Kamis, 12 Maret 2020

Menjadi Dosen Pascasarjana UM-Metro


Sekitar tahun 2015, seorang kolega di Unigal (Universitas Galuh) menawariku untuk mengajar di Lampung karena ada  prodi di program pascasarjana UM-Matro yang memerlukan dua orang doktor administrasi pendidikan agar bisa lolos mengikuti akreditasi dari BAN-PT.  Akupun ke Bogor bertemu kaprodinya, Dr. Ichsan Dacholfany, yang sedang berseminar di Universitas Ibn Khaldun untuk menjajagi tawaran tersebut. Setelah bertemu aku diminta datang langsung ke kampus Universitas Muhammadiyah Metro (UM-Metro) di Metro, Lampung.

Beberapa hari kemudian, dari Bandung aku bertolak ke Metro dengan menggunakan bus malam ekspres dari Jl. Laks. R.E. Martadinata. Saat tengah malam bus sudah tiba di Merak dan singgah di sebuah restoran. Para penumpang turun untuk makan malam lalu menuju pelabuhan penyebrangan. Bus memasuki lambung ferry roro dan penumpang naik ke geladak. Aku mencari ruang ber-AC. Tidak berapa lama ferry pun melepas jangkar dan berlayar dalam kegelapan malam. Pelabuhan Merak kami tinggalkan menyisakan cahaya dari lampu listrik yang makin lama makin kecil lalu hilang ditelan malam.  Aku memesan kopi dan menikmati perjalanan sambil terkantuk-kantuk.  Dua jam kemudian kami merapat di dermaga pelabuhan Bakaheuni. Kami kembali memasuki bus lalu mendarat di Pulau Sumatra  menuju Kalianda dan Bandarlampung. Akupun tertidur pulas. Saat matahari terbit aku sudah tiba di kota Metro.

Berbekal alamat yang diberikan Dr Ichsan aku menyewa menumpang sepeda motor ke guest house UM Metro di Jl. Radin Intan. Di sana bertemu Dr Ahmad Yani. Aku mandi dan sarapan lalu diantar ke kampus UM-Metro di Jl. Ki Hadjar Dewantara 116. Ditemani Dr Ichsan aku bertemu Rektor Prof. Dr. H. Karwono M.Pd. dan Wakil Rektor, Dr. Muhfahroyin, S.Pd., M.T.A. Kami berkenalan dan ngobrol dalam bahasa Jawa halus. Siang itu aku menandatangani kontrak kerja. Sorenya aku kembali ke Bandung.

Sejak saat itu aku resmi mengajar di Program Pascasarjana UM-Metro pada Program Studi Manajemen Pendidikan. Aku mengajar di hari Sabtu. Jika menggunakan bus aku berangkat pada hari Jumat malam. Jika menggunakan pesawat terbang aku bisa pergi pagi hari. Ada pesawat yang berangkat pukul 08.30. Dalam satu jam aku sudah tiba di Bandara Radin Intan II. Dari sana aku menggunakan taksi bandara ke kampus pascasarjana di Jalan Gatot Subroto No. 100 yang terpisah beberapa kilometer dari kampus utama. Lahannya disiapkan puluhan hektar dan siap dikembangkan.

Biasanya aku mulai mengajar pukul 09.00 hingga pukul 16.00. Mahasiswanya kebanyakan para guru SD SMP SMA SMK atau yang sederajat dan para pejabat dinas pendidikan yang menyebar di berbagai kota dan kabupaten di Provinsi Lampung. Ada waktu istirahat satu jam antara pukul 12.00 - 13.00 untuk salat dzuhur dan makan siang. Pulangnya aku diantar pak Darmawan ke Bandar Lampung dan dari sana menggunakan bus Damri ke Bandung yang berangkat pukul 20.00. Kadang diantar pak Yani ke pool bus di Metro. Tapi jika sudah tidak ada tiket, aku menginap di guest house. Paginya bisa salat berjamaah di masjid Muhammadiyah yang berada di komplek pendidikan mereka di kota Metro. Setelah itu aku berjalan kaki ke alun-alun dan naik bus terpagi ke Bandarlanpung. Aku turun di bandara dan jika beruntung bisa naik pesawat terpagi ke Jakarta. Tiba di bandara Sukarno-Hatta sekitar pukul 10.00. Dari sana aku naik bus bandara ke Bandung yang tujuan akhirnya di pangkalan mereka di komplek Batununggal.

UM-Metro menjadi kampus utama dan populer di kota Metro. Metro sendiri bukanlah kota yang besar. Metro kini menobatkan diri sebagai kota pendidikan. Besarnya kira kira sama dengan kota Cimahi. Bedanya lalu lintas di Metro tidak terlalu padat.  Suasana santai masih bisa dirasakan. Penduduk yang berbahasa Jawa cukup dominan, maklum Metro dulunya adalah lahan pertanian dan pemukiman untuk para transmigran dari Jawa. Hampir 90% mahasiswaku bisa berbahasa Jawa. Lahan pesawahan maupun perkebunan masih ada di sana sini. Saluran irigasi primer sekunder dan tertier masih berfungsi dengan baik. Pesawahan pun terlihat subur. Selain pertanian, perdagangan adalah sektor yang menjadi tulang punggung ekonomi. Kehidupan rakyat nampak cukup makmur dan sejahtera.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar