Kamis, 27 Desember 2018

Berkunjung ke Puluhwatu

 


Sudah lama aku mendengar cerita dari ibu dan bupuh-bupuhku bahwa meski mereka tinggal di Ngawi sebenarnya asal-usul mereka dari Klaten tepatnya dari Puluhwatu. Bupuh Arisman sepupu ibu bahkan sempat tinggal di sana. Namun sampai aku dewasa aku belum sempat ke tempat itu. Demikian juga dengan ibuku.

 Pada suatu ketika setelah tahun 2005 aku ditemani kang Permadi ada dalam perjalanan antara Yogya dan Solo. Kebetulan hari masih pagi. Udara cerah dan hangat. Lalu lintas lancar. Kami melewati Prambanan tapi tidak singgah. Kami meneruskan perjalanan menuju Klaten.


 

 Setelah melewati Museum Gula Gondang Winangoen, kami berbelok ke kiri memasuki pesawahan yang ditanami tembakau. Kejayaan tembakau Klaten masih membekas. Sebuah bangunan dari batu berdiri kokoh. Fungsinya sebagai gudang tembakau. Nampaknya peninggalan para pengusaha tembakau Belanda. Kami terus melaju melalui sawah sawah yang mengering beberapa kilometer sampai menjumpai sebuah kantor Koramil (Komando Rayon Militer). Dari situ kami berbelok ke kanan seratus meter dan berbelok ke kiri. Sampailah kami di rumah keluarga ibu dari pihak ibu. Ini adalah pertama kali aku ke situ.


 

Puluhwatu selain nama sebuah pasar juga adalah nama sebuah desa di selatan Gunung Merapi yang masuk ke kecamatan Karangnangka Kabupaten Klaten. Dari situ leluhurku- sebut saja Eyang Puluhwatu-berasal. Dari ketiga anaknya, satu menetap di Puluhwatu sedangkan dua orang ke Ngawi. Satu orang karena diperistri Belanda dan satunya lagi karena mengikuti kakaknya, ialah ibu dari ibuku atau nenekku. Nenek dan kakekku dari pihak ibu berasal dari Puluhwatu. Kakekku dimakamkan di pemakaman umum di desa itu sedang nenekku dimakamkan di Walikukun Ngawi.

 Kini keluarga Puluhwatu menyebar ke berbagai kota (Klaten, Ngawi, Magetan, Madiun, Surabaya, Malang, Kediri, Yogya, Semarang, Cimahi, Bandung, Bandung Barat, Bogor, Depok) bahkan ke berbagai pulau seperti Flores (Maumere) Kalimantan (Pangkalan Bun) dan Sumatra (Riau) hingga ke Singapura. Kami biasanya bertemu jika ada undangan pesta perkawinan.

Lewat tengah hari aku pamit pada keluarga bupuhku. Meski tidak lama aku berkunjung ke Puluhwatu tapi setidaknya aku sudah pernah ke situ.

3 komentar:

  1. Hallo ,sy banyak menulis sejarah Raden Kusuma yuda Puluh Watu ,(Raden Kusuma yuda puluh watu Bapang), *Raden Kusumo Yudo Dilogo Puluh Watu Bapang*. Sy juga sering di istana Sekaran Raden Kusumo yudo Dilogo puluh watu. Sy juga 18 th di kota metro,lampung. Sy di bandung~di cileduk~jkt-kembali ke Prambanan~jogja~di klaten~(sy sudah keliling pulau indonesia~jika anda ingin sejarah untuk putra,anak cucu~dll~bisa mencari sy ,dipanggil. @TIO AJISAKA nomor hp selalu aktife dan tidak pernah ganti 0816682854

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya termasuk keturunan Radsn Kusuma Yuda puluhwatu

      Hapus
  2. Aku selalu Berkarya Cipta,Rasa &Karsa. (*mencipta lagu sudah 802 lagu ,tapi belum ketemu sahabat yg mencintai seni &budaya luhur. Nomor hpku hanya 0816682854 . Semua genre aku masuki untuk membuat sejarah abadi sebagai peninggalanku. 1000 kebaikan,yg luhur agar menjadi suri tauladan kebaikan untuk semua alam. Hanya Dengan kejujuran ini, aku meyakini pasti akan ada pahlawan yg memberi jalan untuk semua harapanku,harapan ksatria sejati. 0816682854

    BalasHapus