Sabtu, 16 Mei 2020

Pertemuan Terakhir Dengan Taufik Kiemas

Menjelang sidang promosi doktor di UPI aku mulai mengajar kembali di STIA Bagasasi. Aku juga menjadi salah seorang pengurus PA GMNI (Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) Jawa Barat.

Pada suatu ketika ada Rakerda PDI Perjuangan Jawa Barat di Hotel Papandayan. Dr. Djoemad Tjiptowardojo, ketua PA GMNI Jawa Barat yang juga Ketua STIA Bagasasi mengundangku untuk bertemu dengan Taufik Kiemas (TK), suami Megawati Sukarnoputri yang merupakan ketua MPR RI

Siang itu aku berkendara dari Cileunyi ke arah Jl. Gatot Subroto. Dekat dengan hotel Papandayan, bendera partai sudah banyak dipasang di kiri kanan. Sebelum masuk aku berhenti di pinggir jalan dan menelpon. Karena belum ada kawan yang hadit akupun meninggalkan tempat.

Tak lama kemudian Bang Suhunan memberitahu kalau acara akan segera dilaksanakan. Akupun segera bergegas ke hotel, memarkir mobil dan menuju lobby. Pak Djoemad sudah di sana. Sambil menunggu Bang TK yang masih memberi ceramah di Rakerda partai, aku melobby Pak Djoemad untuk memuat paperku dalam jurnal Administrator. Berhasil dan naskah aku sampaikan lalu aku mendapat tanda terima.

Bang TK keluar ruangan diikuti bung Helmi. Kami pun segera mwngikuti beliau ke restoran untuk makan siang dalam satu round table untuk beberapa orang. Makanan segera disajikan, Bang TK menyilakan kami. Kamipun tidak menyia-nyiakan kesempatan makan siang menu a la hotel dengan table manner nya. Kesempatan langka bertemu dengan orang nomor tiga di RI dan juga tokoh partai.

Sambil makan bung Andreas memperkenalkan kami satu persatu : Prof NTP, Dr Djoemad, bang Suhunan, bang Syarif Bastaman, kang Ayi Vivananda, teh Ai Supriyati, bung Harry, mas Djoko Ariyanto dan mas Petrus. Bang TK menyapa kami satu-satu. Waktu bung Andreas mengatakan kalau aku mengambil program doktoral di UPI, beliau berkomentar, "oh yang di Jl. Setiabudi ya. Mahasiswinya cantik cantik." Kamipun tertawa.

Saat itu bang TK menyinggung soal partai dan kang RHT serta perlunya menyiapkan pemimpin partai di Jawa Barat. "Sebaiknya Guru seperti pak Slamet Mulyadi," katanya. Alasannya guru bisa membimbing dan bisa menerima berbagai perilaku manusia. Begitu kira-kira. Mendapat sinyalemen demikian bang Suhunan mulai pasang aksi mempromosikan pak Djoemad.

Tidak lama, bang TK pamitan dan kembali ke Jakarta. Kami pun bubar. Ternyata itu adalah pertemuanku yang terakhir dengan bang TK.Tidak lama kemudian beliau wafat di Singapura.

Adapun pak Djoemad tidak menindaklanjuti pembicaraan di Hotel Pampandayan itu. Belakangan kang Tb. Hasanuddin, anggota DPR RI dan ex sekpri Presiden RI ditunjuk oleh Megawati menjadi Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat tanpa melalui Konferda. Alasannya tidak begitu jelas bagiku. Ada info kang RHT terkena masalah yang menyinggung norma kesusilaan.

Waktu hal ini kusinggung saat bertemu pak Djoemad, ia hanya senyum senyum saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar