Rabu, 19 Oktober 2022

Dari Ngajak Hejo Hajat Lembur Sampai Leuweung Pajajaran

 

Program Ngajak Hejo

Sepulang menghadiri pernikahan alo dari keluarga Arisman (Cipatik, Soreang) di Tegal, keesokan harinya yaitu hari Selasa, 12 November 2019, saya sudah ditunggu kawan-kawan di Cimaung, Bandung Selatan. Membayangkan jalan pegunungan yang terjal, saya membawa mobil yang tenaganya lebih joss. Senyampang satu arah, saya singgah dulu di rumah mertua di Banjaran, mengantar kesayangan, bersilaturahmi dan ikut makan siang. Kakak tertua membuatkan sepiring lotek yang nikmat. Ditemani kurupuk dan segelas teh panas, makan siang terasa sempurna.

(Dari rumah inilah saya memperoleh dukungan politik yang penting, yaitu dari bapak mertua dan keluarga besarnya se desa Kiangroke dan Jagabaya bahkan hingga Soreang. Keluarga bapak beragam dari petani hingga menak, santri hingga abangan, kopral hingga jendral, kiai desa hingga PBNU, Islam sampai Kristen, guru hingga pengusaha, pns hingga kades, pribumi hingga bule, pemain kasidah hingga dangdut, PDI Perjuangan hingga Golkar dan PKB. Komplit. Kini Bpk dan Ibu mertua telah tiada. Hanya doa bisa saya persembahkan ).

Sekitar pukul 14.00 saya tiba di Cimaung. Kang Rudi, kang Kely, kang Andri dan ayahnya, kang Ujang sudah menunggu. Tak lama kemudian kang Anan hadir. Kamipun ngobrol sambil ngopi menunggu datangnya truk yang membawa bibit tanaman. Ini ide kawan-kawan : melakukan gerakan penanaman di lahan kritis yang dinamakan "Ngajak Hejo" sekaligus mengugah ingatan akan perjalanan politik Sukarno di Bandung Selatan yang dinamakan "mata air Pancasila".

Sekitar pukul 17.00 truk pengangkut bibit tanaman keras datang. Kamipun beranjak pergi ke Pangalengan (sekitar 30 km dari Bandung). Dalam perjalanan hujan pun turun dan hari mulai gelap. Menjelang isya kami tiba di kota Pangalengan. Dari sana mengambil arah ke Situ Cileunca hingga akhirnya tiba di Kantor Desa Sukaluyu.

Meskipun sudah malam, kantor desa masih terang benderang. Pak Kades dan jajarannya beserta Gapoktan masih menunggu. Kami disuguhi kopi Malabar. Setelah memperoleh informasi mengenai kehidupan desa secara menyeluruh kami pun mulai menyerahkan bibit tanaman keras : kayu maupun buah-buahan. Sekitar 4.500 bibit diterima oleh Pak Kades dan Ketua Gapoktan. Bibit itu akan dibagikan kepada para petani dan ditanam di lahan mereka maupun lahan milik umum.

Dari Kantor Desa Sukaluyu kami singgah di rumah Ketua PAC PDI Perjuangan untuk bersilaturahmi dan memantau perkembangan pilkades. Dari sana kami langsung meninggalkan Pangalengan menuju Cimaung menurunkan kawan kawan. Karena sudah larut malam saya langsung pamit menuju Banjaran kemudian kembali ke rumah melalui Baleendah dan Bojongsoang.


Survey Lokasi Penghijauan

Pagi di hari Sabtu, 7 Desember, saya meluncur memasuki jalan tol Padaleunyi (Padalarang Cileunyi), memasuki jalan tol Soroja (Soreang Kopo Pasirkoja) dan ke luar di di depan Masjid Al Fathu, Soreang. Saya memarkir kendaraan di komplek DPRD Kabupaten Bandung dan pindah ke mobil kang Dentarsa. Bertiga bersama dr Rini kami menuju arah Ciwidey. Tujuan kami adalah vila Eyang Memed di Desa Cibodas Kecamatan Pasirjambu.

Saat tiba di sana, kang Ono Surono, kang Tom Maskun, dan teh Nia Purwakania sudah di tempat. Kemudian teh Sofie datang. Kami segera bergabung dan menikmati sajian kopi Bandung plus kudapan setempat seperti singkong jagung dan kacang rebus. Kami mendengarkan paparan Eyang soal krisis lingkungan hidup di Sub DAS Citarum.

Kami berkumpul di Pasirjambu dalam rangka menyiapkan kegiatan program hutan untuk peradaban yang digagas oleh DPD PDI Perjuangan Jawa Barat.

Setelah melihat koleksi tanaman Eyang, kami meluncur ke arah Badiklat Kemenhub. Di depannya ada lapang sepak bola dan tanah desa. Ke situlah kami menuju. Rencananya tempat ini nantinya akan kami jadikan lokasi penanaman pohon. Dari sana kembali ke rumah Eyang untuk makan siang.

Usai waktu dzuhur, dengan mengendarai 4 mobil kami meluncur ke arah kota Ciwidey hingga desa Alam Endah. Dari situ berbelok ke kiri memasuki hutan dan perkebunan. Ada beberapa spot untuk kegiatan outdoor seperti untuk motor trail dan bersepeda gunung. ( Kebetulan hari itu ada lomba motor-cross di sekitar Gambung dan pertemuan para motor crosser di lapangan Upakarti, Soreang).

Perjalanan memasuki kawasan hutan Gunung Tilu, perbatasan antara Ciwudey dan Pangalengan. Dari tepi jalan hutan nampak lebat tapi menurut informan di bagian dalam hutan sudah mulai ditebangi dan dijadikan kebun sayur. Saat itu hujan turun deras. Kami terus berkendara dalam kawasan hutan. Di sana sini terdapat tanda "lintasan macan."

Akhirnya kami tiba di sebuah perkebuban teh di mana terdapat lokasi pembangkit listrik tenaga uap (geothermal) dan lokasi yang akan kami hutankan kembali.

Dari kawasan Gunung Tilu, saya bersama kang Tom dan kang Dadi melanjutkan perjalanan mengirari Gunung Patuha. Beruntung hujan mereda dan tinggal menyisakan gerimis. Kami seperti berada di atas awan. Di bawah sana hamparan lembah hijau yang luas dilapisi kabut. Sungguh pemandangan alam yang mempesona.

Hari mulai petang ketika kami turun meninggalkan kawasan hutan Gunung Tilu. Kami langsung menuju Soreang dan berpisah di kantor pemerintah kabupaten Bandung. Kang Tom melanjutkan perjalanan ke Cisewu. Saya mengambil kendaraan dan segera melaju memasuki jalan tol Soroja. Kafe kafe di Soreang mulai ramai. Kendaraan dari arah Bandung mulai padat. Maklum ini malam Minggu.

Hajat Lembur

 



Hari Senin, 23 Desember 2019. Teh Sofi dkk dari DPD PDI Perjuangan Jawa Barat mengadakan hajat lembur di Desa Cibodas Kecamatan Pasirjambu. Saya dan mas Dwi pun berangkat ke sana. Memasuki jalan tol Soroja yang lengang, jalan by pass Soreang, memasuki jalan provinsi Bandung-Ciwidey, berbelok kiri ke arah Gambung, saya melihat bendera partai sudah dipasang di tiang bambu yang masih hijau di kiri kanan jalan, memandu saya ke tempat acara. Saya memasuki kebun Eyang Memed dan menunggu Kang Ono lalu bersama-sama menuju lokasi Hajat Lembur.

Saat tiba, ada upacara penyambutan dengan tarian pencak silat. Wakil Sekjen DPP PDI Perjuangan, Sadarestu, dan Kepala Baguna serta para undangan sudah memenuhi tenda. Acara segera dimulai. Ada sambutan dari teh Sofi, kang Ono, Eyang Memed dan bu Sadarestu. Inti dari sambutan mereka adalah mengenai pentingnya hutan bagi kelangsungan ekosistem di DAS Citarum dan upaya partai dalam menjaga kelestarian alam melalui penanaman pohon di hulu dan hilir Sungai Citarum.

Setelah pembukaan dengan memukul perkusi oleh Sadarestu, Ono Surono dan saya, acara Hajat Lembur berlanjut dengan gelar budaya dengan menampilkan pembacaan rajah, tarawangsa, longser, pencak silat dan pertunjukan dari Pertuni. Ada pula simbolis pemberian bibit tanaman kepada ibu dan anak.

Acara pokok yang dinanti tiba, yaitu menanam pohon. Para undangan meninggalkan tenda menuju ke tanah lapang, masing-masing menanam sebatang pohon, bersama ibu dan anak dari lingkungan setempat, senyampang menyambut Hari Ibu. Ribuan pohon ditanam di tanah desa pada hari itu. Di sela-sela tegakan pohon ditanmi dengan tumpangsari berupa sayur sayuran. Semua merasa senang bisa ikut menanam di hari yang cerah dan di lingkungan yang indah itu.

Usai acara menanam, ada sarasehan mengenai Leuweung Pajajaran yang dipandu kang Rahmat. Kang Ono, Eyang Memed dan saya menjadi narasumber. Sarasehan diakhiri dengan deklarasi menyelamatkan hutan sebagai sumber peradaban.

Saat meninggalkan tenda, di halaman disajikan pertunjukan istimewa, lais. Lais adalah seni akrobatik tradisional Sunda. Aktornya menunjukkan kebolehan akrobatiknya di atas sebuah tambang yang terbentang di atara dua tiang bambu. Sungguh pertunjukan yang mendebarkan.

Sebelum pulang kang Ono dan saya memberika  wawancara untuk TVRI. Itu masih berlanjut di tempat Eyang Memed. Tim TVRI meliput kegiatan Eyang dalam memuliakan tanam-tanaman langka, termasuk yang endemik di pegunungan Bandung Selatan.

Persiapan Pencanangan Leuweung Padjadjaran 



Rabu, 22 Januari 2020, DPD PDI Perjuangan berkunjung ke DPC PDI Perjuangan Kabupaten Bandung di Jl. Jaksa Naranata No. 10 Baleendah untuk melakukan rapat kordinasi persiapan pelaksanaan pencanangan Leuweung Pajajaran, langsung dipimpin kang Ono Surono (ketua), kang Ketut Sustiawan (sekretaris) dan teh Nia Purwakania (wakil bendahara). Hadir pula teh Sofi, kang Tom kang Apriyanto (organizing commitee) serta kang Yadi Srimulyadi (anggota DPR RI). Dari DPC PDI Perjuangan ada ketua sekretaris dan bendahara beserta para wakilnya. Juga pimpinan dan para anggota DPRD Kabupaten Bandung dari Fraksi PDI Perjuangan. Dihadirkan pula para pengurus PAC dan PR dari dapil 1 (Rancabali, Ciwidey, Pasirjambu, Kutawaringin dan Soreang). Demikian juga dengan para bakal calon bupati dan wakil bupati Kabupaten Bandung, saya dan teh Yena. Sementara kang Dimyati diwakili kang Usep. Para bakal calon bupati/wakil bupati akan mengerahkan masing masing 300 orang dan dari 7 anggota DPRD Kabupaten masing masing mengerahkan 150 orang. Dari DPR RI dan DPRD Provinsi masing masing 100 orang. Dengan demikian ada sekitar 2000 orang yang dilibatkan.

Kesimpulan dari rakor adalah bahwa pada tanggal 2-2-2020 akan dilakukan penanaman pohon oleh ibu Megawati Sukarnoputri dalam rangka Pencanangan Leuweung Pajajaran di Gunung Tilu yang berada dalam komplek PPTK Gambung, Pasirjambu, Kabupaten Bandung, diikuti oleh penanaman pohon di sembilan kota dan kabupaten lainnya yang termasuk dalam sub DAS Citarum yakni Cimahi, Bandung, Bandung Barat, Sumedang, Garut, Cianjur, Purwakarta, Bogor, Karawang dan Bekasi. Di luar sub DAS Citarum, semua DPC PDI Perjuangan juga melakukan hal yang sama pada waktu yang sama secara serentak. Penanaman pohon masih berlangsung selama bulan Februari hingga Maret di lahan kritis yang ada. Bibit tanaman diperoleh dari instansi pemerintah, swasta dan masyarakat. Pada acara di Gunung Tilu juga akan diadakan pergelaran kesenian dan pembagian paket bahan pangan yang biasa disebut sembako bagi bagi 1.000 keluarga yang membutuhkan.

Pencanangan Leuweung (Hutan) Pajajaran direncanakan tidak hanya di hulu sungai Citarum (Kabupaten Bandung), melainkan di DAS (Daerah Aliran Sungai) Citarum meliputi Kabupaten Sumedang, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, Kota Cimahi Kabupaten Canjur, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor. Maka pada tangal 29 Januari DPD PDI Perjuangan Jawa Barat berkordinasi dengan kesepuluh DPC PDI Perjuangan di daerah tersebut. Dari DPD diwakili teh Sofi dan kang Tom. Dari DPC diwakili oleh para wakil ketua atau ketua panitia. Karena komando pencanangan dilakukan di Kabupaten Bandung maka saya memimpin sendiri delegasi sebanyak empat orang (saya, kang Henhen, kang Andri dan kang Asep). Karena banyak membahas masalah teknis seperti menentukan lokasi, mencari bibit pohon, jumlah dan distribusi pohon, pengangkutan pohon dan lain lain maka pembicaraan berlangsung cukup memakan waktu. Selain menanam pohon, kami dari kabupaten Bandung bertanggung jawab mendatangkan 1000 warga penerima bantuan pangan dari Kemensos, menggerakkan 2000-3000 partisipan dan memasang sekitar 1500 bendera partai dari pintu keluar tol Soroja di Soreang hingga lokasi kegiatan di PPTK Gambung, Pasirjambu.

Tanggal 31 Januari, Baguna sudah bersiap di lokasi untuk membuat dapur umum yang ditargetkan menyediakan sekitar 3000 paket makan siang bagi tamu undangan. Lewat tengah malam Kang Asep dan kang Andri mulai memasang bendera partai. Regu 1 bergerak dari pintu tol Soreang ke arah Ciwidey dan regu dua bergerak dari Pasirjambu ke PPTK Gambung. Tenda dan panggung dengan kapasitas 2000 kursi juga mulai dipasang di halaman PPTK Gambung yang cukup luas.

Tanggal 1 Februari tenda sudah terpasang dan sudah siap untuk general repetition (gladi bersih) yang langsung dipimpin ketua DPD PDI Perjuangan. Kang Acil dan kang Syam Bimbo ambil bagian.

Pencanangan Leuweung Padjadjaran 


 

Sejak pagi undangan telah memenuhi tenda. Musik juga sudah dimainkan. Tamu tamu sudah berdatangan dari Jawa Barat bahkan dari seluruh penjuru tanah air. DPP PDI Perjuangan nyaris hadir seluruhnya demikian pula anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan. Ketua Umum diwakili oleh Sekjen DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto. Ibu Risma, Pak Jarot dan Bu Ribka Tjiptaning juga hadir. Beberapa bupati dan walikota Jawa Barat hadir. Menteri Sosial juga hadir. Setelah Gubernur Jawa Barat hadir acara pun dimulai. Kang Ono Surono membacakan sebuah puisi tentang alam yang menyentuh. Setelah Kang Emil memberi sambutan, Sekjen membuka secara resmi Pencanangan Leuweung Pajajaran.

Setelah pergelaran kesenian dari para seniman Bandung termasuk Bimbo, serta penyerahan bibit tanaman kepada para undangan, serta penyerahan bahan pangan dari Mensos kepada masyarakat sekitar, acara dilanjutkan dengan menanam pohon di sekitar hutan. Setiap orang diberi satu pohon untuk ditanam. Saya menanam pohon picung atau kluwek (pangium edule). Penanaman di kawasan hutan Gunung Tilu ini diikuti penanaman secara serentak di Jawa Barat bahkan di seluruh tanah air.

 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar