Sabtu, 02 Agustus 2014

Kota Buaya



SURABAYA adalah pintu gerbang  timur Jawa selain sebagai  kota terbesar kedua di tanah air. Karena karakter penduduknya seperti telah tergambar dalam perlawanannya terhadap kemapanan dan agresor dari luar membuat Surabaya identik dengan  patriotisme.  Novelis Idrus menggambarkannya dengan bagus dalam karya sastranya. Posisinya yang strategis membuat Surabaya menjadi magnet bagi banyak orang terutama dari Indonesia bagian timur. Perpaduan antara posisi geografis, budaya dan sejarah telah membuat Surabaya seperti yang dikenal saat ini.
Mungkin sudah  lebih dari tujuh kali aku mengunjungi  Surabaya, sekedar lewat menuju kota lain di Jawa Timur atau Bali, istirahat di stasiun KA Gubeng untuk mandi dan sarapan,   menginap di rumah paman untuk besoknya berangkat menuju kota tujuan untuk mengikuti tes masuk PTN, datang menghadiri sebuah  seminar,  bertemu dengan pemerintahan setempat,  rendesvouz  dengan teman sekolah atau sekedar transit dan membeli  buku di bandara Juanda. Pernah satu atau dua kali aku datang ke Surabaya dengan menggunakan penerbangan paling pagi dari Bandung dan sorenya sudah tiba kembali di bandara Husein dengan pesawat yang sama. Rasanya seperti mimpi saja. Sesuatu yang tidak pernah terbayangkan di masa lalu. Semua itu menjadi mungkin berkat kemajuan ilmu dan teknologi.
Kota Surabaya semakin hari semakin berkembang dan semakin padat penduduknya. Udaranya pun semakin panas. Namun demikian pemerintah kota selalu berusaha menciptakan kota yang tertib, bersih, disiplin, sejuk, indah, aman dan nyaman. Setiap kita berkunjung ke Surabaya selalu ada sesuatu yang baru yang membuat kita terkesan dan nyaman. Lalu lintas yang padat dan semrawut ditata, bangunan tanpa IMB dibongkar meski sudah menjulang ke langit, sungai dibersihkan dan dijadikan tempat yang nyaman untuk pelbagai aktivitas, taman-taman dibuat sehijau dan seasri mungkin.



Kehidupan malam di Surabaya mungkin masih kalah dari Jakarta dan Bandung, tetapi wisata kulinernya semakin semarak. Bangunan-bangunan tua masih banyak yang terpelihara seperti kantor pemerintah provinsi misalnya. Jembatan merah yang tersohor itu masih berdiri dengan baik.  Pabrik rokok yang terkenal di Surabaya kini dijadikan museum. Sayangnya saham industri rokok telah dikuasai secara mayoritas oleh pemodal asing. Wisata ziarah di masjid Sunan Ampel berdenyut 24 jam sehari, peziarah dari seluruh Jawa bahkan  tanah air dan Malaysia selalu memadati tempat tersebut untuk berdoa di depan makam Sunan Ampel, salah seorang penyebar agama Islam yang legendaris dan biasa dikenal dengan Wali Songo.
Berkunjung ke Surabaya rasanya belum lengkap kalau belum menyebrang ke Pulau Madura melalui jembatan Suramadu (Surabaya-Madura). Melintasi selat menggunakan perahu sudah biasa, tapi dengan menggunakan kendaraan darat melintasi laut rasanya menjadi sebuah sensasi tersendiri. Dalam hitungan menit kita bisa tiba di daratan Madura untuk sekedar melihat-lihat sebentar, traveling, atau membeli buah tangan.  Sensasi menyebrangi selat Madura seperti menyebrang di Barelang (Batam Rempang Galang) dan Penang di Malaysia.




Kembali dari Madura, kita bisa melihat patung Jalesveva Jayamahe, yaitu patung bersosok Komodor Yos Soedarso yang tenggelam di perairan Papua dalam perjuangan merebut Irian Jaya (Papua), di depan pelabuhan Tanjung Perak.  Tiba di darat, tidak jauh dari jembatan Suramadu kita akan melintasi makam Dr Soetomo, tokoh pendiri Boedi Oetomo.




Kini ada satu lagi destinasi di Surabaya, yaitu lumpur Sidoarjo yang biasa dikenal dengan lumpur Lapindo. Lumpur yang menyembur karena human error ini telah meratakan pemukiman penduduk, pabrik-pabrik, pesawahan dll. Menjadi sebuah bendungan lumpur raksasa yang mengerikan. Lapindo adalah sebuah perusahaan dari kelompok Bakrie sebuah holding company milik ARB. Sampai kini belum ada penyelesaian yang tuntas bagi penduduk yang menjadi korban dan mengungsi di sekitar.

Untuk mengobati rasa sedih setelah melihat tanggul lumpur Sidoarjo, pergilah ke Tanggul Angin untuk menggunjungi industri rumahan tas dan sepatu. Ada banyak produk tas, sepatu, jaket, koper, ikat pinggang, topi dari kulit pelbagai binantang dan imitasi. Harganya terjangkau, kuallitasnya baik.
Di antara banyak penginapan di Surabaya ada satu dua hotel yang berkesan, salah satunya adalah hotel Majapahit. Hotel ini dulunya bernama  hotel Yamato milik Jepang yang tersohor itu. Dalam buku-buku sejarah digambarkan para pejuang merobek warna biru  pada bendera Belanda sehingga menjadi bendera merah putih. Peristiwa itu dikenal sebagai insiden perobekan bendera Belanda di  hotel Yamato.  Hingga  kini  hotel Yamato masih difungsikan setelah direnovasi besar-besaran  dengan mempertahankan bentuk arsitektur aslinya. Namanya kemudian  diubah  menjadi Hotel Majapahit. Beberapa perabotan di dalamnya dibuat mirip aslinya, hanya saja beberapa bagian yang konon dulunya terbuat dari emas kini diganti dengan kuningan.



1 komentar:

  1. jika anda ingin merasakan kemenangan di dalam
    bermain togel hbg mbah WOWO di nmr
    (_0853_2888_0180_) jika ingin mengubah nasib
    seperti kami sudah 3 x terbukti trim’s roo,mx
    sobat










    jika anda ingin merasakan kemenangan di dalam
    bermain togel hbg mbah WOWO di nmr
    (_0853_2888_0180_) jika ingin mengubah nasib
    seperti kami sudah 3 x terbukti trim’s roo,mx
    sobat

    BalasHapus