Sabtu, 19 Januari 2019

Bunaken Tempat Wisata Berkelas Dunia

Bunaken adalah suatu tempat wisata laut--khususnya untuk menyelam--yang terkenal di dunia. Letaknya di Indonesia tepatnya si Sulawesi Utara. Nah kesanalah aku jadinya. Sekitar tahun 2005. Untuk sampai ke Bunaken aku harus ke Menado terlebih dahulu. Maka aku dan beberapa kawan berangkat dari Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, menuju Bandara Sam Ratulangi menggunakan pesawat low cost carrier. Aku sudah lupa apakah itu penerbangan non stop atau memerlukan transit di Surabaya dan Makasar, yang kuingat siang itu kami tiba di Bandara Sam Ratulanggi. Masih terpatri dalam ingatanku saat mendarat terlihat olehku landasan pacu dikelilingi pohon nyiur melambai di kejauhan, mengingatkanku pada Bandara Colombo di Srilangka. Selain itu tempat kedatangan dan keberangkatan Bandara Sam Ratulangi dipenuhi ornamen khas ukir-ukiran dari kayu berciri Minahasa sehingga memberi kesan unik. Setelah keluar dari bandara kami menyempatkan makan siang di sebuah restoran yang bangunannya terbuat dari kayu, tidak jauh dari bandara. Restoran ini menyajikan makanan khas Minahasa seperti berbagai macam olahan ikan dengan bumbu rempah yang pedas. Suasana Menado sudah mulai terasa saat bertemu orang-orang sejak di bandara hingga restoran. Mereka pada umumnya berkulit kuning berbeda dengan kulit kami yang kecoklatan. Bahasanya mirip bahasa Melayu dengan dialek yang khas. Setelah makan siang kami hendak bertemu dengan para pemangku kepentingan. Di perjalanan kami melihat patung Yesus yang sangat besar di suatu bukit seperti sebuah tanda bahwa Menado memang kota yang mayoritas penduduknya beragama Kristen. Meski begitu kami bisa menemukan masjid di tepi jalan saat hendak melaksanakan shalat Dzuhur dan Ashar. Saat bertemu dengan para pejabat provinsi Sulawesi Utara dan para stakeholders (pemangku kepentingan) seperti organisasi lingkungan hidup, LSM dan pemerintah desa, kami mendapat beberapa informasi bagaimana mereka melakukan upaya untuk menyelamatkan lingkungan hidup Bunaken. Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara membuat Perda (Peraturan Daerah) yang memberi peran kepada Pemerintah Desa untuk menjaga kelestarian ekosistem laut Bunaken. LSM-LSM termasuk NGO dari luar negri ikut terlibat dalam penyelamatan dan pelestarian Bunaken. Masalah yang muncul di Bunaken adalah rusaknya terumbu karang akibat aktivitas ekonomi yang tidak mempedulikan kelestarian alam. Terumbu karang Bunaken merupakan salah satu yang terindah di dunia. Banyak orang dari dalam dan luar negri datang menyelam untuk melihat keindahan terumbu karang yang merupakan habitat dari bermacam-macam ikan yang indah dan langka. Kini terumbu karang tersebut rusak oleh peralatan dan bahan-bahan kimia yang digunakan oleh para nelayan. Dengan menggunakan boat kami melakukan short trip (kunjungan singkat) ke laut Bunaken. Kami berangkat dari dermaga Menado menuju Pulau Menado Tua di mana Bunaken berada. Dari jauh gunung di Menado Tua nampak sangat indah. Boat yang kami tumpangi berhenti di perairan Bunaken. Tanpa menyelam kami bisa melihat dasar laut karena pada dasar boat diberi semacam jendela dari kaca. Dari situ kami bisa melihat keindahan terumbu karang dan ikan-ikan berwarna-warni bermacam bentuk sedang bersliweran. Sungguh pemandangan bawah laut yang luar biasa indahnya. Setelah puas menyaksikan pemandangan bawah laut Bunaken, boat bergerak kembali ke Menado. Dalam perjalanan, kami memang melihat boat dari coast guard (penjaga pantai) berpatroli di pantai Bunaken. Dengan menggunakan pengeras suara para pengawas pantai menegur orang-orang yang dianggap tidak peduli pada keselamatan ekosistem. Mereka berasal dari desa-desa di Bunaken. Sore itu kami tiba di dermaga Menado. Kami pun menikmati suasana Boulevard, suatu tempat hang out yang terkenal di kota Manado. Ada anekdot Menado terkenal dengan 3B nya yaitu Boulevard, Bubur dan Bibir. Boulevard tempat berkumpulnya orang Menado terutama di sore dan malam hari. Letaknya di tepi pantai. Bubur Menado terkenal karena bahan dan cita rasanya. Bibir menggambarkan kecantikan gadis-gadis Menado. Tapi yang selalu kuingat adalah pisang koreng kipas di samping hotel tempatku menginap . Pisang goreng yang dimakan dengan saus sambal pedas. NGO (non governmental organization) luar negeri memang sungguh aktif berkampanye untuk kelestarian alam Bunaken. Di lobby hotel mereka memasang poster untuk menggalang dana. NGO ini berpusat di Jerman. Jadi penyelamatan Bunaken sudah menjadi isu internasional. Saat hendak kembali ke Jakarta, aku sempat berkeliling di bandara yang cukup ramai. Aku menemukan beberapa buah buku karya penulis setempat. Ada dua atau tiga buku kubeli. Salah satunya mengenai kapitalisme lokal orang Bugis Mandar Makasar.Keinginanku untuk menyebrang ke Davao tak menjadi kenyataan karena lupa membawa paspor. Kini di era Presiden Jokowi ada pelayaran kapal roro Davao (Filipina) - Bitung (Indonesia). Aku ingin sekali mencoba pelayaran ini. Sudah terbayang olehku keindahan laut sepanjang pelayaran ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar