Selasa, 27 September 2011

CITY TOUR



Masjid Quba










Rombongan haji dari KBIH Al Falah pun mengadakan city tour antara lain ke Masjid Kuba, masjid Kiblatain dan Gunung Uhud. Sambil mengunjungi tempat-tempat itu kamipun singgah di kebuh-kebun kurma. Para pedagang menjual kurma segar berwarna hijau kekuningan, yang terasa segar di tengah padang pasir yang gersang.

Masjid Pertama di Dunia
Masjid Quba ( مسجد قباء) adalah masjid tertua di dunia. Batu pertama diletakkan oleh Nabi Muhammad SAW ketika berhijrah dari Mekah ke Madinah, dan kemudian diselesaikan pembangunannya oleh para sahabat. Nabi menghabiskan waktu 20 malam di masjid ini melaksanakan shalat qashar sambil menunggu Ali RA yang rumahnya terletak di belakang masjid ini. Melaksanakan shalat dua rakaat di masjid Quba sama dengan melaksanakan Umrah.

Nabi Muhammad datang ke masjid Quba berjalan kaki atau mengendari onta setiap hari Sabtu dan melaksanakan shalat sunat dua rakaat. Beliau menyuruh umatnya melaksanakan hal yang sama dan bersabda “ barangsiapa berwudhu di rumah dan pergi kemudian melaksanakan shalat di Masjid Quba, dia akan memperoleh pahala seperti melaksanakan ibadah Umrah. (hadits riwayat Ahmad ibn Hanbal, Al-Nasa'i, Ibn Majah dan Hakim al-Nishaburi)

Kamipun melaksanakan shalat sunat, berzikir dan menerawang ke lima belas abad yang silam ketika Rasulullah SAW berhijrah dari Mekah ke Madinah di bawah pengejaran tentara Quraisy. Shalawat serta salam kami sampaikan bagimu ya Nabi…

Masjid al-Qiblatain














Masjid al-Qiblatain (المسجد القبلتین) (Masjid dua Kiblat) adalah sebuah masjid di Madinah. Dinamakan Qiblatain karena ketika nabi Muhammad SAW mengimami shalat mendapat perintah dari Allah SWT untuk mengubah arah shalat (qiblat) dari Yerusalem ke Mekah. Sehingga keunikan masjid ini adalah adanya dua mihrab. Setelah direnovasi kiblat yang ke Yerusalem dihilangkan. Masjid Qiblatain adalah satu dari tiga masjid awal dalam sejarah Islam bersama dengan masjid Quba dan Masjid Nabawi.
Masjid ini berlokasi di barat daya kota Madinah, tepatnya di jalan Khalid bin Walid. Masjid ini pertama kali dipugar oleh Kalifah Umar bin Khattab. Pada kekuasaan kekalifahan Ottoman masjid ini diperbaiki oleh Sultan Sulaiman.

The name of the mosque goes back to the beginning of Islam when the companions of Muhammad named it after an event that took place. Muhammad was leading the prayer when he received a revelation from Allah instructing him to take the Kaaba as the Qiblah. According to traditional accounts, Muhammad, who had been facing Jerusalem during the prayer, upon receiving this revelation, immediately turned around to face Mecca, and those praying behind him also did so. After this, the mosque in which this incident occurred came to be known as Masjid al-Qiblatain (i.e. 'Mosque of the Two Qiblas'). Many pilgrims who go to Mecca for hajj often visit Medina where some end up visiting the notable Qiblatain because of its historic significance. (Wikipedia).

Gunung Uhud

Uhud adalah salah satu tempat pertempuran antara kaum muslimin yang dipimpin oleh Rasulullah SAW melawan kaum kafir Quraisy. Dalam pertempuran itu kaum muslimin awalnya memperoleh kemenangan tapi kemudian mengalami kekalahan karena tidak menjalankan disiplin yang telah ditetapkan hanya karena tergiur oleh pampas an perang. Banyak prajurit kemudian gugur di gunung itu. Ketempat itulah kami datang.

Gunung Uhud mencintai Rasulullah SAW dan begitu juga sebaliknya. Dari Anas bin Malik r.a, Rasulullah bersabda :
"Sesungguhnya Uhud adalah satu gunung yang mencintai kami dan kami juga mencintainya.""
(Disetujui oleh Al-Bukhari dan Muslim)
Gunung Uhud berguncang ketika Rasulullah SAW beserta para sahabat beliau ketika berdiri di atasnya
Dari Anas bin Malik r.a, Rasulullah mendaki gunung Uhud bersama dengan Abu Bakar r.a, Umar r.a dan Ustman r.a. Ketika itu gunung Uhud berguncang. Kemudian Rasulullah SAW menghentakkan kakinya dan bersabda :
"Diamlah kamu wahai Uhud, karena sesungguhnya berada di atas kamu adalah seorang Nabi, seorang Siddiq dan dua orang syahid"
(Diriwayatkan oleh Bukhari)

Senin, 26 September 2011

KOTA MADINAH

Masjid Nabawi














Di Madinah pusat aktivitas kami tentu saja ada di Masjid Nabawi. Masjid ini jaraknya hanya dua blok dari hotel tempat kami menginap. Biasanya menjelang subuh kami sudah berangkat ke masjid melewati suhu dingin dan angin yang menampar pipi. Kami menyelimuti tubuh dengan pelbagai pakaian tebal melewati pertokoan yang lampu-lampunya menerangi kegelapan malam. kadang ada satu dua pengemis mencegat kami di tengah jalan, rasanya seperti ujian yang datang dari Allah mengenai seberapa besar keikhlasan kami dalam berderma. Seorang kawanku bukannya dimintai malah diberi oleh pengemis yant tiba-tiba muncul dari balik kegelapan malam.

Ketika kami datang di masjid nabawi adzan berkumandang. Kami bergerombol di didepan pintu gerbang tinggi dari besi yang masih terkunci. Ketika gerbang dibuka kami berduyun-duyun masuk ke halaman masjid yang sangat luas. Yang sudah berwudhu langsung memasuki pintu gerbang masjid berukuran raksasa yang terbuat dari kayu berlapis emas pada engsel-engselnya, sedangkan yang belum berwudhu bisa turun ke basement di pelataran masjid. Basement sangat luas dan bertingkat-tingkat menggunakan escalator. Tempat wudlhu maupun toilet sangat nyaman dengan teknologi Jerman. Air hangat tersedia dalam jumlah tak terbatas, sehingga kita bisa mandi atau berwudhu sepuas hati.

Masjid nawabi memang sungguh megah mewah dan indah. Tiang-tiangnya berlapiskan ornament emas. Atap-atapnya bisa terbuka secara otomatis, sehingga langit malam bertaburan cahaya bulan dan bintang kami bisa menikmati sepuas hati. Jika panas terik datang, atap-atap itu menutup, demikian juga payung-payung raksasa yang ada di dalam masjid. Tapi keistimewaannya bukan hanya terletak pada keindahan dan kecanggihan arsitekturnya melainkan karena pelbagai faktor yang menyertai masjid tersebut.

Keistimewaan masjid terletak pada keutamaan masjid Nabawi sebagai berikut :
 Dianjurkan datang ke masjid Nabawi terlebih dahulu bagi musafir yang pulang bepergian
 Masjidnya diasaskan atas dasar taqwa
 Pahala salat dilipatgandakan
 Pahala bagi orang yang salat 40 raka'at di masjid Nabawi
 Tidak boleh meninggikan suara
 Keutamaan siapapun yang datang ke masjid Nabawi baik sebagai pengajar maupun pelajar
 Raudhah termasuk tempat yang mulia
 Mimbar berada di atas telaga Rasulullah SAW.
 Mimbar tempat Rasulullah SAW berkhutbah berada di bawah pintu surga
 Tangisan dan rajukan batang tamar
 Tiang-tiang mimbar masjid menjadi tiang-tiang di dalam surga
 Hukuman bagi siapa saja yang bersumpah palsu di mimbar


Makam Baqi

Sesusai shalat subuh biasanya kami menyempatkan diri berjalan-jalan mengelilingi halaman masjid yang sangat luas, dan di antaranya mengunjungi makam Baqi.

Area pemakaman Al-Baqi' adalah suatu area pemakaman para sahabat Nabi, Tabi'in, Tabi'ut tabi'in, dan para ulama serta orang saleh sesudahnya. Sering Nabi mengunjunginya pada waktu malam dan berdoa dan memohon ampunan untuk mereka yang dikebumikan di pemakaman ini

 Di antara doa beliau yang diajarkan kepada kita untuk Ahli al-Baqi' :
"Kesejahteraan atas kamu wahai penghuni-penghuni Makam dari kalangan mukminin dan muslimin. Allah merahmati mereka yang terdahulu dan kemudian dari kalangan kami dan sesungguhnya kami dengan izin Allah akan mengikuti kamu"
"Kesejahteraan atas kamu tempat tinggal orang-orang yang beriman, dan telah datang pada kamu barang apa yang telah dijanjikan untukmu, kamu ditangguhkan hingga hari esok dan dengan izin Allah kami akan mengikuti kamu, wahai Allah, ampunilah penghuni-penghuni Baqi' Al-Gharqod"
 Jenazah yang dimakamkan di Baqi' akan dibangkitkan pertama di Padang Mahsyar
 70.000 dari penghuni Baqi' dibangkitkan dan masuk Surga tanpa hisab

Kota Madinah
المدينة المنورة

Madinah atau Madinah Al Munawwarah: مدينة رسول الله atau المدينه, (juga Madinat Rasul Allah, Madīnah an-Nabī) adalah kota utama di Arab Saudi. Merupakan kota yang ramai diziarahi atau dikunjungi oleh kaum Muslimin. Di sana terdapat Masjid Nabawi yang memiliki pahala dan keutamaan bagi kaum Muslimin. Dewasa ini, penduduknya sekitar 600.000 jiwa. Bagi umat Muslim kota ini dianggap sebagai kota suci kedua. Pada zaman Nabi Muhammad SAW, kota ini menjadi pusat dakwah, pengajaran dan pemerintahan Islam. Dari kota ini Islam menyebar ke seluruh jazirah Arabia lalu ke seluruh dunia.
Wikipedia menyebutkan bahwa : Pada masa sebelum Islam berkembang, kota Madinah bernama Yatsrib, dikenal sebagai pusat perdagangan. Kemudian ketika Nabi Muhammad SAW hijrah dariMekkah, kota ini diganti namanya menjadi Madinah sebagai pusat perkembangan Islam sampai beliau wafat dan dimakamkan di sana. Selanjutnya kota ini menjadi pusat kekhalifahan sebagai penerus Nabi Muhammad. Terdapat tiga khalifah yang memerintah dari kota ini yakni Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan. Pada masa Ali bin Abi Thalib pemerintahan dipindahkan ke Kufah di Irak karena terjadi gejolak politik akibat terbunuhnya khalifah Utsman oleh kaum pemberontak. Selanjutnya ketika kekuasaan beralih kepada bani Umayyah, maka pemerintahan dipindahkan ke Damaskus dan ketika pemerintahan berpindah kepada bani Abassiyah, pemerintahan dipindahkan ke kota Baghdad. Pada masa Nabi Muhammad SAW, penduduk kota Madinah adalah orang yang beragama Islam dan orang Yahudi yang dilindungi keberadaannya. Namun karena pengkhianatan yang dilakukan terhadap penduduk Madinah ketika perang Ahzab, maka kaum Yahudi diusir ke luar Madinah.Kini Madinah bersama kota suci Mekkah berada di bawah pelayanan pemerintah kerajaan Arab Saudi.

Secara geografis, kota ini datar yang dikelilingi gunung dan bukit bukit serta beriklim gurun. Suhu tertinggi berkisar antara 30 °C sampai 45 °C pada waktu musim panas, dan suhu rata-rata berkisar antara 10 °C sampai 25 °C.

Dari sektor ekonomi, terdapat sektor pertanian dan perkebunan terlebih perkebunan kurma yang sudah dikenal sejak masa lampau, peternakan selayaknya penduduk Arab serta perdagangan ditambah dengan sektor jasa terutama jasa pelayanan para peziarah di antaranya adalah usaha perhotelan dan penginapan.

Selain dikenal sebagai kota pusat perkembangan Islam. Madinah juga merupakan pusat dari pendidikan Islam sejak masa Nabi Muhammad SAW. Juga banyak ulama-ulama dan Cendekiawan Islam yang muncul dari Madinah di antaranya adalah Imam Malik. Saat ini di Madinah terdapat berbagai Jami'ah (Universitas) dan perguruan perguruan tinggi Islam lainnya.

Sebagai salah satu kota suci umat Islam, Madinah memiliki sejumlah keutamaan, yaitu :
 Tempat yang diprioritaskan penyebutan namanya dalam Al-qur'an.
 Yang menjadikan Madinah sebagai tanah haram (suci) adalah Allah SWT.
 Pengharaman pemburuan dan buruan di Madinah.
 Larangan memotong pohon-pohon, mencabutnya dan memungut barang yang tercecer.
 Pengharaman mengangkat senjata dan berperang di dalamnya.
 Mengharamkan bid'ah
 Allah SWT memilih Madinah sebagai tempat hijrah Rasulullah SAW.
 Allah SWT memilih Madinah sebagai tempat disemayamkannya jasad Rasulullah SAW.
 Madinah dibersihkan dari Syirik.
 Iman akan kembali ke Madinah.
 Keberkahan di Madinah dilipatgandakan.
 Dajjal tidak boleh memasuki Madinah.
 Madinah tidak akan dimasuki oleh rasa gentar terhadap Dajjal.
 Madinah tidak akan dimasuki oleh wabah Ta'un.
 Perpindahan penyakit dari Madinah ke Juhfah.
 Larangan membunuh ular sebelum diberi peringatan selama 3 hari karena para jin di sana banyak yang memeluk Islam dan mereka suka berubah bentuk menjadi binatang di antaranya ular.
 Anjuran untuk tinggal di Madinah.
 Anjuran agar meninggal di Madinah.
 Orang-orang kafir tidak boleh memasuki Madinah.
 Alim ulamanya lebih alim dari ulama selainnya.
 Tanahnya sebagai penyembuh (Syifa')
 Syafaat bagi siapa saja yang sabar atas cobaan di Madinah.
 Syetan putus asa untuk disembah di Madinah.
 Doa untuk Madinah sebagaimana doa Nabi Ibrahim untuk Mekkah.
 Para Malaikat menjaganya hingga Hari Kiamat.
 Madinah bermandikan cahaya di hari kedatangan Rasulullah SAW.
 Hukuman bagi orang yang mendzalimi penduduk Madinah.
 Beribadah di Masjid Nabawi dilipatgandakan pahalanya.

Rabu, 21 September 2011

Ke Tanah Suci










Jamaah Haji (Koleksi Topenmuseum, Belanda)






Keinginanku untuk melaksanakan ibadah haji sudah muncul sejak lama. Pada tahun 1995 aku pernah ditawari mengikuti ibadah haji dari instansi tempatku berkhidmat pada masyarakat. Namun karena ketika itu ada teman yang lebih senior ingin pula berangkat maka aku pun mengalah. Hal ini terulang untuk tahun berikutnya. Maka akupun melupakan keinginan itu karena situasi di era menjelang reformasi memaksaku berkonsentrasi pada urusan-urusan politik. Allah telah memanggilku tapi belum mengizinkanku menginjakkan kaki di tanah suci.

Jalan menuju tanah suci terbuka kembali di tahun 2002. Ketika itu panitia musyawarah DPRD Provinsi Jawa Barat memutuskan memberi izin bagi beberapa anggota DPRD untuk melaksanakan ibadah haji. Kuota untuk setiap fraksi berbeda-beda berkorelasi positif dengan jumlah anggotanya. Fraksi PDI Perjuangan sebagai fraksi terbesar memperoleh kuota lima orang, yaitu Rahadi, Sutardi, Tarmudji, Iwan Fauzi, Pupu Danglar dan Dedi Hermansyah. Namun menjelang batas akhir pendaftaran ke Kandepag, Dedi Hermansyah mengundurkan diri karena tidak punya biaya untuk mengajak istrinya. Rudiharsa sebagai ketua fraksi menawarkan padaku untuk mengganti posisi Dedi tersebut, dan aku spontan menerimanya karena ketika itu aku punya uang di tabungan sejumlah Rp 50 juta, cukup untuk biaya ONH berdua dengan istriku. Maka akupun memperoleh izin dari lembaga untuk meninggalkan tugas selama kurang lebih satu setengah bulan.

Langkah pertama adalah mendaftarkan diri yang berjalan lancar karena dibantu Erna staf bagian umum. Proses ini antara lain adalah membayar ONH, menyiapkan paspor, cek kesehatan dan vaksinasi meningitis ke Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung serta mendaftarkan diri ke KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji).
Langkah kedua adalah mengikuti manasik haji bersama seluruh anggota dari fraksi-fraksi lain. Yang masih kuingat adalah Iswara, Tatang(FPG), Rahmat (FPPP), Dardiri (FPAN), …. (FAPBRI). Latihan manasik haji dilaksanakan di pondok pesantren Al Falah, Nagrek. Pembimbingnya KH Ahmad Syahid yang merupakan anggota DPRD dari FPG. Latihan manasik setiap hari sabtu dan berlangsung kurang lebih satu bulan bersama-sama jamaah haji lainnya yang berasal dari Bandung dan Garut. Dalam latihan itu kami melakukan simulasi manasik haji seperti thowaf, sai, dan melempar jumrah sambil membaca doa-doa yang bukunya disiapkan Depag dan kami gantungkan di leher dengan seutas tali terbuat dari benang yang dipintal.
Langkah ketiga adalah menyiapkan keberangkatan. Pimpinan DPRD membuat sebuah acara pelepasan di lobby gedung DPRD dengan mengundang seratus anggota DPRD. Seorang ustadz memberikan tausiyah (ceramah) berkenaan dengan hikmah ibadah haji kemudian kami para jamaah haji berjajar di depan untuk memperoleh salam, doa restu dan ciuman dari para anggota Dewan. Usai acara pelepasan di Dewan, kami bersiap-siap untuk diberangkatkan dari ponpes Al Falah. Kami masing-masing memperoleh pelbagai macam perlengkapan seperti koper, tas tangan, kain ihram, jaket, paspor, gelang pengenal, jas, dll.
Sebelum hari H, kami mengadakan pengajian yang diikuti ibu-ibu majlis ta’lim masjid An Nuur Rancaekek di mana kami berdomisili sambil memohon maaf dan memohon doa restu dari para tentangga.
Godaan muncul ketika kami hendak meninggalkan rumah menuju ponpes Al Falah. Anak kami yang bungsu, Praja tiba-tiba jatuh sakit dan badannya panas. Kami menjadi gamang dan nyaris membatalkan kepergian istriku. Dengan memohon kemurahan Allah SWT dan meminta dukungan dari sanak keluarga, kami pun berketetapan hati berangkat berdua. Alhamdulillah Praja mau ditinggalkan.

Dari rumah kami menuju ponpes Al Falah. Keluarga dan tetangga seperti pak Nana, pak Said, pak Mulyono dan pak Indri ikut mengantar. Di Al Falah dilakukan zikir dan doa bersama. Kami para jamaah haji berangkat ke Jakarta dengan menggunakan bus malam itu. Keluarga pun kami tinggalkan dengan menyerahkan semuanya kepada Allah SWT. Saudara-saudara dan para tetangga berbaik hati menjaga ketiga anakku.
Malam itu juga kami tiba di asrama haji Jawa Barat di Bekasi untuk bermalam. Di sana dilakukan pula pelepasan oleh Gubernur Jawa Barat, Nuriana, yang didampingi para bupati dan walikota. Yani, adik perempuanku sempat berkunjung ke sana sebelum kami dan rombongan berangkat ke Asrama Haji Pondok Gede di Jakarta. Dari sana kami ke bandara Halim Perdanakusumah untuk selanjutnya diterbangkan ke Saudi Arabia dengan menggunakan Saudi Arabian Airlines.

Kami lepas landas malam hari. Penerbangan pun dimulai. Kami bersyukur memperoleh kenyamanan dan pelayanan yang baik selama dalam perjalanan. Pesawat yang kami tumpangi cukup mewah dan berteknologi tinggi. Kami bisa mengetahui posisi kami selama perjalanan dan bisa melihat pemandangan lautan maupun daratan yang ada di bawah kami. Pramugari yang melayani kami adalah wanita-wanita cantik Indonesia. Makanan dan minuman yang disajikan membuat kami merasa seperti melakukan liburan saja layaknya. Ibadah di era modern ini memang sangat nyaman, dengan tingkat kesulitan yang nyaris nol.

Menjelang pagi hari pesawat sudah memasuki jazirah Arabia seperti nampak pada layar monitor. Sepanjang perjalanan hanya padang pasir gersang berwarna coklat tua, hitam dan kemerahan. Subhanallah. Tak terbayangkan bagaimana manusia bisa hidup di tanah gersang dang tandus itu. Tapi maha besar Allah, dari jazirah kering itu lahir para nabi dan rasul yang membuat sejarah dan peradaban.

Sekitar jam tujuh atau delapan pagi kami mendarat di bandara King Abdul Azis (?) di Madinah yang terletak di tengah-tengah gurun pasir. Udara panas pun menyergap, menggantikan udara sejuk ber AC di dalam pesawat. Perjuangan pun dimulai. Kamipun berbaris mengantri di depan petugas imigrasi dan custom (bea cukai). Paspor dan barang bawaan diperiksa. Metal detector pun harus kami lewati. Sampai di halaman parkir hiruk pikuk pun mulai. Kami masuk ke dalam bus-bus tua yang telah disediakan. Koper-koper kami ditumpuk di atas atap bus. Perjalanan ke kota Madinatul Nabi dimulai dengan tujuan pertama adalah hotel tempat menginap selama beberapa hari. Menjelang siang kami tiba di tempat penginapan. Aku memperoleh satu kamar bersama lima orang jamaah lainnya. Ada fasilitas ac, teve, bath up dengan pemanas air, kulkas serta kompor listrik.

Setelah beristirahat sebentar dan membersihkan diri kami langsung ke Masjid Nabawi . ternyata Hotel tempat kami menginap hanya sepelemparan batu jaraknya dari masjid nabawi jadi kami cukup berjalan kaki saja untuk mencapainya. Alhamdulillah kami telah sampai di masjid nabi.

Madinah berudara dingin dan kering ketika kami tiba di sana. Di malam hari udara membuat kami menggigil. Di siang haripun demikian. Kendati matahari bersinar terik, udara tetap dingin, sehingga banyak jamaah shalat di pelataran masjid sambil menghangatkan diri. Kombinasi udara dingin dan tiupan angin yang keras membuat kulit mongering dan bibir pecah-pecah. Kami harus menggunakan lotion untuk kulit dan lip glos untuk bibir. Di luar masalah udara, Madinah adalah kota yang menyenangkan.
Sepulang dari shalat Zuhur biasanya kami berjalan-jalan ke pusat kota yang dipenuhi jamaah dari seluruh dunia, yang menonjol adalah jamaah dari Turki karena menggunakan seragam warna kakhi dan selalu berjalan dalam rombongan besar. Kulit mereka bersih, campuran asia dan eropa, dengan tinggi badan s eperti layaknya orang Indonesia.

Madinah atau Madinah Al Munawwarah: مدينة رسول الله atau المدينه, (juga Madinat Rasul Allah, Madīnah an-Nabī) adalah kota utama di Arab Saudi. Merupakan kota yang ramai diziarahi atau dikunjungi oleh kaum Muslimin. Di sana terdapat Masjid Nabawi yang memiliki pahala dan keutamaan bagi kaum Muslimin. Dewasa ini, penduduknya sekitar 600.000 jiwa. Bagi umat Muslim kota ini dianggap sebagai kota suci kedua. Pada zaman Nabi Muhammad SAW, kota ini menjadi pusat dakwah, pengajaran dan pemerintahan Islam. Dari kota ini Islam menyebar ke seluruh jazirah Arabia lalu ke seluruh dunia.

Wikipedia menyebutkan bahwa : Pada masa sebelum Islam berkembang, kota Madinah bernama Yatsrib, dikenal sebagai pusat perdagangan. Kemudian ketika Nabi Muhammad SAW hijrah dariMekkah, kota ini diganti namanya menjadi Madinah sebagai pusat perkembangan Islam sampai beliau wafat dan dimakamkan di sana. Selanjutnya kota ini menjadi pusat kekhalifahan sebagai penerus Nabi Muhammad. Terdapat tiga khalifah yang memerintah dari kota ini yakni Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan. Pada masa Ali bin Abi Thalib pemerintahan dipindahkan ke Kufah di Irak karena terjadi gejolak politik akibat terbunuhnya khalifah Utsman oleh kaum pemberontak. Selanjutnya ketika kekuasaan beralih kepada bani Umayyah, maka pemerintahan dipindahkan ke Damaskus dan ketika pemerintahan berpindah kepada bani Abassiyah, pemerintahan dipindahkan ke kota Baghdad. Pada masa Nabi Muhammad SAW, penduduk kota Madinah adalah orang yang beragama Islam dan orang Yahudi yang dilindungi keberadaannya. Namun karena pengkhianatan yang dilakukan terhadap penduduk Madinah ketika perang Ahzab, maka kaum Yahudi diusir ke luar Madinah.Kini Madinah bersama kota suci Mekkah berada di bawah pelayanan pemerintah kerajaan Arab Saudi.

Kami memperoleh living cost yang diambil dari ONH yang kami bayarkan ke pemerintah selaku penyelenggara haji. Living cost tersebut cukup untuk membeli makan minum serta perlengakapan mandi seperti sabun, pasta gigi dan samphoo. Karena itu aku dan istriku biasanya makan berpindah-pindah dari satu restoran ke restoran yang lain dari satu menu ke menu yang lain. Ini adalah seperti wisata kuliner jadinya. Kami makan makanan Pakistan, Arab, Turki dll yang intinya terdiri dari roti atau nasi serta daging entah itu daging ayam kambing atau sapi. Meski sedikit, Adapula restoran Indonesia dan ada pula yang menyediakan bakso.

Senin, 19 September 2011

Inggit Garnasih













Sebuah pesan pendek datang sebagai undangan untuk menghadiri syukuran pembuatan film tentang kisah hidup Ibu Inggit Garnasih bertempat di Gedung Indonesia Menggugat. Ini adalah sebuah upaya untuk menggalang dukungan bagi istri pertama presiden pertama Republik Indonesia yang lebih dikenal dengan nama Ibu Inggit yang diusulkan masyarakat Jawa Barat menjadi pahlawan nasional. Sebelumnya sebuah seminar nasional menyimpulkan bahwa Ibu Inggit besar jasanya bagi Negara ini mengingat pengabdiannya mendampingi Bung Karno dalam perjuangan merebut kemerdekaan sehingga layak dijadikan sebagai pahlawan nasional.

Jauh-jauh hari sebelumnya Ramadhan K.H. membuat sebuah autobiografi Ibu Inggit berjudul Kuantar ke Gerbang Kisah Cinta Inggit dengan Sukarno, yang ditulis dalam bentuk roman. Poeradisastra dalam sekapur sirih roman tersebut menulis amat provokatif : “separuh daripada semua prestasi Sukarno dapat didepositokan atas rekening Inggit Garnasih dalam ‘Bank Jasa Nasional Indonesia’. Pernyataan Poeradisastra tersebut mungkin ada benarnya karena Ibu Inggit berperan mendampingi Bung Karno sejak masih berstatus mahasiswa di THS (sekarang menjadi ITB), hingga dipenjara di Sukamiskin dan Banceuy yang berlanjut ke pembuangan di Ende dan Bengkulu. Ketika saat Indonesia merdeka tiba dan Bung Karno menjadi presiden pertama, Ibu Inggit tidak lagi berada di samping orang yang dicintai dan dikaguminya. Perempuan perkasa itu memilih berpisah karena tidak bisa menerima kenyataan cintanya harus dibagi dengan Fatmawati, teman sekolah anak angkatnya.

Ibu Inggit adalah manusia yang mengesampingkan kepentingan pribadinya untuk kepentingan bersama yang lebih besar. Ia tidak ditakdirkan untuk memasuki Istana Merdeka bersama Bung Karno. Ia membela Bung Karno yang dituduh menulis surat bernada minta ampun pada Jendral Verheyen dan mengatakan “itu mah pamali, itu mah mustahil”. Ia memaafkan Fatmawati yang dianggapnya sebagai anak. Ia setia menjalani hari tuanya dengan berjualan bedak buatan sendiri. Ia memaafkan Bung Karno yang ketika masih sebagai mahasiswa disapanya dengan panggilan Kusno.

pada tahun 1997 aku berziarah ke makam bu Inggit di Babakan Ciparay. Pada saat itu aku mengajak teman-teman se partai napak tilas perjuangan Bung Karno. Dimulai dari rumah tinggal bu Inggit di jalan Ciateul yang kemudian berganti nama menjadi jalan Inggit Garnasih, kemudian ke makam ibu Inggit. Ketika itu makam bu Inggit terletak dalam sebuah bangunan sederhana dari kayu beratap genting. Kami berdoa sambil mengenangkan perjuangan Inggit dalam megupayakan kemerdekaan bagi negri. Seorang pengurus partai mengajak kami ke rumah cucu kemenakan Inggit, bernama Tito. Tito adalah anak Ratna Juami yang merupakan anak angkat Bung Karno. Dalam perkawinannya dengan Bung Karno, Inggit tidak dikaruniai anak sehingga ia mengangkat Ratna Juami sebagai anak angkatnya. Ratna adalah kemenakan Inggit. Ratna dan ibu kandung Inggit ikut dalam pembuangan ke Ende bersama Bung Karno. Ibu kandung Inggit (mertua Bung Karno) wafat dalam pembuangan di Ende dan dimakamkan di sana. Ratna Juami kemudian menikah dengan Asmara Hadi, wartawan di era revolusi sekaligus pengikut Bung Karno.

Di rumah Tito banyak teman-teman perjuangan Ratna Juami berkumpul. Yang kukenal adalah Ny Sidik Danubrata. Anak perempuannya ,Levana menikah dengan Bayu, anak Sukarno dari Hartini. Bayu meninggal ketika sedang melanjutkan studi di AS. Levana kemudian menyepi ke Bali. Tito dan Kemal Asmarahadi, dua anak Ratna Juami kemudian mencoba menbangun kembali Partindo (Partai Indonesia) dengan ideology marhaenisme namun tidak mampu mengikuti Pemilu.

Masyarakat Jawa Barat mencoba mengangkat Ibu Inggit agar dapat diterima sebagai pahlawan nasional. Endang Karman salah seorang yang gigih memperjuangkan hal itu. Akupun pernah dilibatkannya menjadi panitia seminar pengusulan Inggit sebagai pahlawan nasional dari Jawa Barat itu. Nina Lubis adalah salah seorang sejarahwan yang mendukung usulan itu, tetapi sayang usulan itu kandas di tingkat nasional.
Belakangan Endang Karman, Sucipto, Permadi, Peringeten, Stanis, Tri Wartono membentuk panitia pemugaran makam Inggit Garnasih. Menurut informasi dari Stanis, pemugaran itu telah usai dilaksanakan dengan biaya gotong royong dari pelbagai pihak.

Indonesia harus memberikan penghargaan yang sepantasnya. Sebuah gelar bernama pahlawan nasional bahkan belum mampu membayar dedikasi dan pengorganan yang diberikan Ibu Inggit bagi Bung Karno dan republik ini. Dedikasi dan pengorbanan Ibu Inggit merupakan nilai-nilai kepahlawanan yang semakin terasa bermakna di tengah kekacauan nilai hidup berbangsa dewasa ini di tengah pusaran arus globalisasi.

Rabu, 14 September 2011

Memimpin Partai dari Kandang Ayam

Suatu malam di sekitar tahun 1997, Yadi Srimulyadi dan beberapa teman datang ke rumahku di Rancaekek dan mengajakku ke rumahnya. Ternyata Yadi membicarakan masalah partai, dan bertanya apakah aku mau menjadi ketua partai. aku katakana padanya lebih baik dia yang menjadi ketua karena dia sudah dalam posisi sebagai Wakil Ketua DPC ketika itu sedangkan aku adalah Pjs Ketua Fraksi PDI di DPRD Kabupaten Bandung.
Keesokan harinya ketika Konpercabsus diselenggarakan di secretariat DPD PDI Provinsi Jawa Barat di Jalan Soekarno-Hatta Bandung, Yadi memang dipilih oleh formatur sebagai Ketua dan aku menjadi Sekretaris DPC PDI Kabupaten Bandung. Pupu Danglar, Nandang Afipidin, Dedeh Sri Maryati, Happy dan Tri Wartono menjadi wakil-wakil ketua. Kami ini boleh dikatakan sebagai para pendukung Megawati di PDI.

Langkah pertama kami adalah melakukan pembenahan pengurus di tingkat kecamatan yang dinamakan Pengurus Anak Cabang (PAC). Kami harus membentuk PAC yang mendukung Megawati, tapi hal itu tidak begitu sulit karena banyak PAC yang disebut dengan “arus bawah” mendukung Megawati daripada mengikuti DPC PDI yang dipimpin Idih Sujana yang pro Suryadi. Dengan demikian maka kami dengan mudah bisa berkantor di DPC PDI. Di kantor DPC tersebut kami masih sempat beberapa kali melakukan konsolidasi partai bahkan menyusun dan mengajukan Daftar Calon Anggota DPRD Kabupaten Bandung yang kemudian ditolak oleh Panitia Pemilihan Daerah (PPD) yang dikuasai pemerintah daerah.

Masalah muncul ketika masa kontrak kantor DPC berakhir. Kami harus mencari tempat pengganti untuk menjalankan roda organisasi. Sulit bagi kami sebagai partai yang tidak diakui pemerintah untuk memperoleh tempat beraktivitas kendatipun mungkin kami mampu membayar uang sewa. Untuk menjalankan organisasi Kami harus berkeliling di rumah para pengurus. Pada saat-saat sulit itulah Sujana Sobari ,orang yang kami anggap sebagai sesepuh partai menawarkan tempat yang bisa kami jadikan sebagai semacam secretariat atau kantor… lebih tepatnya sebagai tempat bertemu (meeting point) bagi kami sebagai pengurus DPC dengan PAC, Pengurus Ranting(PR) maupun anggota partai. tawaran tersebut tidak kami sia-siakan.

Tempat yang disediakan Sujana adalah sebuah bangunan semi permanen dari bata ekspos yang dicat putih yang berfungsi sebagai bangunan serba guna yang terletak di belakang kediaman Sujana di Desa Rancakasumba Kecamatan Solokan Jeruk. Bangunan tersebut terpisah dari bangunan induk utama, dengan halaman rumput yang luas. Pintu utama bangunan yang kami tempati terdiri dari dua daun pintu besar karena bangunan tersebut juga berfungsi sebagai garasi mobil. Di samping itu bangunan juga berfungsi sebagai gudang tempat Sujana menyimpan barang-barang dan hasil panenan padi dari sawah yang luas. Selain itu ayam-ayam juga bertempat di situ dengan diberi kurungan dari bamboo yang dianyam. Jika kami berkumpul ayam-ayam dikeluarkan di halaman. Tapi jika kebetulan hujan turun maka kami berkumpul dan melakukan rapat organisasi seruangan dengan ayam-ayam tersebut. Itulah sebabnya teman kami Peringeten mengatakan bahwa kami berkantor di kandang ayam. Begitulah kenyataannya.

Kantor kandang ayam itu merupakan tempat yang sangat penting dalam mempertahankan eksistensi partai pendukung Megawati khususnya di Kabupaten Bandung. Sujana yang kami angkat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Partai (Deperca)nselalu hadir setiap kami berkumpul yang biasanya seminggu sekali. Selain sebagai ketua Deperca, Sujana bertindak sebagai tuan rumah yang baik yang selalu berusaha menyiapkan minuman teh atau kopi serta penganan kecil ala kadarnya. Jika panen padi tiba Sujana membuat penganan dari ketan yang disebut ulen, yaitu nasi ketan yang ditaburi parutan kelapa yang dicampur cabai merah. Sering juga dia menyiapkan makan siang bagi kami.

Dalam kondisi politik yang sedang bergolak dan memanas pada saat itu maka meeting point kami di Rancakasumba tentu saja menjadi tempat yang diawasi oleh aparatur pemerintah dan negara. Beruntung kepala desa masih kerabat dekat Sujana sehingga kami mendapat dukungan untuk beraktivitas. Kadang-kadang Kades datang dan berbincang-bincang dengan kami. Sekali dua intelejen dari Kodam datang dan kuundang untuk memberi sambutan.

Para pengurus dan anggota harus berjuang keras untuk bisa datang di kantor kandang ayam karena tempatnya memang agak sulit dijangkau mengingat hanya ada satu sarana transportasi umum yang bisa digunakan yaitu angkutan pedesaan dengan trayek Majalaya-Sapan yang harus menunggu penuhnya penumpang sebelum bisa berjalan. Hanya Yadi dan aku yang mempunyai sarana kendaraan roda empat. Suatu saat mobil milik Yadi hilang, tak lama kemudian mobil dinaskupun harus kukembalikan karena masa jabatanku sebagai anggota DPRD Kabupaten Bandung berakhir. Akupun beralih menggunakan Vespa antikku. Teman-teman kadangkala harus berpayung daun pisang menembus hujan sambil menunggu angkutan umum yang lewat.

Untuk memelihara semangat juang kami membuat pelbagai acara di kantor. Salah satunya mengundang Megawati untuk datang dan berpidato. Kedatangannya membuat suasana pedesaan menjadi riuh rendah oleh ramainya pengunjung. Megawati memberi semangat bagi para pendukungnya untuk terus berjuang memperoleh kekuasaan dan mewujudkan upaya memperbaiki keadaan agar kehidupan rakyat dapat lebih baik.
Dari kantor itu pula kami sempat memilih perwakilan untuk berangkat ke kongres V PDI di Bali. Yadi karena jabatannya (ex officio ) menjadi peserta kongres. Aku pun dipilih secara aklamasi oleh teman-teman mendampingi Yadi. Adapun Mamat Rachmat dipilih melalui voting. Kami bertiga berangkat ke Bali. Kenyataanya hampir semua pengurus dan ratusan orang lainnya ikut berangkat ke Kongres Bali yang pembukaannya di Lapangan Padang Galak sedangkan kongres berlangsung di Bali Beach Hotel. Bali menjadi lautan manusia berseragam merah hitam selama beberapa hari. Sungguh sebuah peristiwa politik terbesar yang pernah terjadi di negri ini.

Suatu hari Sujana Sobari (kami memanggilnya dengan sebutan Pak Jana, kini telah berpulang ke rahmatullah. Semoga Allah SWT menerima amalnya dan mengampuni dosa-dosanya) memintaku datang ke rumah di luar jadwal pertemuan partai. aku datang pagi sambil berangkat bertugas ke Soreang sebagai wakil rakyat. Kami hanya berbicara empat mata dan dia memintaku untuk mendampingi Yadi karena dia berharap Yadi bisa menjadi “seseorang” yang dapat dia banggakan. Permintaan Sujana itu menjadi amanat yang harus kuemban setidaknya selama aku menjadi pengurus partai di Kabupaten Bandung. Alhamdulillah apa yang Sujana inginkan tercapai. Yadi menjadi angota legislative bahkan menjadi ketua DPRD di Kabupaten Bandung, kemudian menjadi anggota DPRD Provinsi Jawa Barat dan terakhir menjadi Wakil Bupati Kabupaten Bandung mendampingi Obar Sobarna. Belakangan Yadi pecah kongsi dengan Obar dan kemudian maju menjadi calon Bupati bersama Rusna Kosasih sebagai calon wakil Bupati. Suara yang mereka peroleh di bawah perolehan suara Dadang Naser .

Sujana Sobari pernah diminta oleh teman-teman untuk menjadi sesepuh Sunda memberikan senjata Kujang pada Megawati pada sebuap rapat partai di hotel Savoy Homan yang merupakan symbol bahwa Megawati harus tandang makalangan memimpin negeri. Hal itu menjadi kenyataan, Megawati membawa partai memperoleh kemenangan pada pemili 1999 dan dipilih MPR menjadi Wakil Presiden mendampingi Gus Dur, meskipun harus dicalonkan oleh PKB yang ketika itu dipimpin Matori Abdul Jalil. Di perjalanan pemerintahan, MPR mencabut mandate Gus Dur dan Megawati didaulat menjadi Presiden RI. Adapun Sujana sempat menjadi anggota DPR RI dari fraksi PDI Perjuangan dari daerah pemilihan Kabupaten Bandung.

Kantor kandang ayam itu telah melahirkan tokoh-tokoh yang memimpin negeri dan daerah. Aku tak akan pernah melupakannya.