Kamis, 02 Januari 2020

Agum - Nu'man

Pemilihan gubernur periode 2008-2013 sudah di ambang pintu. PDI Perjuangan dengan PKS sudah mulai saling mendekat. Ahmad Heryawan, pimpinan DPRD Jakarta nampaknya bersedia dipasangkan dengan Rudi Harsa Tanaya, wakil ketua DPRD Jawa Barat. Karena itu muncullah istilah Koalisi Merah Putih. Sayang isu ini kempes di tengah jalan. Kelihatannya para petinggi partai di Jakarta belum siap dengan kerjasama PDI Perjuangan - PKS.

Selanjutnya PDI Perjuangan melakukan pdkt ke Gubernur petahana, Dani Setiawan. Tim lobby dipimpin Rahadi Zakaria (anggota DPRD Jabar dari Fraksi PDI Perjuangan). Anggota : Memo Hermawan (Wakil Bupati Garut), Ayi Vivananda (Ketua Fraksi PDI Perjuangan) dan saya (Sekretaris Fraksi PDI Perjuangan). Suatu petang kami bertemu Gubernur di Gedung Sate. Sambil minum teh, kami menawarkan RHT  (Rudi Harsa Tanaya) untuk mendampingi Gubernur dalam pilgub mendatang. Tanggapan gubernur kurang memuaskan. Hasil pembicaraan kami bawa ke Partai. (Pada periode sebelumnya kami sudah memajukan kang Rudi berpasangan dengan pak Tayo. Hasilnya selisih sepuluh suara dari pasangan Dani-Nu'man).

Entah bagaimana, belakangan muncul nama Agum Gumelar menggantikan RHT. Maka dideklarasikanlah nama Agum-Nu'man oleh gabungan partai-partai. Tidak terkecuali PDI Perjuangan. Dengan demikian terdapat tiga pasangan yang berkompetisi dalam pemilihan ini, yaitu Danny Setiawan dan Iwan Sulandjana(DA'I) yang diusung oleh Partai Golkar, dan Partai Demokrat; Agum Gumelar dan Nu'man Abdul Hakim (AMAN) yang diusung oleh PDI-P, PPP, PKB, PKPB,PBB, PBR dan PDS; dan terakhir Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf (HADE) yang diusung oleh PKS dan PAN.

Sejenak muncul optimisme yang kuat di kalangan partai karena figur Agum Gumelar adalah figur yang kuat, lagipula berpasangan dengan Nu'man Abdul Hakim, wakil gubernur dan berasal dari keluarga besar NU. Apalagi didukung oleh tujuh partai. Praktiknya tidaklah mudah, karena tim sukses harus melibatkan ketujuh partai tersebut. Saya termasuk salah satu anggotanya.

Masa kampanye tiba. Ketika itu model kampanye blusukan a la Jokowi belum populer. Kampanye biasanya dilakukan secara terbuka di lapangan sepakbola dengan membuat panggung yang diisi orasi calon dan hiburan musik dangdut. Saya sempat hadir setidaknya di dua tempat yaitu di Kuningan dan Majalengka.

Pemungutan suara dilaksanakan pada tanggal 13 April 2008, untuk memilih Gubernur Jawa Barat periode 2008-2013. Saya dan keluarga memilih di sebuah TPS di Perumnas Bumi Rancaekek Kencana.

Hasilnya Ahmad Heryawan (Aher) dan Dede Yusufdengan perolehan suara sekitar 7,2 juta atau 40,50%, disusul pasangan Agum Gumelar dan Nu'man Abdul Hakim dengan perolehan suara sekitar 6,2 juta atau 34,55%, dan terakhir pasangan Danny Setiawan dan Iwan Sulandjana dengan perolehan suara sekirar 4,5 juta atau 24,95%. Jumlah suara yang masuk sebanyak 18.802.665 dari 26 kabupaten kota. Suara yang sah 17.996.105 dan yang tidak sah 806.560. Dengan demikian Aher dan Dede Yusuf dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2008-2013. Pelantikan dilakukan di Gedung Merdeka, Bandung.

Saya sempat beberapa kali berjumpa dengan Aher dan Dede dalam sidang paripurna DPRD Jawa Barat juga di Gedung Pakuan, rumah dinas Gubernur Provinsi Jawa Barat. Ketika itu saya masih menjabat sebagai pimpinan Komisi D DPRD Provinsi Jawa Barat yang mengurus masalah pembangunan dan infrastruktur.

Agum kembali ke Jakarta. Nu'man kemudian mencalonkan diri menjadi anggota DPD (Dewan Perwakilan Daerah). Demikian pula dengan RHT. Namun keduanya tidak terpilih.