Kamis, 24 Februari 2022

Opa dan Oma

Setelah lebih dari tiga puluh tahun menikah, anak-anak kami mulai berumah tangga. Mbak Dea menikah dengan mas Sandy, orang Malang. Mas Sidiq menikah dengan Mbak Sherenita orang Jakarta, ayahnya orang Batak dan ibunya orang Jawa dari Pekalongan. Tinggal dik Praja, si bungsu, yang masih belum menikah. Aku sering mengatakan kepadanya, kalau mau menikah kami mendukung, tapi dia mengatakan belum ingin menikah dalam waktu dekat ini.

Tidak lama kemudian kami pun memiliki dua cucu perempuan yang cantik. Cucu yang pertama bernama Shasmaka, putri dari mas Sidiq dan mbak Sherenita. Yang kedua bernama Kanaya, putri dari mbak Dea dan mas Sandy. Shasmaka lahir di Jakarta dan Kanaya lahir di Yogyakarta. Dengan demikian aku menjadi seorang kakek dan Atikah, istriku, menjadi seorang nenek. Cucu-cucu kami memanggil aku Opa dan memanggil istriku Oma. Panggilan Opa Oma ini muncul dari keluarga istriku. Maklum keluarga istriku keluarga yang multi etnis bahkan multi bangsa  dan multi agama. Sebutan opa oma lebih bisa diterima oleh semua.

Bertemu Shasmaka


 

Beberapa bulan setelah mbak Dea melahirkan Kanaya, istriku berangkat ke Yogyakarta untuk waktu yang cukup lama. Kebetulan itu di bulan Ramadan. Jadi istriku sekaligus berlebaran di Yogyakarta. Untungnya mas Sidiq dan mbak Sherenta berlebaran ke Bandung. Itulah pertama kali aku bertemu dengan cucuku Shasmaka. Adapun istri dan anak bungsuku sudah bertemu dengan Shasmaka saat baru saja dilahirkan di Rumah Sakit.

Selama kami menikah, baru kali ini aku melewati hari Lebaran tanpa istriku di rumah. Karena itu kami sebisa-bisa memasak sendiri hidangan untuk lebaran. Untungnya bahan-bahan sudah disiapkan oleh istriku dan sebagian sudah diolah oleh teh Dedeh, yang sehari-hari membantu di rumah. Aku, mas Sidiq, dik Praja dan mbak Sherenita membuat ketupat, memasak opor ayam, dan membuat sambal goreng kentang. Hasilnya tidaklah mengecewakan.

Pada Hari Lebaran, kami pergi tanah lapang di salah satu kantor perhubungan laut milik Dinas Perhubungan Provinsi Jabar di Jalan Nasional yang menghubungkan Bandung dengan Sumedang. Jaraknya beberapa kilometer dari rumah. Kami menggunakan mobil milik keluarga mbak Sherenita. Shasmaka pun ikut bersama kami. Gadis kecil ini pun memakai baju lebaran yang indah dan kepalanya dihias dengan bando berpita.

Setiba di tanah lapang yang beraspal (tepatnya parkiran), kami menggelar sajadah dan ikut bertakbir  tasbih, tahmid dan tahlil bersama jamaah lainnya dari wilayah Cileunyi.  Setelah salat Id dua rakaat secara berjamaan kami mendengarkan khutbah Id dari khatib setempat. Setelah itu kami bersalam-salaman. Sebelum pulang kami berfoto bersama di tanah lapang.

Setiba di rumah kami menikmati hidangan lebaran yang kami masak bersama. Rasanya cukup enak. Setelah itu kami saling mengucapkan selamat lebaran dan bermaaf-maafan sekeluarga.

Keesokan harinya aku ikut mas Sidiq dan mbak Sherenita ke Jakarta bersama Shasmaka dengan menggunakan mobil pribadi. Dik Praja menunggu di rumah. Jalan tol Purbaleunyi dan Cikampek cukup lengang dan lancar. Shasmaka tertidur di pangkuanku.

Saat matahari tergelincir ke Barat, kami tiba di rumah Bu Sri Andini, besan kami. Hari itu keluarga besan mengadakan silaturahmi keluarga. Aku menyampaikan ucapan selamat lebaran dan tidak lama kemudian diantar mas Sidiq ke pool bus Primajasa di Tangerang Selatan. Dengan menggunakan bus Primajasa, aku kembali ke Bandung pada hari itu juga.

Bertemu Kanaya


 

Menjelang perayaan HUT Kemerdekaan RI, 17 Agustus 2019, mbak Dea dan mas Sandy berkunjung ke Bandung bersama Kanaya. Pada saat itulah aku bertemu dengan cucu keduaku. Mbak Dea berlibur agak lama di Bandung. Sekitar satu bulan. Menghabiskan cuti melahirkan. Kami merasa bahagia karena ada suara tangis dan tawa bayi di rumah. Biasanya kami hanya bertiga di rumah. Aku istriku dan anak bungsu. Jika dik Praja pergi, kami hanya berdua saja di rumah.

Alhamdulillah kami dikaruniai dua cucu perempuan yang cantik : Shasmaka dan Kanaya. Mereka sama-sama menarik hati. Rambut mereka juga sama-sama bergelombang. Kini aku seorang opa dan istriku menjadi oma.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar