ke Malang, kami melepas mereka di bandara Husein Sastranegara.

Pengajian.

Dua hari menjelang hari pernikahan, kami mengadakan pengajian di rumah bertempat di ruang keluarga. Pengajian dimpimpin oleh jamaah majlis taklim asuhan seorang ustad kondang sahabatku dari Riung Bandung. Pesertanya adalah keluarga besar kami dan kaum ibu di sekitar rumah. Dekorasi tempat pengajian sederhana saja, dipan kecil antik diberi latar belakang dedaunan buatan warna hijau yang disorot oleh lampu listrik. Pengajian juga disertai ceramah oleh seorang ustadzah. Pengajian dimulai selepas zuhur dan berakhir menjelang waktu ashar.

Keluarga mulai berdatangan.

Sehari menjelang pernikahan mbak Dea dan mas Sandy, keluarga mulai berdatangan. Mas Samidi dari Surabaya, mas Suyono dan istri dari Bengkulu, mas Wasis dari Pekanbaru, mas Bowo dari Magelang, mas Yanto dari Madiun, mbak Wiwik dari Semarang, bupuh Aris dari Wonosobo . Kemenakanku dari Yogya juga hadir. Keluarga besar Rono dari Bandung juga berdatangan siang itu, om Marsono, mas Nurul, kemenakanku Sumidi, Nah dan Nem. Tentu saja ini peristiwa yang langka.  Aku pun memperkenalkan mereka satu sama lain, karena memang baru sekali ini terjadi pertemuan antara keluargaku dari pihak ayah dan keluargaku dari pihak ibu.

Kami berkumpul mulai selepas dzuhur hingga menjelang tengah malam. Sementara itu para pekerja menyelesaikan panggung dan tenda. Dari WO menyelesaikan tata ruang dan dekorasi hingga waktu subuh.

Hari H.

Pada tanggal 20 Januari 2018, sekitar pukul 07.00 pagi rombongan pengantin pria tiba di di rumah singgah yang hanya terhalang satu rumah dari rumah kami. Rombongan terdiri dari calon mempelai pria Dr. Sandy Budi Wibowo,  didampingi ayahnya Pak Rachmad Yusuf Susanto dan ibunya Bu Titin Budi Prihatiningtyas; kakaknya, mas Tony dan adiknya, mbak Putri. Ikut pula dalam rombongan, tante mas Sandy dari Surabaya. Mereka datang dalam satu mobil Rubicon  yang dipinjami kang Mulyana, direktur sebuah yayasan pendidikan. Rombongan beristirahat di rumah singgah. Calon pengantin dirias dengan adat Sunda, demikian pula dengan ayah dan ibunya.

Sekitar pukul 08.00, rombongan calon pengantin pria bergerak dari rumah singgah ke rumah kami yang berjarak sekitar 50 meter dengan berjalan kaki diiringi rombongan keluarga kami yang sudah menunggu. Aku dan istriku menyambut di halaman dalam. Kami bersalaman dan mengalungkan rangkaian bunga melati ke calon pengantin pria, lalu membimbing mereka halaman rumah dengan diiringi alunan musik gamelan dan mempersilakan mereka duduk di kursi yang telah disediakan.

Saat itu hujan gerimis disertai angin bertiup kencang. Acara dimulai dengan pengantar dari Pak Rachmad , sedangkan  sambutan selamat datang yang disampaikan dik Ahmad Firdaus mewakili keluarga kami. Pembacaan ayat suci Alquran disampaikan oleh dik Somadin. Setelah itu akad nikah dipandu penghulu dari KUA Cileunyi. Akupun menikahkan mas Sandy dengan mbak Dea dengan emas kawin yang sudah ditentukan. Sahlan perkawinan di antara mereka. Bertindak sebagai saksi dari pihak pengantin pria seorang doktor dari UGM dan saksi dari pihak pengantin perempuan seorang Doktor  dari Unpad, Dr Sunardi. Adapun khutbah nikah disampaikan oleh kawanku di DPRD Jabar, seorang ulama yang terkenal, Dr. Saiful Islam.

Setelah  akad nikah selesai, mbak Dea turun dari rumah menuju ke pelaminan untuk mengikuti upacara  adat pernikahan Sunda dilanjutkan ucapan selamat dari hadirin. Sepupu dari Puluhwatu Klaten juga hadir, memberi ucapan selamat, dan kemudian kembali ke Klaten.

Resepsi

Resepsi pernikahan dimulai pada pukul 11.00. Kedua mempelai datang rumah dengan diiringi tiupan saxophone. Kami, kedua pasangan orang tua, menyambut di bawah tangga dan mengantar mempelai ke pelaminan . Para dosen dari UGM dan keluarga kami pun sudah menunggu. Demikian juga sebagian tamu undangan dan tetangga. Mbak Tati, meski menggunakan kursi roda menyempatkan hadir. Kami, kedua pasangan ortu dan mempelai berdiri menerima ucapan selamat dari para tamu. Sementara itu musik mengalun selama acara.

Karena resepsi pernikahan dilakukan di halaman rumah, kemacetan lalu lintas di jalan utama dan jalan kompleks tidak terhindarkan kendari ada beberapa petugas dari Linmas dan juru parkir dadakan ikut mengatur. Karangan bunga dari kolega  dijejerkan di halaman depan rumah dan di pinggir  jalan raya. Menu makanan yang disajikan secara prasmanan sederhana saja, disiapkan oleh vendor relasi dari wedding organizer yang dipilih anakku. Alhamdulillah mencukupi. Kawan-kawan dari partai, dari kampus, dari aktifis kampus, tetangga, teman kerja, saudara baik yang jauh maupun dekat  para politisi dan anggota parlemen, dan  eksekutif, meramaikan resepsi pernikahan.  Tamu terjauh, dik Nani, datang dari Swiss. Ada pula kemenakan, Ezra dan keluarganya datang dari Singapura. Sekjen KBM, Mas Djoko Sugiharto , Prof Nanang dari ITB demikian juga guru besar dari UGM, Ketua STIA Bagasasi Ibu Asrofah beserta para dosen /karyawan, anggota DPRD Jabar Mas Gatot-Dokter Iwan-kang Drajat,   Kepala dan karyawan Puskesmas Cinunuk , Bupati Bandung Barat Yayat T. Sumirat, Pak Mulyana bersama kawan kawan Alumni SPK Immanuel,  Pak Tom Sekretaris DPD BMI Jawa Barat  bersama Pengurus DPP, Sekretaris Desa Cileunyi Wetan, Bhabinkamtibmas dari Polsek Cileunyi , jamaah masjid dan lain lain yang tidak bisa kusampaikan satu persatu. Resepsi pernikahan berakhir pada pukul 14.00. Meski begitu masih masih ada beberapa tamu hadir seperti Dr Mimin, teman kuliahku di S3 UPI dan Mayor AU Supratman. Sampai malam hari masih ada tetangga dan keluarga dari jauh yang datang.

Keesokan harinya Pak Rachmad dan keluarganya pulang. Kami mengantar hingga ke Bandara Husein Sastranegara. Seminggu kemudian mas Sandy dan mbak Dea berangkat ke Yogyakarta.