Jumat, 09 April 2021

Pernikahan Idea dan Sandy


 


Tidak berapa lama sejak putriku Idea – di keluarga kami memanggilnya mbak Dea – diterima sebagai pengajar di UGM, datang seorang kawannya sesama dosen, Dr. Sandy namanya, didampingi seorang dosen senior yang juga pejabat dari UGM. Melalui dosen tersebut, Sandy  menyampaikan isyarat akan melamar putriku. Kami  (aku dan istriku) pun memberi isyarat menerima.  

Lamaran.

Tidak berapa lama, pada waktu yang telah disepakati, keluarga mas Sandy datang dari Malang untuk meminang mbak Dea. Dalam rombongan ada ayah, ibu, kakak dan adik Sandy, disertai dengan tantenya. Keluarga kami nyaris lengkap hadir. Dari keluarga Harso Sugiatmo beberapa adikku dan suaminya hadir, ada juga anak-anak mereka.  Dari keluarga Une Hidayat pun demikian.  Awalnya keluarga Sandy kami terima di ruang tamu untuk beristirahat dan minum teh dan menikmati kue, kemudian kami berpindah ke ruang keluarga.

Ruangan kami tata menjadi dua bagian. Bagian pertama berisi sofa untuk dua keluarga, keluarga Rachmat dan keluarga Harjoko. Bagian kedua berisi kursi kursi lipat untuk keluarga besar kami. Mas Tony memasang kamera untuk merekam peristiwa bersejarah tersebut. Bertindak sebagai MC adalah dik Eni, adik istriku.

Acara berlangsung khidmat namun cair diselingi canda tawa. Lamaran dari mas Sandy disampaikan langsung oleh Pak Rachmat, ayahnya. Penerimaan dari pihak  mbak Dea, langsung olehku. Mas Sandy adalah anak kedua pak Rachmat, sedangkan mbak Dea adalah anak kami yang pertama, perempuan satu satunya. Usai penyampaian lamaran dan penerimaan, mas Sandy menyampaikan cincin untuk mbak Dea yang didisain khusus dengan kotak perhiasan yang indah. Acara pun diakhiri dengan doa oleh kang Iman, kakak istriku.

Kami memperkenalkan seluruh keluarga besar kepada keluarga pak Rachmat dan demikian sebaliknya. Setelah itu kami berfoto bersama dan makan bersama. Selepas waktu maghrib pak Rachmat dan keluarga undur diri. Mereka menginap di hotel di kawasan Jatinangor, yang masuk wilayah Sumedang, meski jaraknya hanya sekitar 3 km dari rumah kami.

Keesokah harinya keluarga pak Rachmat pulang ke Malang, kami melepas mereka di bandara Husein Sastranegara.

Pengajian.

Dua hari menjelang hari pernikahan, kami mengadakan pengajian di rumah bertempat di ruang keluarga. Pengajian dimpimpin oleh jamaah majlis taklim asuhan seorang ustad kondang sahabatku dari Riung Bandung. Pesertanya adalah keluarga besar kami dan kaum ibu di sekitar rumah. Dekorasi tempat pengajian sederhana saja, dipan kecil antik diberi latar belakang dedaunan buatan warna hijau yang disorot oleh lampu listrik. Pengajian juga disertai ceramah oleh seorang ustadzah. Pengajian dimulai selepas zuhur dan berakhir menjelang waktu ashar.

Keluarga mulai berdatangan.

Sehari menjelang pernikahan mbak Dea dan mas Sandy, keluarga mulai berdatangan. Mas Samidi dari Surabaya, mas Suyono dan istri dari Bengkulu, mas Wasis dari Pekanbaru, mas Bowo dari Magelang, mas Yanto dari Madiun, mbak Wiwik dari Semarang, bupuh Aris dari Wonosobo . Kemenakanku dari Yogya juga hadir. Keluarga besar Rono dari Bandung juga berdatangan siang itu, om Marsono, mas Nurul, kemenakanku Sumidi, Nah dan Nem. Tentu saja ini peristiwa yang langka.  Aku pun memperkenalkan mereka satu sama lain, karena memang baru sekali ini terjadi pertemuan antara keluargaku dari pihak ayah dan keluargaku dari pihak ibu.

Kami berkumpul mulai selepas dzuhur hingga menjelang tengah malam. Sementara itu para pekerja menyelesaikan panggung dan tenda. Dari WO menyelesaikan tata ruang dan dekorasi hingga waktu subuh.

Hari H.

Pada tanggal 20 Januari 2018, sekitar pukul 07.00 pagi rombongan pengantin pria tiba di di rumah singgah yang hanya terhalang satu rumah dari rumah kami. Rombongan terdiri dari calon mempelai pria Dr. Sandy Budi Wibowo,  didampingi ayahnya Pak Rachmad Yusuf Susanto dan ibunya Bu Titin Budi Prihatiningtyas; kakaknya, mas Tony dan adiknya, mbak Putri. Ikut pula dalam rombongan, tante mas Sandy dari Surabaya. Mereka datang dalam satu mobil Rubicon  yang dipinjami kang Mulyana, direktur sebuah yayasan pendidikan. Rombongan beristirahat di rumah singgah. Calon pengantin dirias dengan adat Sunda, demikian pula dengan ayah dan ibunya.

Sekitar pukul 08.00, rombongan calon pengantin pria bergerak dari rumah singgah ke rumah kami yang berjarak sekitar 50 meter dengan berjalan kaki diiringi rombongan keluarga kami yang sudah menunggu. Aku dan istriku menyambut di halaman dalam. Kami bersalaman dan mengalungkan rangkaian bunga melati ke calon pengantin pria, lalu membimbing mereka halaman rumah dengan diiringi alunan musik gamelan dan mempersilakan mereka duduk di kursi yang telah disediakan.

Saat itu hujan gerimis disertai angin bertiup kencang. Acara dimulai dengan pengantar dari Pak Rachmad , sedangkan  sambutan selamat datang yang disampaikan dik Ahmad Firdaus mewakili keluarga kami. Pembacaan ayat suci Alquran disampaikan oleh dik Somadin. Setelah itu akad nikah dipandu penghulu dari KUA Cileunyi. Akupun menikahkan mas Sandy dengan mbak Dea dengan emas kawin yang sudah ditentukan. Sahlan perkawinan di antara mereka. Bertindak sebagai saksi dari pihak pengantin pria seorang doktor dari UGM dan saksi dari pihak pengantin perempuan seorang Doktor  dari Unpad, Dr Sunardi. Adapun khutbah nikah disampaikan oleh kawanku di DPRD Jabar, seorang ulama yang terkenal, Dr. Saiful Islam.

Setelah  akad nikah selesai, mbak Dea turun dari rumah menuju ke pelaminan untuk mengikuti upacara  adat pernikahan Sunda dilanjutkan ucapan selamat dari hadirin. Sepupu dari Puluhwatu Klaten juga hadir, memberi ucapan selamat, dan kemudian kembali ke Klaten.

Resepsi

Resepsi pernikahan dimulai pada pukul 11.00. Kedua mempelai datang rumah dengan diiringi tiupan saxophone. Kami, kedua pasangan orang tua, menyambut di bawah tangga dan mengantar mempelai ke pelaminan . Para dosen dari UGM dan keluarga kami pun sudah menunggu. Demikian juga sebagian tamu undangan dan tetangga. Mbak Tati, meski menggunakan kursi roda menyempatkan hadir. Kami, kedua pasangan ortu dan mempelai berdiri menerima ucapan selamat dari para tamu. Sementara itu musik mengalun selama acara.

Karena resepsi pernikahan dilakukan di halaman rumah, kemacetan lalu lintas di jalan utama dan jalan kompleks tidak terhindarkan kendari ada beberapa petugas dari Linmas dan juru parkir dadakan ikut mengatur. Karangan bunga dari kolega  dijejerkan di halaman depan rumah dan di pinggir  jalan raya. Menu makanan yang disajikan secara prasmanan sederhana saja, disiapkan oleh vendor relasi dari wedding organizer yang dipilih anakku. Alhamdulillah mencukupi. Kawan-kawan dari partai, dari kampus, dari aktifis kampus, tetangga, teman kerja, saudara baik yang jauh maupun dekat  para politisi dan anggota parlemen, dan  eksekutif, meramaikan resepsi pernikahan.  Tamu terjauh, dik Nani, datang dari Swiss. Ada pula kemenakan, Ezra dan keluarganya datang dari Singapura. Sekjen KBM, Mas Djoko Sugiharto , Prof Nanang dari ITB demikian juga guru besar dari UGM, Ketua STIA Bagasasi Ibu Asrofah beserta para dosen /karyawan, anggota DPRD Jabar Mas Gatot-Dokter Iwan-kang Drajat,   Kepala dan karyawan Puskesmas Cinunuk , Bupati Bandung Barat Yayat T. Sumirat, Pak Mulyana bersama kawan kawan Alumni SPK Immanuel,  Pak Tom Sekretaris DPD BMI Jawa Barat  bersama Pengurus DPP, Sekretaris Desa Cileunyi Wetan, Bhabinkamtibmas dari Polsek Cileunyi , jamaah masjid dan lain lain yang tidak bisa kusampaikan satu persatu. Resepsi pernikahan berakhir pada pukul 14.00. Meski begitu masih masih ada beberapa tamu hadir seperti Dr Mimin, teman kuliahku di S3 UPI dan Mayor AU Supratman. Sampai malam hari masih ada tetangga dan keluarga dari jauh yang datang.

Keesokan harinya Pak Rachmad dan keluarganya pulang. Kami mengantar hingga ke Bandara Husein Sastranegara. Seminggu kemudian mas Sandy dan mbak Dea berangkat ke Yogyakarta.