Senin, 09 Maret 2020

Memimpin Kampus

Memimpin Kampus
FEBRUARY 27 · FRIENDS
Pada tahun 2008 datang surat dari Ketua Program Studi Pendidikan Umum Sekolah Pascasarjana UPI Bandung. Saya mendatangi kampus di Jl. Setiabudi dan berdiskusi dengan Pak Kaprodi. Menurut Kaprodi jika kuliah S2 saya tidak selesai pada semester itu saya terancam DO. Saya pun memutuskan mengambil waktu sekitar satu atau dua minggu dari kesibukan saya di DPRD Jawa Barat dengan niat membereskan tesis saya yang terbengkelai. Alhamdulillah akhirnya tesis saya selesai dan saya pun mengikuti sidang tesis dengan yudicium sangat memuaskan. Ketua Kaprodi mengizinkan saya langsung mendaftar ke S3 di prodi yang sama. Saya tidak menyia-nyiakan kesempatan dan langsung mendaftar ke S3 tapi saya tidak mengambil prodi Pendidikan Umum melainkan mengambil prodi Administrasi Pendidikan (Adpen). Prodi Adpen adalah prodi favorit dan paling bergengsi SPs UPI karena mahasiswanya pada umumnya adalah para pejabat khususnya di bidang pemerintahan dan pendidikan. Dengan demikian setelah wisuda S2 saya langsung kuliah S3. Kaprodi saya di S2 mengatakan saya murtad karena pindah prodi.
Saat saya keluar dari DPRD Jawa Barat, status saya adalah sebagai mahasiswa S3 Adpen SPs UPI Bandung dengan tidak memiliki pekerjaan. Dengan bekal gelar Magister Pendidikan (M.Pd) saya datang ke Ketua STIA Bagasasi, Dr. H. Djumad Tjiptowardojo dan mengajukan diri untuk mengajar. Oleh PK I, saya diberi kesempatan mengajar mata kuliah IBD (Ilmu Budaya Dasar) di semester I. Maka sambil mengajar saya melanjutkan kuliah saya di S3.
Saat Pak Djumad memutuskan menyerahkan posisinya sebagai ketua pada Pak Bambang Sulistiyono (PK I), maka posisi Pembantu Ketua I pun kosong, dan saya dipercaya oleh ketua yang baru mengisi posisi itu. Saya bertanggungjawab mengelola bidang akademik di kampus dan banyak berhubungan dengan Kordinator Kopertis Wilayah IV serta para pemimpin kampus di Jawa Barat dan Banten.
Dari Pak Bambang Sulistiyono jabatan ketua berpindah ke Pak Sudiman Bonavarte (alumnus STIA Bagasasi dan ex Direktur RRI). Sekitar setahun menjabat Ketua, Pak Sudiman menyerahkan jabatan ketua kepada saya. Jabatan ketua saya pegang tidak lebih dari satu tahun.
Mata kuliah yang pernah saya berikan di STIA Bagasasi meliputi IBD (Ilmu Budaya Dasar), PKPI (Pemikiran dan Kekuatan Politik Indonesia), SPI (Sistem Politik Indonesia), AP (Administrasi Pembangunan), TPP (Teori Perencanaan Pembangunan), serta Bisnis dan Politik. Kini mata kuliah yang masih saya ampu adalah AP untuk mahasiswa semester V dan TPP untuk mahasiswa semester VI untuk program studi Administrasi Negara.
STIA Bagasasi memiliki dua prodi, Administrasi Negara /Publik (ANe) dan Admisnistrasi Niaga/ Bisnis (ANi). Mahasiswa terbanyak berasal dari prodi AN. Mereka pada umumnya adalah para ASN dari berbagai instansi pemerintah di kota kabupaten maupun provinsi. Masing-masing prodi sudah terakreditasi B pada BAN PT.
Nama Bagasasi terkait dengan kota Bekasi karena STIA Bagasasi didirikan di Bekasi. Bagasasi berasal dari bahasa Sanskerta, baga dan sasi, yang berarti bulan purnama. Lokasi kampus kemudian berpindah dari Bekasi ke Bandung bergabung dengan PTS lain. Kini kampus berdiri megah di Jl. Cukangjati, tepat di seberang Seskoad.
Alumni STIA Bagasasi tersebar di berbagai lembaga negara dan pemerintahan baik sipil maupun militer, birokrasi maupun politik. Jabatan militer tertinggi adalah Pangdam. Jabatan politik tertinggi di legislatif adalah Ketua DPRD Jawa Barat. Jabatan politik tertinggi di eksekutif adalah Walikota dan Bupati di berbagai daerah di Jawa Barat. Ada pula yang menjadi direktur RRI dan pimpinan PTS baik sekolah tinggi maupun universitas.
Pak Djumad, pendiri dan ketua STIA Bagasasi beberapa periode serta ketua yayasan kini telah tiada. Ia wafat di Cikeas dan dimakamkan di TPU Pondok Ranggon Jakarta beberapa tahun yang lalu. Jabatan terakhir Pak Djumad di luar kampus adalah sebagai anggota DPR / MPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan dari dapil SMS (Subang Majalengka Sumedang). Semoga Pak Djumad berbahagia di sisi Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar