Rabu, 19 Oktober 2022

Rakernas I PDI Perjuangan

 Bertolak ke Jakarta


 

Tahun berganti. Selamat datang tahun 2020. Sehari setelah tahun baru kami sudah memulai agenda partai di Bandung. Hari kamis pagi, 9 Januari, hujan turun deras. Saya menunggu kang Luthfi di beranda rumah, dengan satu koper pakaian. Kami akan berangat ke Jakarta. Rencananya beberapa hari di sana. Tak berapa lama menunggu, kang Luthfi datang. Saya masuk ke dalam mobil yang langsung memasuki pintu tol Cileunyi dan keluar di Buahbatu. Kang Dentarsa Denni sudah menunggu untuk bergabung. Pas empat orang dalam Mercedez Benz hitam. Hujan mulai mereda. Kami kembali memasuki jalan tol ke arah Pasirkoja dan berbelok ke kiri ke arah Soreang melalui tol Soroja. Kami singgah di kantor DPRD Kabupaten Bandung. Teman teman anggota Fraksi PDI Perjuangan telah menunggu. Kami singgah sebentar untuk ngopi.

Dari Soreang kami berangkat bersepuluh dalam satu mobil. Di depan kang Dadan Konjala dengan supir. Di bangku kedua saya dengan teh Juwita. Di bangku ketiga kang Henhen, kang Denni dan kang Yayat. Paling belakang kang Erwin, kang Dadang dan kang Lutfi. Berangkatlah kami ke Jakarta melewati jalan tol.

Dari tol Soroja kami berbelok ke kiri memasuki tol Padaleunyi. Hujan gerimis sepanjang perjalanan. Bukit bukit di kiri kanan jalan selepas kota Padalarang dilapisi kabut tipis. Jalan basah dan licin. Pak Kasep mengemudi dengan tenang dan lembut dengan kecepatan di bawah 100 km per jam. Saya tak pernah bosan memandangi panorama alam Parahyangan. Di rest area KM 88 (?) kami berhenti untuk beristirahat dan salat, minum teh atau kopi ditemani kudapan yang tersedia.

Hujan mulai reda, kami melanjutkan perjalanan. Gerimis tipis. Jalan basah. Kang Dadang dihinggapi dilema. Ia akan menikahkan putrinya, tapi agenda partai mengharuskannya ikut ke Jakarta. Ditambah cuaca pancaroba membuat daya tahan tubuhnya menurun. Dalam perjalan ke Jakarta ia mulai mual mual.

Keluar di Halim kami terjebak kemacetan di Cililitan tapi segera menemukan jalan ke Kemayoran lewat Rawamangun. Suasana ulang tahun partai mulai terasa. Bendera partai dan spanduk spanduk menyambut Rakernas banyak dipasang di pinggir jalan protokol. Akhirnya kami sampai di komplek JIEXPO di mana Rakernas I PDI Perjuangan akan diselenggarakan.

Setelah melakukan registrasi, menerima ID Card dan materi Rakernas kami melakukan kunjungan singkat ke venue pembukaan Rakernas yang akan dilakukan keesokan harinya. Kami segera meninggalkan lokasi untuk mencari klinik terdekat. Kondisi kang Dadang harus segera mendapatkan penanganan medis.

Malam itu saya memutuskan untuk memulangkan kang Dadang karena kondisi kesehatannya tidak mengizinkan untuk mengikuti acara yang memakan waktu lama dengan agenda yang padat.

Saya dan kang Hen Hen Asep Suhendar meninggalkan penginapan menuju Ancol. Kang Ono Surono mengundang para KSB DPC PDI Perjuangan se Jawa Barat untuk kordinasi. Acara didahului makan malam. Namun suasana berlangsung hambar. Berita berita terkait penangkapan komisioner KPU rupanya terkait dengan penangkapan beberapa orang staf kesekjenan. Suka suka tidak suka mempengaruhi suasana malam itu. Meski demikian Kang Ono mengajak semua untuk lebih meningkatkan semangat perjuangan.


 

 Pembukaan Rakernas

10 Januari. Pukul 09.00 sekitar 4000 peserta Rakernas 1 PDI Perjuangan sudah mulai memasuki halaman parkir. Kami mengantri di pintu pintu masuk untuk mencatatkan kehadiran dengan memindai barcode yang ada pada id card dan melewati metal detector di pos provinsi masing-masing. Dari situ peserta harus berjejalan menuju hall utama. Beruntung cuaca mendung sehingga panasnya kota Jakarta tak begitu terasa. Sebagai gantinya ada gerimis. Tak urung gerimis membasahi para peserta. Akibatnya belakangan banyak peserta yang menurun kondisi fisiknya. Memasuki hall masih ada satu lagi penjagaan oleh paspampres melalui metal detector. Akhirnya saya berhasil ke lobby. Sebelum menunjukkan id card kedua kali saya berkeliling ke stand Borobudur yang menjelaskan secara detil arsitektur dan relief yang ada di Borobudur dengan penjelasan mengenai arti dari bangunan dan relief tersebut yang setiap penampangnya memuat sastra yang menggambarkan ajaran atau kebijakan tertentu. Saya mempelajari dengan seksama dan memotret bagian yang saya anggap penting. Lalu saya memasuki ruangan untuk gladi bersih. Menjelang pukul 11.00 gladi bersih selesai, saya masih sempat ngobrol dengan beberapa kawan dan makan siang hokben yang diedarkan oleh Komunitas Juang dari Jawa Tengah. Usai makan saya bergegas ke luar mencari tempat salat Jumat dan mendapatkannya di Lantai 4 Gedung Eksebisi di bagian lain Jiexpo. Para peserta lain sudah memenuhi mushola. Sekitar pukul 12.00 salat Jumat dimulai. Jamaah sebagian besar berbaju merah.

 


 

Lewat tengah hari petinggi petinggi negri berdatangan ke tempat acara pembukaan Rakernas. Presiden ke 5 dan ke 7. Wapres dan wapres wapres sebelumnya. Pimpinan lembaga tinggi negara. Juga para pimpinan partai, internal dan eksternal. Para menteri termasuk Menhan. Acarapun dimulai. Barisan pembawa panji panji partai memasuki ruangan. Menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Mengheningkan cipta dipimpin oleh Sekjen. Membacakan teks Pancasila oleh Ibu Risma. Dedication of Life Bung Karno dibacakan Kang Ono. Lalu menyanyikan lagu Mars dan Hymne PDI Perjuangan. Sambutan disampaikan oleh Ketua Umum. Ada pementasan sendratari dari seluruh Nusantara. Presiden Jokowi menyampaikan sambutan. Kemudian dilanjutkan dengan lagu lagu dari Edo, Harvey, Lita dkk. Terakhir ada Didi Kempot maka meriahlah suasana. Acara kemudian ditutup dengan doa oleh Prof Nazaruddin didampingi para petinggi umat beragama yang ada di Indonesia.

Tepat di belakang tempat duduk saya, bung Erico menjadi nara sumber bagi siaran langsung sebuah teve nasional. Saya bertegursapa dan berpelukan lalu saling mendoakan. Tak lama kemudian bang Ara lewat. Sayapun bersalaman dan berpelukan lalu saling mendoakan. Berikutnya RI 1 lewat. Kami sempat berfoto bersama. Tapi saya tidak tahu siapa yang memoto

Kami pun berpisah. Kaki saya melangkah menuju ruang pameran rempah Nusantara hendak melihat melihat stand rempah teh Gita sekaligus mempromosikan ke kawan kawan saya. Tak lama berselang Ibu Ketua Umum hadir didampingi mas Prananda mas Pramono dan mas Hasto. Ibu Megawati menghidu teh dan kopi yang dipamerkan. Teh Gita memberi cindera mata. Pret pret pret. Mat kodak beraksi. Ketua Umum berlalu ke stand yang lain. Kami berfoto selfi dengan mas Hasto.

Setelah waktu isya, Rakernas berlanjut dengan mendengarkan pidato dari Ibu Puan Maharani, Ketua DPR RI, hingga larut malam. Sejak RI merdeka baru kali ini ada Ketua DPR RI seorang perempuan dan anak seorang presiden yang juga seorang perempuan.

Rakernas diskors untuk dilanjutkan keesokan harinya. Kami berdelapan dari Kabupaten Bandung menuju ke tempat parkir mencari mobil jemputan yang mengantarkan kami ke penginapan.

Hari Kedua

Rakernas 1 PDI Perjuangan hari kedua memasuki pembahasan berbagai hal serius. Peserta dibagi ke dalam kelas kelas. Ada kelas Ketua, kelas Sekretaris dan kelas Bendahara. Acara dimulai pukul 09.00. Peserta memakai polo shirt warna merah atau hitam dengan celana denim. Polo shirt disediakan panitia. Saya menggunakan sepatu sport yang saya bawa dari rumah. Sepatu itu sudah lama tersimpan di gudang. Digunakan berjalan ke sana sini akhirnya jebol juga alas bagian depan sebelah kanan.

Pagi itu saat sarapan saya bertemu Pak Imran, Bupati Cirebon. Ia adalah pejabat pada Kementrian Agama sebelum menjadi bupati. Ia juga pernah bertugas di Kabupaten Bandung dan masih memiliki rumah di Bojongsoang. Kabupaten Cirebon memiliki tempat istimewa dalam hidup saya. Saya sempat tinggal di sana sewaktu saya masih kecil. Sekitar usia 1-2 tahun. Itu sekitar tahun 1960-1961. Ayah saya sempat memulai kehidupan rumah tangganya di sana dan tinggal di depan Stasiun KA Plered bersama kakak iparnya (uwa saya) yang mendirikan sekolah pelayaran di kota itu. Saat

uwa saya tugas belajar ke AS dan kemudian bekerja di PN Garam Madura, ayah memutuskan hijrah ke Jakarta dan bekerja pada Pemda DKI.

Belakangan Cirebon menjadi daerah pemilihan saya dalam Pemilu tahun 2004 bersama kang Iwan Fauzi dan teh Sely. Teh Sely bahkan sempat menjadi Bupati Cirebon dan kini menjadi anggota DPR RI. Selama lima tahun antara 2004-2009 kami bolak balik Bandung -Cirebon/Indramayu.

Kembali ke Rakernas. Saya masuk ke kelas IV yang terdiri dari ketua DPD dan DPC se Indonesia serta 13 DPRD Provinsi serta DPRD kabupaten/kota dari 2 provinsi ditambah 3 Poksi DPR RI. Meski dibagi kelas, semua peserta mendapat materi yang sama yaitu Politik Partai dalam Kebijakan Pembangunan, Politik Partai dalam Kebijakan Kebudayaan, Politik Partai dalam Pemenangan Elektoral, Paparan BMKG/BNPB dan Paparan BPOM/BNN/HAKI/HIV AIDS.

Narasumber berasal dari kalangan internal dan eksternal. Dari internal ada Puan Maharani, Rieke Dyah Pitaloka, Yasona Laoly, Juliari Batubara, Syukur Nanaban, Bambang Wuryantoro, Arif Wibowo dan masih banyak lagi. Dari eksternal ada banyak pimpinan lembaga seperti dari Deputy BNN, Kepala BNPB, Kepala BPPOM, Deputy BMKG, Direktur HAKI dan Aktivis Peduli HIV/AIDS.

Rakernas hari kedua berlangsung hingga menjelang tengah malam. Saat keluar saya mengambil kopi yang dibagikan dan meminumnya sambil berjalan ke halaman parkir mencari kendaraan. Akibatnya saya terjaga hingga menjelang subuh, meski sudah mandi dengan air panas dari shower dan nonton siaran televisi serta membaca koran.

 

Sarapan pagi bersama Bupati Cirebon

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar