Kamis, 28 April 2011

Selamat Tinggal Soreang

LIMA tahun sudah aku menjalankan amanat sebagai wakil rakyat di DPRD Kabupaten Bandung. Pemilu 1997 telah menghasilkan komposisi anggota DPRD yang baru. Golkar menguasai mayoritas kursi di DPRD, kursi terbanyak yang mereka peroleh sejak Orde Baru. PPP memperoleh tambahan kursi lebih dari 100% akibat PDI yang dikerdilkan pemerintah. PDI di bawah kepemimpinan Megawati tidak diakui pemerintah, suara mereka banyak tidak digunakan, kalau pun ada yang memberikan suara ke TPS mereka tidak memilih PDI, mereka memberikan suaranya ke PPP. PDI yang dipimpin Soerjadi hanya menempatkan seorang wakilnya di DPRD II Kabupaten Bandung, Syuting Pranajaya, ketua DPC PDI Soerjadi. Tiba saatnya para anggota DPRD yang baru terpilih itu untuk dilantik, dan menggantikan posisi kami yang segera meninggalkan DPRD.

Pelantikan anggota DPRD II Kabupaten Bandung yang baru dan pemberhentian anggota DPRD II yang lama berlangsung di Gedung Mohammad Toha, di pusat pemerintahan Kabupaten Tingkat II Bandung di Soreang. Aku datang bersama istriku. Sebagai kenang-kenangan akupun berfoto di depan gedung dengan latar belakang para anggota ormas pemuda berseragam paramiliter loreng. Fotografernya tentu saja para juru foto yang biasa mangkal di setiap ada upacara kenegaraan di pusat pemerintahan. Keberadaan mereka sungguh membantuku untuk mendokumentasikan pelbagai peristiwa penting dalam kehidupanku di pemerintahan.

Pertemuan bersama teman-teman sesama anggota DPRD yang akan melepaskan jabatan sungguh mengharukan. Meskipun kami berbeda partai dan sering berbeda pendapat tapi waktu lima tahun cukuplah untuk membuat kami saling kenal satu sama lain hingga sudah seperti saudara saja layaknya.kami yang duduk di deretan kursi depan dari kiri ke kanan adalah Aa Surachman Ketua Fraksi Golkar, aku Ketua Fraksi PDI, Asep Suhaya Muchtar Ketua Fraksi PPP, Irom Nuroli Ketua Fraksi ABRI, Suprapto Ketua Komisi A, Kuswara ketua Komisi B, Oon Sudarna Ketua Komisi C, Sjamsoedin Ketua Komisi D dan Ahmad Saodih Masriatmadja Ketua Komisi E, sementara Holil Sukardi, Machmud Djamil, Mastur dan Amin Suparmin duduk di depan kami memimpin sidang paripurna karena mereka adalah para ketua dan wakil ketua Dewan yang selama lima tahun memimpin DPRD. Sebelum sidang di mulai kami sempat bercanda dan berfoto bersama.

Bupati Bandung, Uha Hatta Djatipermana menyampaikan pidato perpisahan dan Residen Priangan Timur yang berkedudukan di Garut mewakili Gubernur melantik anggota DPRD yang baru. Para anggota yang baru menempati kursi kami dan kamipun mundur ke belakang ke tempat undangan. Beberapa teman kami ada yang melanjutkan jabatannya menjadi anggota DPRD, sementara dari PDI tak satupun yang melanjutkan jabatannya.
Kami yang tidak melanjutkan masa jabatan diberhentikan dengan resmi dengan sebuah SK Gubernur. Pada kami diberi sebuah cincin kenang-kenangan berlogo DPRD Kabupaten Bandung, serta uang Rp 10 juta tunai serta uang Rp 100 ribu tiap bulannya selama lima tahun yang bisa diambil di Bank Jabar dari Yanarti (Yayasan Purna Bhakti) yang berasal dari potongan honor kami setiap bulannya. Dengan uang itu aku bisa melunasi cicilan rumahku di Perumnas. Sedangkan cincinnya kujual di sebuah toko emas di pasar Dangdeur karena aku tidak mengenakan cincin.

Soreang Selayang Pandang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Soreang adalah ibukota dari Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Di Soreang terletak pusat pemerintahan Kabupaten Bandung, setelah pemindahan dari Kota Bandung dan Baleendah.

Soreang merupakan salah satu titik sentral transportasi di Bandung Selatan. Terletak 18 km di sebelah selatan Kota Bandung, daerah ini merupakan penghubung antara Kota Bandung dan Ciwidey. Meski jarak dari Kota Bandung cukup dekat, anda yang berkendara dengan menggunakan mobil butuh waktu lebih dari satu jam untuk mencapai Soreang. Hal ini dikarenakan kemacetan yang parah di sepanjang ruas jalan menuju Soreang, terutama di daerah Kopo Sayati dan Kawasan industri di Katapang. Kemacetan inilah yang menyebabkan Soreang kurang berkembang sebagai Kota Kabupaten. Pada zaman penjajahan Belanda, dibangun rel kereta api yang melintasi kota ini untuk mengangkut hasil perkebunan teh dari Ciwidey. Jalur rel ini tersambung dengan jalur rel kereta api di Kota Bandung. Namun, sekarang jalur ini sudah tidak dipakai lagi. Soreang juga merupakan sentra konveksi terbesar di Kabupaten Bandung.

Di Soreang terdapat Stadion Si Jalak Harupat yang merupakan salah satu stadion terbesar di Indonesia dan bertaraf internasional. Stadion ini merupakan homebase dari Persikab Bandung, yang berlaga di Divisi Utama Liga Indonesia, dan tim sekotanya Persib Bandung yang bermain di Liga Super Indonesia.

Pusat kegiatan penduduk di Soreang lebih terpusat di Kota Soreang dan sekitarnya. Pada akhir pekan, biasanya terdapat pasar tumpah di kawasan Jalan Terusan Al-Fathu di sebelah selatan kompleks Pemkab Bandung yang selalu dipadati warga kota. Setiap tahun, di Soreang juga sering diadakan pameran kesenian dan kreativitas yang diselenggarakan oleh Pemkab Bandung dalam rangka memperingati hari jadi Kabupaten Bandung. Biasanya pameran ini bertempat di Lapangan Terminal Cingcin di Jalan Gading Tutuka.

Seiring dengan perkembangan zaman, Soreang mulai berbenah diri. Meski perkembangannya dirasa sangat lambat dibanding kota-kota kabupaten lain di Jawa Barat, perlahan-lahan Soreang mulai berubah. Pembuatan ruas-ruas jalan baru, penataan PKL, pembangunan rumah sakit yang representatif, sarana olahraga yang memadai, dan fasilitas-fasilitas umum terus dibangun untuk meningkatkan kualitas pelayanan terhadap masyarakat Soreang dan sekitarnya. Dengan segera dibangunnya Jalan Tol Soreang-Pasirkoja (Soroja) yang menghubungkan Kota Bandung langsung ke Soreang, diharapkan kawasan Soreang dan sekitarnya dapat berkembang lebih cepat dan pembangunan kota dapat berjalan lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar